Khazanah Islam

Hukuman Bagi Pemimpin yang Menelantarkan Masyarakatnya

PWMJATENG.COM – Dalam Islam, amanah kepemimpinan merupakan beban yang sangat berat. Seorang pemimpin tidak hanya diminta mengatur urusan administratif, melainkan juga memastikan keadilan, kesejahteraan, dan keamanan rakyatnya. Tugas itu bukan sekadar tanggung jawab sosial, tetapi juga bernilai ibadah dan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Karena itu, ketika pemerintah menelantarkan masyarakat, terdapat konsekuensi besar baik di dunia maupun di akhirat.

Al-Qur’an menegaskan bahwa jabatan adalah amanah yang wajib dijaga. Allah Swt. berfirman dalam surah An-Nisa ayat 58:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58).

Ayat ini menjadi dasar bahwa kepemimpinan bukanlah alat untuk berkuasa, melainkan amanah yang menuntut keadilan. Jika pemerintah abai, rakyat menjadi korban dan itu termasuk bentuk pengkhianatan terhadap amanah Allah.

Beratnya Pertanggungjawaban Pemimpin

Rasulullah saw. memberikan peringatan keras kepada pemimpin yang tidak memperhatikan rakyatnya. Dalam hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim disebutkan:

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

“Tidaklah seorang hamba yang Allah beri amanah untuk memimpin rakyat, lalu ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, kecuali Allah haramkan baginya surga.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menunjukkan hukuman berat bagi pemimpin yang menelantarkan rakyat: surga diharamkan baginya. Artinya, kelalaian dalam mengurus masyarakat bukan perkara kecil, melainkan dosa besar yang dapat menyeret pada siksa akhirat.

Pemerintah Sebagai Pelindung

Dalam pandangan Islam, pemerintah memiliki peran sebagai pelindung (junnah) bagi rakyatnya. Nabi Muhammad saw. bersabda:

إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

“Sesungguhnya imam (pemimpin) itu laksana perisai. Orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Baca juga, Mengisi Setiap Waktu dengan Zikir

Jika seorang pemimpin tidak mampu menjadi pelindung, maka fungsi dasar kepemimpinan telah hilang. Dalam kondisi ini, bukan rakyat yang salah karena menuntut haknya, melainkan pemerintah yang wajib dikoreksi.

Hukuman di Dunia dan Akhirat

Sejarah Islam menunjukkan bahwa pemimpin zalim yang menelantarkan rakyatnya akan jatuh, meski semula berkuasa dengan kuat. Imam Ibn Khaldun dalam Muqaddimah menjelaskan bahwa kehancuran suatu negara bermula dari rusaknya keadilan dan pengabaian terhadap rakyat. Ketika penguasa lebih mementingkan diri sendiri atau kelompoknya, sementara rakyat dibiarkan miskin, maka legitimasi akan hilang dan kekuasaan runtuh.

Selain hukuman akhirat, kelalaian pemimpin juga berbuah musibah sosial di dunia. Rakyat kehilangan kepercayaan, muncul pemberontakan, dan terjadilah ketidakstabilan. Semua ini adalah konsekuensi nyata dari pengkhianatan terhadap amanah kepemimpinan.

Menjadi Pemimpin yang Adil

Islam menawarkan solusi agar pemerintah terhindar dari hukuman berat, yakni menegakkan keadilan. Nabi Muhammad saw. bersabda:

إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وُلُّوا

“Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah berada di mimbar-mimbar dari cahaya. Mereka adalah orang yang adil dalam hukum, terhadap keluarga, dan dalam segala urusan yang mereka pimpin.” (HR. Muslim).

Hadis ini menggambarkan balasan indah bagi pemimpin yang adil. Dengan bersikap adil, pemimpin tidak hanya meraih legitimasi di dunia, tetapi juga kedudukan mulia di akhirat.

Ikhtisar

Dari uraian di atas, jelas bahwa pemerintah yang menelantarkan masyarakatnya menghadapi dua jenis hukuman: kehancuran di dunia dan siksa pedih di akhirat. Sebaliknya, pemimpin yang adil akan memperoleh kemuliaan di sisi Allah.

Kepemimpinan dalam Islam adalah amanah, bukan privilese. Ia adalah ujian besar yang menuntut kesungguhan, tanggung jawab, dan keberpihakan pada rakyat. Maka, setiap pemimpin seharusnya selalu mengingat firman Allah dan sabda Rasulullah agar tidak tergelincir menjadi pengkhianat amanah.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE
#
https://cheersport.at/doc/pkv-games/https://cheersport.at/doc/bandarqq/https://cheersport.at/doc/dominoqq/https://www.acpi.com.br/ls/pkvgames/https://www.acpi.com.br/ls/bandarqq/https://www.acpi.com.br/ls/dominoqq/https://pedidu.com.br/clio/pkvgames/https://pedidu.com.br/clio/bandarqq/https://pedidu.com.br/clio/dominoqq/https://banasqualidade.com.br/mae/pkvgames/https://banasqualidade.com.br/mae/bandarqq/https://banasqualidade.com.br/mae/dominoqq/https://revistas.pge.sp.gov.br/docs/pkvgames/https://revistas.pge.sp.gov.br/docs/bandarqq/https://revistas.pge.sp.gov.br/docs/dominoqq/
https://journal.rtc.bt/https://plenainclusionmadrid.org/salud-mas-facil/
https://prajaiswara.jambiprov.go.id/https://lpm.stital.ac.id/https://digilib.stital.ac.id/https://lpsi.uad.ac.id/https://bsdm.uad.ac.id/