Empat Model Pembelajaran Paradigma Baru Sekolah Penggerak
PWMJATENG.COM, Surakarta – Praktisi pendidikan dari Sekolah Penggerak SD Muhammadiyah 1 Ketelan Sri Martono Lanjarsari menjelaskan mengutip pendapat dari Ki Hajar Dewantara “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu,”.
Lanjar mengutarakan hal itu dalam Aksi Sekolah Penggerak bertajuk Jadilah Pemimpin Pembelajaran untuk Kemajuan Pendidikan Indonesia, Kamis (30/12/2021). Sebanyak 16 guru mata pelajaran mengikuti kegiatan ini.
Empat model pembelajaran itu adalah Teka-teki silang (TTS), Qr Code, G-site, dan G-Classroom optimalisasi satu akun untuk beragam kegiatan belajar mengajar dengan Belajar.id dari Kemdikbudristek.
“Menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi murid sepertinya sudah menjadi hal yang umum diinginkan semua pihak. Maka Media kegiatan belajar mengajar dengan paradigma baru guru mata pelajaran alangkah baiknya harus mengenal TTS, QR Code, G-site dan G-Classroom,” terangnya.
Dia menjelaskan, pada saat yang sama kita harus mengelola perubahan yang positif. Perlu perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Inilah salah satu tujuan visi, yaitu untuk mencapai perubahan yang lebih baik dari kondisi saat ini.
Baca juga, Peduli Nasib Guru Honorer, Lazismu Banyumas Serahkan Bantuan di Dua Sekolah
“Visi membantu kita untuk melihat kondisi saat ini sebagai garis “start” dan membayangkan garis “finish” seperti apa yang ingin dicapai,” jelasnya.
Maka, sambung Dia, kita akan mengeksplorasi paradigma yang disebut Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan.
Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi.
Dengan demikian dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif; keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
“Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah; mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik,” terang laki-laki yang menjabat staf Kurikulum 2013 dan sekolah penggerak.
Inilah langkah-langkah yang perlu dalam menerapkan perubahan sesuai dengan visi yang kita telah impikan berdasarkan tahapan BAGJA.
“Tahap pertama, Buat Pertanyaan Utama. kedua, Ambil Pelajaran. ketiga, Gali Mimpi. keempat, Jabarkan Rencana. terakhir, Atur Eksekusi,” pungkasnya.