
PWMJATENG.COM, Karanganyar – Inovasi unik lahir dari Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Mereka menggagas program pemanfaatan sisa makanan menjadi pelet ikan sebagai solusi ganda, yakni mengurangi sampah organik sekaligus menekan biaya produksi ternak.
Program ini dijalankan melalui kolaborasi dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Gajah Makmur, Desa Gajahan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Tim melibatkan mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Pendidikan Biologi UMS untuk mendampingi masyarakat mengolah limbah makanan yang selama ini belum tertangani.
Ketua Tim Pengabdian, Windi Wulandari, menegaskan bahwa kegiatan tersebut hadir untuk menjawab persoalan besar yang dihadapi warga. “Desa Gajahan selama ini sudah memiliki bank sampah yang mengelola limbah anorganik. Namun, sampah organik yang jumlahnya besar masih menjadi masalah. Di sisi lain, usaha ternak lele dan gurami BUMDES terkendala mahalnya biaya pakan yang membuat jumlah kolam berkurang,” jelasnya, Senin (22/9).
Menurut Windi, ide pelatihan pembuatan pelet ikan dari sisa makanan muncul karena melihat potensi besar dari limbah rumah tangga. Ia menyebut sisa makanan yang biasanya hanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sebenarnya dapat diolah menjadi sesuatu yang bernilai.
“Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman pengurus BUMDES dan Kelompok Wanita Tani (KWT). Mereka perlu menyadari bahwa sisa makanan bukan hanya sekadar sampah, tetapi bisa diubah menjadi bahan bernilai ekonomi. Contohnya bahan baku pelet ikan,” paparnya.
Proses pembuatan pelet dilakukan secara sistematis. Bahan yang dipilih adalah sisa makanan yang belum membusuk atau berjamur. Selanjutnya dilakukan pencacahan atau pemotongan, pengeringan, penghalusan hingga menjadi tepung, pencetakan, lalu pengeringan menggunakan mesin yang disediakan UMS.
Baca juga, Muhammadiyah dan Spirit Organisasi dalam Dakwah Islam
Metode ini, menurut Windi, tidak hanya mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga mampu menekan pengeluaran peternak ikan. Harga pakan ikan yang terus naik sering kali menjadi beban bagi peternak, sehingga solusi ini diyakini bisa membantu menjaga keberlanjutan usaha.
Ia menambahkan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada keterlibatan masyarakat. “Harapannya kegiatan pengabdian ini dapat meningkatkan keterampilan sekaligus kemandirian pangan masyarakat. Selain itu, manfaatnya diharapkan terasa luas bagi lingkungan dan bisa menjadi dasar program serupa di masa mendatang,” ujarnya.
Program ini mendapat dukungan penuh dari BUMDES Gajah Makmur serta Kelompok Wanita Tani. Kehadiran inovasi tersebut dinilai mampu menjawab dua persoalan sekaligus: penumpukan sampah organik dan mahalnya biaya pakan.
Selain memberikan solusi praktis, program ini juga membuka wawasan baru bagi masyarakat. Sisa makanan yang selama ini dianggap tidak berguna, ternyata dapat diolah menjadi produk dengan nilai tambah. Dengan demikian, desa tidak hanya mengurangi beban sampah, tetapi juga memperkuat sektor perikanan lokal.
Pengabdian yang dilakukan Tim UMS ini menjadi contoh nyata sinergi antara kampus dan masyarakat. Kehadiran akademisi dalam membantu persoalan warga desa menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan bisa diimplementasikan untuk kebutuhan sehari-hari.
Kontributor : Zaatuddin
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha