Kolom

Ibu Pertiwi yang Sedang Menangis Menunggu Darma Bakti Kita

Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul) (Penasehat PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan)

PWMJATENG.COM – “Kita dilahirkan di bumi Nusantara (Ibu Pertiwi) dengan tetesan Dewa Angkasa (air), menjadikannya negeri yang subur. Namun, saat ini Ibu Pertiwi menangis karena terluka akibat perbuatan anak-anaknya sendiri.”

Personifikasi Ibu Pertiwi

Menurut beberapa literatur, Ibu Pertiwi merupakan personifikasi nasional yang menggambarkan tanah air Indonesia sebagai perwujudan negara. Sejak zaman pra-aksara, berbagai suku bangsa di kepulauan Nusantara telah menghormati roh alam dan bumi. Sebelum dikenal sebagai Indonesia, Nusantara adalah negeri yang makmur, diibaratkan sebagai “surganya dunia” karena kekayaan alam yang melimpah, baik di laut, bumi, maupun hutan. Berbagai bangsa kagum dan ingin menguasai kekayaan tersebut.

Al-Qur’an juga memberikan gambaran tentang negeri yang makmur dalam surat Saba’ ayat 15, yang menunjukkan kekayaan alam sebagai tanda kebesaran Tuhan.

Makna Darma Bakti

Kata “darma bakti” dalam bahasa Sansekerta berarti kebaikan atau kebajikan sebagai bentuk tanggung jawab manusia dalam mengelola, merawat, dan menjaga bumi. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia diberi akal, budaya, dan keyakinan Ketuhanan yang membedakannya dari makhluk lain. Seperti yang diungkapkan oleh Emha Ainun Najib, manusia memiliki potensi “super jenius.”

Cinta pada Alam

Membangun rasa cinta terhadap Ibu Pertiwi penting agar ia tidak terluka dan menangis. Penting bagi manusia untuk memperlakukan alam dengan adil dan baik, karena sebaliknya, Ibu Pertiwi akan menangis. Memahami dan menghayati bumi serta isinya untuk kemakmuran umat manusia dengan nilai keadilan, kemanusiaan, dan kepedulian terhadap keberlangsungan alam sangatlah penting.

Baca juga, Pentingnya Membaca Manaqib (Biografi) KH Ahmad Dahlan

Penyimpangan dari Nilai Luhur

Manusia adalah makhluk Tuhan yang sempurna karena diberi akal budi untuk eksplorasi dan menunjukkan eksistensinya. Namun, tidak sedikit yang lalai dan melanggar nilai-nilai luhur ajaran Tuhan. Hal ini terlihat dari sejarah umat manusia dan kondisi saat ini, seperti peperangan, penindasan, serta kerusakan lingkungan akibat keserakahan.

Membangun Kebersamaan

Untuk mencapai keseimbangan sejati, diperlukan kebersamaan atau “maiyah” dalam merawat dan melestarikan Ibu Pertiwi. Ini melibatkan pencurahan segala upaya (badhlul juhdi) untuk menjaga alam sebagai implementasi nilai-nilai agama yang luhur. Makna dari “Baldatun Thoyibatun Wa Rabbun Ghafur” menurut ahli tafsir adalah berkumpulnya kebaikan alam dan kebaikan pelakunya di dunia ini.

Manifestasi dan Penghargaan

Momentum 79 tahun kemerdekaan harus dimanfaatkan untuk menghargai para leluhur, pejuang kemerdekaan, dan pendiri bangsa. Mengamalkan dasar negara, Pancasila dan UUD 1945, dengan baik dan konsekuen adalah bentuk penghormatan terhadap perjuangan mereka. Kita harus menghindari sikap egois yang hanya mementingkan diri sendiri atau kelompok dan mengorbankan bangsa dan negara.

Dengan mengoptimalkan potensi dan sikap kesatria, kita dapat mendarma baktikan kebajikan untuk Ibu Pertiwi. Mari kita wujudkan cinta dan tanggung jawab kita terhadap tanah air agar Ibu Pertiwi tidak lagi menangis.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE