Griya Kader 1912 Bagi-bagi Takjil hingga Nasi Sahur
SEMARANG— Berangkat dari spirit surat Al Maun, sebagaimana juga selalu didengung-dengungkan KH Dahlan, tentang kepedulian social, kader- kader potensial muda muhammadiyah yang tergabung dalam binaan Griya Kader 1912 baru- baru ini menggagas kegiatan “Bagi- Bagi Ifrot (hidangan berbuka)” menjelang tiba waktunya buka puasa di salah satu sudut jalan di Kota Semarang.
Aktivitas lain yang yang juga kerap dilakukan selama bulan Ramadhan ini adalah “Sahur on the Street”, yaitu suatu kegiatan Bagi Nasi Sahur yang ditujukan bagi mereka yang terpinggirkan secara sosial ekonomi (mustadahaafin) seperti tukang becak, pemulung dan mereka yang tidur di emperan-emperan toko yang cukup sarat di sepanjang Jl. KH Agus Salim Semarang, Jumat (24/6/2016).
Menurut Andhi Supriyadi, salah satu kader di Griya Kader 1912, yang juga selaku koordinator aksi bahwa kegiatan ini merupakan wujud re-aktualisasi dan jawaban konkret yang bersifat solutif partisipatif spirit Teologi Al Maun yang diajarkan Ahmad Dahlan yang kian ke sini semakin hilang di kalangan muda.
“Selain itu, kegiatan ini juga guna memantik kembali kesadaran dan kepekaan yang lebih untuk mereka yang kebetulan secara sosial dan ekonomi mendapat porsi kenikmatan berlebih dari Allah SWT,” tandasnya.
Adhi menambahkan, sikap saling berbagi untuk kelompok berpenghasilan adalah hal biasa dan lumprah, tapi bagi anak muda adalah hal yang luar biasa dan istimewa, apalagi mereka yang statusnya masih “inde kost “ dan belum berpenghasilan. Realita sebagian generasi muda sekarang ini memang sedang tersandera dengan budaya hedonisme food, fun dan fashion (3F).
“Kapasitas nuraninya semakin tergerus untuk berjuang memenuhi gaya hidup dibandingkan kebermanfaat hidup,” keluhnya.
Miftakhurohman, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang yang juga kerap berpartisipasi dalam kegiatan ini menambahkan bahwa, model dakwah pencerahan yang digagas Muhammadiyah memang ditujukan membawa spirit membebaskan, memberdayakan dan memajukan kehidupan mereka yang kebetulan lemah dan dilemahkan (kaum mustadh’afin). Oleh karena itu, penting bagi setiap kader Muhammadiyah untuk menterjemahkan model dakwah tersebut secara praksis sebagai bagian dari strategi dakwah yang melahirkan dakwah bil-hal.
“Oleh karena itu, gerakan praksis dengan membawa spirit Al Maun haruslah masif dilakukan oleh Angkatan Muda Muhammadiyah yang mana idiom pelopor, pelangsung dan penyempurna dakwah Persyarikatan Muhammadiyah tak hanya menjadi jargon semata namun lebih pada teraktualisasi dalam gerakan praksis dakwah,” tegasnya. (Sonni Kurniawan/Pemuda Muhammadiyah Kota Semarang)