
PWMJATENG.COM, Surakarta – Kepemimpinan yang efektif menjadi faktor utama dalam meningkatkan kinerja karyawan. Hal ini diungkapkan oleh Jati Waskito, Guru Besar Bidang Ilmu Kepemimpinan Organisasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), dalam Jumpa Pers Pengukuhan Dua Guru Besar FEB UMS, Senin (24/2) di RM Dapur Solo, Edutorium UMS.
Dalam paparannya, Jati menyoroti pentingnya perilaku organisasi dan manajemen sumber daya manusia dalam menciptakan efektivitas kerja. Ia menegaskan bahwa kepemimpinan yang berorientasi pada kesejahteraan karyawan dapat meningkatkan produktivitas dan loyalitas dalam organisasi.
Jati Waskito mengungkapkan bahwa dalam disertasinya yang disusun saat pandemi COVID-19, ia meneliti tekanan kerja yang dialami tenaga medis. Dari penelitian itu, ia menemukan pentingnya perilaku ekstra peran atau Organizational Citizenship Behavior (OCB).
“Saya menyoroti pentingnya OCB, yaitu kesediaan karyawan untuk melakukan tugas di luar tanggung jawab utama mereka demi kepentingan organisasi,” ujarnya.
Konsep ini dikaitkan dengan kepemimpinan organisasional dan keadilan dalam perusahaan, yang berkembang menjadi Organizational Citizenship Behavior for Supervisor (OCBS). Jati menjelaskan bahwa motivasi kerja karyawan tidak hanya bergantung pada faktor ekonomi, tetapi juga pendekatan interpersonal yang dikenal dengan teori Social Exchange.
“Kedekatan dan kepercayaan terhadap pemimpin menjadi faktor kunci dalam meningkatkan kinerja serta komitmen kerja,” tambahnya.
Selain itu, Jati mengadopsi teori Affective Event Theory (AET) yang menyoroti pengaruh emosi dalam lingkungan kerja. Menurutnya, perasaan positif maupun negatif yang dialami karyawan dapat berdampak signifikan pada produktivitas mereka. Oleh sebab itu, perusahaan perlu memperhatikan keseimbangan antara pertukaran ekonomi, hubungan sosial, dan kondisi emosional karyawan.
“Pemimpin yang baik harus mampu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan mendukung, agar karyawan dapat bekerja secara optimal,” tegasnya.
Baca juga, Kangen Ramadan: Bukti Keimanan dan Kecintaan
Temuan dalam penelitian ini telah dipublikasikan di berbagai jurnal internasional dan menjadi referensi penting dalam studi kepemimpinan serta manajemen organisasi. Jati menegaskan bahwa gaya kepemimpinan transformasional yang memperhatikan keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan emosional karyawan adalah kunci utama dalam menciptakan kinerja organisasi yang optimal.
Dalam sesi tanya jawab, Jati menekankan pentingnya kedekatan antara atasan dan bawahan dalam organisasi. Ia menyatakan bahwa kepercayaan antara pemimpin dan karyawan menjadi elemen krusial dalam membangun lingkungan kerja yang harmonis.
“Terlebih, generasi muda saat ini memiliki karakteristik berbeda dengan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan yang paling sesuai adalah servant leadership, yaitu pemimpin yang melayani dan memahami kebutuhan serta aspirasi karyawan,” jelasnya.
Sebagai contoh, ia menyebut model yang diterapkan oleh beberapa perusahaan besar seperti Microsoft, yaitu pendekatan twenty percent tense. Dalam sistem ini, 80% waktu kerja digunakan untuk tugas utama, sementara 20% dialokasikan bagi karyawan untuk berkreasi dan mengembangkan ide baru. Menurutnya, model ini terbukti efektif dalam meningkatkan motivasi kerja dan inovasi di perusahaan.
Sebagai kesimpulan, Jati menegaskan bahwa kepercayaan dan fleksibilitas dalam kepemimpinan adalah kunci dalam menghadapi dinamika dunia kerja modern. Pemimpin yang mampu memberikan kebebasan berkreasi kepada karyawan sambil tetap mengarahkan mereka menuju tujuan organisasi akan lebih sukses dalam membangun kinerja yang berkelanjutan.
“Dengan hasil penelitian ini, diharapkan para pemimpin organisasi dapat menerapkan strategi yang lebih manusiawi dalam mengelola sumber daya manusia, sehingga tercipta lingkungan kerja yang lebih sehat, produktif, dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha