Filsafat Pendidikan Muhammadiyah
Filsafat Pendidikan Muhammadiyah
Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)
PWMJATENG.COM – Dulu awal abad ke 20 agama dan kemajuan adalah dua hal yang tidak berkaitan, berjalan sendiri-sendiri sesuai dengan dunia pemahamannya masing-masing. Tradisi saat itu kalau ingin menjadi manusia yang beriman, mengajilah tiap hari jangan lupa melaksanakan rukun iman dan rukun Islam, jagalah tradisi keislaman peninggalan para pendahulu, sementara itu kaum intelektual Barat dan Priyayi, kalau ingin maju kuasailah ilmu pengetahuan, tolonglah mereka yang membutuhkan.
KH Ahmad Dahlan melakukan perubahan cara pandang kaum beriman dan kaum intelektual itu dengan menggabungkan keduanya, agama dan kemajuan, iman dan kesejahteraan, dari sinkretis dan kejumudan ke purifikasi dan pencerahan, dari mistifikasi ke rasionalisasi, dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, dari tradicional society ke modern society, maka berdirilah puluhan ribu amal usaha Muhammadiyah bidang pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi.
Gerakan pendidikan merupakan wilayah kerja peradaban yang paling strategis bagi upaya mewujudkan kemajuan umat dan bangsa, gerakan Muhammadiyah ini akhirnya menjadi pelopor dan inspirasi berbagai gerakan Islam dengan kekhasannya dalam upaya memajukan masyarakat Kuntowijoyo menegaskan bahwa, “Tanpa Muhammadiyah tidak bisa dibayangkan adanya kelompok terpelajar yang sanggup hidup di tengah-tengah peradaban modern tanpa terpecah kepribadian dan imannya.”
Kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, kejumudan bagi Muhammadiyah adalah nahi munkar yang akan diatasi dengan amar makruf yaitu dengan tabligh dan pendidikan sehingga agama yang esoteris mistis menjadi agama yang eksoteris, etis, dan etos, agama yang berkarakter transformatif, melampaui dan membebaskan.
Bagi Muhammadiyah agama diyakini bisa memecahkan persoalan umatnya, agama dengan nilai-nilanya sejatinya mampu menjadi penggerak peradaban modern dan mencerahkan, oleh karena itulah diperlukan ijtihad dan tajdid terus menerus melalui kreatifitas dan inovasi pendidikan Islam yang selaras dengan kemajuan jaman.
Pendidikan Islam Berkemajuan inilah sesungguhnya Filsafat Pendidikan Muhammadiyah, yang berfungsi sebagai landasan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikembangkan dalam pendidikan Muhammadiyah.
Filsafat adalah induk atau ibu ilmu pengetahuan, tanpa filsafat dasarnya praktik pendidikan dalam Muhammadiyah bagai anak ayam kehilangan induk dan kehilangan arah.
Baca juga, Mengapa Paham Salafi Mudah Masuk di Muhammadiyah?
Dalam dokumen yang dikenal sebagai transkrip pidato Konggres Muhammadiyah tahun 1922 berkali kali KH Ahmad Dahlan menyebut Qur’an Suci, Hati Suci, Akal Suci sebagai fondasi Proyek Kemanusiaan Islam. Pendidikan digagas sebagai lembaga pembelajaran kesatuan kemanusiaan berbasis kitab suci dikelola dengan akal dan hati suci. Selain dari beberapa dokumen gagasan itu bisa dibaca dari kesaksian murid-murid Kiai Dahlan antara lain seperti Kiai Syuja’ Kiai Farid Ma’ruf dan Kiai Hadjid.
Pada masa awal Pendidikan Muhammadiyah merupakan proyek besar spiritual learning sebagai praksis pembaruan Kiai Ahmad Dahlan yang menyatukan Islamic Studies dan Secular Studies. Dari sini tumbuh tradisi masyarakat pembelajar (learning society) setelah satu abad gerakan Muhammadiyah didirikan (Abdul Munir Mulkhan, “Spiritual Learning Society : Jejak Pembaharuan Kiai Ahmad Dahlan bagi Masyarakat Indonesia Baru” dalam Suyatno dkk (ed) Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah di Tengah Persaingan Nasional dan Global Jakarta : Uhamka Press 2010),3.
Ide dasar pendidikan Muhammadiyah juga dapat dilihat dalam dokumen “Tali Pengikat Hidup Manusia” yang berbicara tentang akal sehat yang watak dasarnya menerima segala ilmu pengetahuan, dan akal itu sendiri agar tumbuh dan berkembang sempurna harus disiram dengan ilmu pengetahuan, dan semuanya itu harus sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam rumusan “Filsafat Pendidikan Muhammadiyah” yang tertuang dalam dokumen Tanfidz Keputusan Muktamar ke 46, Muhammadiyah mendefinisikan pengertian pendidikannya sebagai berikut :
“Pendidikan Muhammadiyah adalah penyiapan lingkungan yang memungkinkan seseorang tumbuh sebagai manusia yang menyadari kehadiran Allah Swt. sebagai Rab dan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) . Dengan kesadaran spiritual makrifat (iman/tauhid) dan penguasaan ipteks, seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, peduli sesama yang menderita akibat kebodohan dan kemiskinan, senantiasa menyebarluaskan kemakmuran mencegah kemungkaran bagi pemuliaan kemanusiaan dalam kerangka kehidupan bersama yang ramah lingkungan dalam sebuah bangsa dan tata pergaulan dunia yang adil, beradab, dan sejahtera sebagai ibadah kepada Allah.” Wallahu a’lam.
Editor : M Taufiq Ulinuha