PWMJATENG.COM, Surakarta – Sebanyak 256 guru dari 92 sekolah jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK di wilayah Solo Raya mengikuti Diklat Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) yang digelar oleh Lembaga Pengembangan dan Pengabdian (LPD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta (FKIP UMS). Kegiatan ini berlangsung dari 14 hingga 18 Juli 2025 di Kampus 1 FKIP UMS serta SMP Negeri 2 Klaten.
Para peserta berasal dari lima kabupaten/kota di Solo Raya, yakni Boyolali, Surakarta, Klaten, Sukoharjo, dan Sragen. Mereka terbagi ke dalam tujuh kelas berdasarkan jenjang pendidikan. Setiap kelas didampingi dua dosen dari tim fasilitator LPD FKIP UMS.
Ketua LPD FKIP UMS, Agus Susilo, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk komitmen UMS dalam mendampingi transformasi pendidikan. “Ini bukan kegiatan yang selesai begitu saja, melainkan bagian dari pendampingan jangka panjang kami di tingkat satuan pendidikan,” ujarnya.
Fasilitator dalam kegiatan ini adalah dosen-dosen berpengalaman, antara lain Jan Wantoro, Arif Setiawan, Irma Yuliana, Ahmad Chamsudin, Aditya Nur Cahyo, Sukirman, Supriyono, Adi Nur Cahyo, M. Waluyo, Hardika Dwi Hermawan, M. Lutfi, Ryan Rizki Adhisa, Ayik Oktafia, dan Widodo.
Pelatihan berlangsung dalam tiga tahap dengan metode IN-ON-IN. Tahap IN-1 dilaksanakan selama lima hari, memberikan dasar-dasar pemahaman tentang koding dan kecerdasan artifisial kepada para guru.
Menurut Agus Susilo, dunia kerja kini sedang beralih. “Tugas-tugas rutin mulai digantikan otomatisasi. AI menggantikan pekerjaan yang berulang, tetapi di sisi lain juga menciptakan profesi baru,” jelasnya.
Baca juga, Mengungkap Negeri Rum: Sejarah, Letak, dan Relevansi dalam Al-Qur’an
Ia juga mengutip laporan Future of Jobs 2025, yang menunjukkan bahwa perkembangan teknologi mendorong perubahan kebutuhan tenaga kerja global. Hal ini mendorong negara-negara, termasuk Indonesia, untuk memasukkan materi kecerdasan artifisial ke dalam kurikulum pendidikan.
Di Indonesia, KKA mulai diperkenalkan di fase C atau kelas 5 dan 6 SD sebagai mata pelajaran pilihan. Pelaksanaannya bertahap, disesuaikan dengan kesiapan sekolah dan siswa. Meskipun empat elemen KKA beririsan dengan mata pelajaran informatika (fase D dan E), KKA menekankan aspek etika penggunaan dan kolaborasi untuk mendukung produktivitas manusia.
Untuk jenjang SD, fokus pelatihan adalah pada literasi digital dan etika AI. Pada jenjang SMP, peserta belajar penerapan AI dalam kehidupan sehari-hari. Sementara di SMA dan SMK, pembelajaran mencakup pemrograman dasar, etika AI, serta proyek aplikatif.
Respon peserta terhadap diklat ini sangat positif. Muhammad Rizky Aminudin, guru dari SMA Al Islam 1 Surakarta, menyebut pelatihan ini sangat bermanfaat. “Saya mendapat banyak pengalaman dan ilmu. Kami juga mendalami konsep dasar AI dan pedagogi untuk mengajarkannya secara efektif,” tuturnya.
Salah satu fasilitator, Irma Yuliana, menyampaikan bahwa AI tidak menggantikan manusia. “Teknologi ini justru memperkaya peran kita dengan membuka ruang baru untuk belajar, bekerja, dan berkarya secara lebih bijaksana,” jelasnya.
Irma menambahkan bahwa puncak literasi AI adalah pemanfaatan teknologi secara bertanggung jawab. Ia menekankan pentingnya etika dalam penggunaan agar teknologi tidak disalahgunakan atau menimbulkan ketergantungan.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
