
PWMJATENG.COM, Surakarta – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menorehkan prestasi di tingkat nasional. Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) UMS berhasil meraih pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) tahun 2025 melalui inovasi ramah lingkungan bertajuk “Greenspare Pellets”.
Inovasi ini mengubah limbah kulit bawang merah, daun sirih, dan kulit pisang menjadi media tanam tiga fungsi yang praktis, efisien, dan berkelanjutan. Produk tersebut dirancang untuk menjawab meningkatnya minat masyarakat terhadap urban farming sekaligus mendorong praktik pertanian berkelanjutan.
Tim kreatif ini terdiri dari empat mahasiswa lintas jurusan, yakni Indah Hapsari Ningsih dan Rachmah Amalia Jajuli dari Pendidikan Biologi, Nadhifa Ananta Puri dari Teknik Kimia, serta Dwi Rahmawati dari Akuntansi. Mereka dibimbing oleh dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMS, Endang Setyaningsih.
“Produk ini lahir karena kami melihat semakin banyak masyarakat yang tertarik bertani di rumah, namun terkendala lahan dan media tanam yang praktis. Kami ingin menghadirkan solusi yang mudah sekaligus ramah lingkungan,” ujar Indah, ketua tim PKM-K Greenspare Pellets, Senin (13/10).
Greenspare Pellets hadir sebagai media tanam tiga-in-satu, yakni menggabungkan fungsi media tanam, pupuk organik, dan insektisida alami. Ide tersebut muncul dari keprihatinan terhadap banyaknya sampah organik rumah tangga yang belum dimanfaatkan secara optimal.
“Kami berupaya mengolah limbah seperti kulit bawang, daun sirih, dan kulit pisang menjadi bola kecil siap pakai. Harapannya, masyarakat bisa menanam dengan lebih mudah tanpa harus menyiapkan banyak bahan,” tutur Indah.
Produk ini diproduksi di Boyolali, Jawa Tengah, dengan sistem home industry. Setiap anggota tim memiliki peran masing-masing, mulai dari proses produksi, desain kemasan, hingga promosi digital.
Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!
Rachmah Amalia Jajuli menambahkan, produk mereka tidak hanya membantu masyarakat bercocok tanam, tetapi juga mendorong gaya hidup zero waste. “Dengan Greenspare Pellets, kami ingin masyarakat sadar bahwa sampah organik bisa punya nilai guna tinggi,” katanya.
Dari sisi ekonomi, inovasi ini juga menjanjikan. Dengan biaya produksi rendah dan bahan baku mudah diperoleh, tim memperkirakan modal awal bisa kembali dalam waktu dua bulan. Mereka juga berencana menyelenggarakan edukasi lingkungan dan workshop pertanian organik untuk memperluas dampak sosial produk tersebut.
Proses produksi Greenspare Pellets dilakukan dengan menjaga kebersihan dan standar kualitas. Produk dikemas menggunakan standing pouch craft berlabel ramah lingkungan dan tersedia dalam tiga ukuran, yakni 50 gram, 100 gram, dan 200 gram.
Untuk strategi pemasaran, tim ini mengoptimalkan berbagai platform digital seperti Instagram (@greenspare.pkmk_), TikTok (@greensparepkmk), Shopee, dan WhatsApp Business. Selain itu, mereka juga melakukan promosi langsung kepada komunitas urban farming di wilayah Solo Raya.
Dosen pembimbing, Endang Setyaningsih, menilai inovasi mahasiswa bimbingannya ini merupakan bukti bahwa ide sederhana bisa berkembang menjadi solusi nyata. “Saya melihat semangat dan konsistensi mereka luar biasa. Mereka tidak hanya fokus pada produk, tetapi juga nilai keberlanjutan dan edukasi lingkungan yang diusung,” ujarnya.
Endang juga menegaskan bahwa inovasi ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, serta poin 13 tentang aksi terhadap perubahan iklim.
Kontributor : Maysali
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha