AUMBerita

FAI UMS Datangkan Guru Besar Al Azhar Mesir, Berikan Pandangannya terhadap Hermeneutik

PWMJATENG.COM, Surakarta – Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menghadirkan dosen tamu internasional untuk memaparkan tentang “Peran Al-Azhar Dalam Merumuskan Metodologi Tafsir Kontemporer dan Posisinya Terhadap Hermeneutika”, di Ruang Seminar Gedung Pascasarjana UMS, Selasa (22/8).

Pada acara tersebut, Prof. Dr. Muhammad Salim Abu Ashi Guru Besar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas Al-Azhar Mesir menjadi keynote speaker.

Dekan FAI UMS Dr. Syamsul Hidayat, M.Ag., mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kunjungan Syekh Muhammad Salim yang merupakan guru besar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dari Universitas Al-Azhar itu. Syamsul Hidayat menyampaikan bahwa materi ini sangat penting untuk diketahui dalam rangka menemukan format metodologi penafsiran Al-Qur’an yang tepat dalam menghadapi masalah yang muncul di era kontemporer ini.

Dalam ceramahnya yang dipandu oleh Ahmad Nurrahim Lc, M.Pd.I., alumni Universitas Al-Azhar sekaligus merupakan dosen Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IQT), Syekh Muhammad Salim mengingatkan untuk memahami Al-Qur’an, dibutuhkan pemahaman yang baik terhadap bahasa Arab. Selain itu, juga menguasai ilmu alat yang lain seperti ilmu Ushul Fiqh. Dia menyampaikan hal ini, mengingat banyak yang berani berspekulasi menafsirkan ayat tanpa mengindahkan kaidah-kaidah dalam metodologi penafsiran Al-Qur’an.

Syekh Salim dengan mengutip pedapat dari Syekh al-Buti yang menyatakan jika orang bebas menafsirkan kata-kata dalam Al-Qur’an , maka tidak ada orang yang bisa memahami Al-Qur’an.

“Apabila semua bebas memelintir kata-kata dalam Al-Qur’an dari makna asal kepada yang dia inginkan, maka tidak ada yang bisa memahami Al-Qur’an lagi dengan benar dan hilanglah nilai-nilai bahasanya,” katanya.

Dia mencontohkan dalam kalimat “Saya katakan besok ujian”. Lalu orang lain memahami bahwa kata besok maknanya adalah sebulan lagi. Maka ini akan menjadi kacau. Jika bahasa rusak maka tidak ada yang saling memahami. Dalam balaghah Al-Qur’an ada makna haqiqi dan makna majazi. Akan tetapi tidak boleh sembarangan memahami secara majazi kecuali ada dalilnya.

Baca juga, Musywil Berakhir Sukses, Berikut Ketua dan Sekretaris Hizbul Wathan, Pemuda Muhammadiyah, dan Nasyiatul Aisyiah Jawa Tengah Terpilih

Pembacaan teks Al-Qur’an di era kontemporer dengan Hermeneutik menurut Syekh Muhammad Salim banyak mengesampingkan kaidah penafsiran, seperti menghilangkan peran bahasa. Selain itu, Hermeneutik juga hanya mencakup penafsiran yang sifatnya realistis. Ini sama juga dengan materialis. Hal-hal ghaib seperti surga, neraka, dan hari kebangkitan dianggap bukan realitas kehidupan sehingga tidak mungkin dipahami. 

Dalam hermeneutik, semua boleh dan bebas menafsirkan karena sudah menjadi hak pembacanya. Tidak ada penafsiran yang absolut. Tidak ada penafsiran yang pasti benar karena semua penafsiran boleh disalahkan, bahkan pemahaman nabi juga bisa disalahkan. Jika Al-Qur’an mengatakan minuman keras itu haram, lalu ada yang mengatakan itu halal maka itu bebas-bebas saja. Jadi semua ini relatif, semua hukum dalam Al-Qur’an menjadi relatif, seperti pada contoh-contoh sebelumnya.

Dia melanjutkan dalam mentakwilkan Al-Qur’an harus sesuai dengan kaidah. Di antara buku yang menjelaskan panjang lebar masalah ini adalah kitab Jam’u al-jawami.

Di akhir sesi kegiatan tersebut, diadakan sesi tanya jawab dan diskusi yang sangat hangat. Sebelum berakhir, Syekh Muhammad Salim memberikan nasihat yang sangat menyentuh.

“Menuntut ilmu itu harus murni karena Allah. Tidak ada artinya belajar tanpa keikhlasan. Kita harus mengamalkan ilmu yang kita ketahui karena ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah. Amal adalah akhlak Islam,” ungkap Syekh Muhammad Salim.

Dia juga berpesan, dengan meneruskan perkataan Ibnu Atho, bahwa amal adalah bagaikan jasad, sedangkan ikhlas adalah ruhnya.

“Tutuplah pandangan orang padamu dengan pandangan Allah padamu (Jangan mencari kemuliaan di sisi manusia, carilah kemuliaan disisi Allah). Gunakanlah waktu dengan sebaik mungkin. Semoga kita semua khususnya yang di kampus UMS ini selalu dijaga dan diberi taufiq oleh Allah Swt.” Pungkasnya.

Kontributor: Maysali
Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE