Empat Golongan Manusia yang Dijauhkan dari Api Neraka, Syamsu Hidayat Ungkap Rahasianya di Pengajian Ahad Pagi Muhammadiyah Wonogiri

PWMJATENG.COM, Wonogiri – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Wonogiri kembali menggelar Pengajian Ahad Pagi yang menjadi agenda rutin setiap pekan pertama dan ketiga di Balai Muhammadiyah Wonogiri. Kegiatan pada Ahad Pon, 26 Oktober 2025 itu dihadiri jamaah dan warga persyarikatan dari wilayah Wonogiri Kota.
Kali ini, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kecamatan Wonogiri menjadi pelaksana kegiatan. Mereka menghadirkan pembicara dari Eromoko, yakni Syamsu Hidayat, Ketua PCM Eromoko sekaligus Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid PDM Wonogiri.
Dalam ceramahnya, Syamsu mengajak jamaah membangun kepribadian dengan empat karakter utama yang disebut Nabi Muhammad SAW sebagai golongan manusia yang haram disentuh api neraka. Empat karakter tersebut ialah hayyin, layyin, qarib, dan sahl.
Syamsu mengutip sabda Rasulullah SAW, “Dari Ibnu Mas‘ud RA, Nabi SAW bersabda: ‘Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang orang yang haram disentuh api neraka?’ Para sahabat menjawab, ‘Ya, mau wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘(Mereka adalah) setiap orang yang hayyin, layyin, qarib, dan *sahl’.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
Menurut Syamsu, empat sifat itu menjadi cermin pribadi yang dicintai Allah dan dijauhkan dari siksa api neraka. Ia menjelaskan, hayyin berarti orang yang tenang dan teduh, baik secara lahir maupun batin. Mereka tidak mudah melaknat atau memaki orang lain. “Sifat ini sejalan dengan firman Allah dalam Surat Al-Fajr ayat 27–30 yang menggambarkan jiwa yang tenang dan diridhai,” ujarnya.
Baca juga, Aplikasi Al-Qur’an Muhammadiyah (Qur’anMu)
Sementara itu, layyin menggambarkan pribadi yang lembut dan santun dalam tutur kata. Mereka menyenangkan lawan bicara dan senang menebar senyum. “Orang yang layyin itu tidak keras hati dan tidak kasar dalam berbicara. Ia memancarkan kebaikan dari kelembutannya,” tutur Syamsu.
Karakter ketiga, qarib, menurutnya berarti orang yang ramah dan mudah bergaul. Ia tidak menjaga jarak secara berlebihan dan mampu menciptakan suasana hangat dalam pergaulan. “Orang yang qarib selalu tampak bersahabat. Ketika bertemu dengan orang lain, wajahnya berseri dan menyenangkan,” imbuhnya.

Adapun sifat sahl, kata Syamsu, menggambarkan pribadi yang tidak mempersulit urusan. Ia selalu berusaha menemukan jalan keluar dari setiap masalah dan cepat dalam memberikan solusi yang tepat. “Sahl itu orang yang memudahkan, bukan menyulitkan. Ia selalu mencari cara untuk menenangkan, bukan menambah beban,” jelasnya.
Syamsu menegaskan bahwa empat karakter tersebut tidak hanya menjadi ciri orang beriman, tetapi juga menjadi modal sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan mengamalkan sifat-sifat itu, seseorang akan lebih mudah diterima, disukai, dan dipercaya oleh lingkungan sekitarnya.
Di akhir ceramah, Syamsu memanjatkan doa agar seluruh jamaah diberi kemampuan meneladani empat sifat mulia itu. “Semoga kita semua mampu menjadi pribadi yang hayyin, layyin, qarib, dan sahl dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, serta termasuk golongan yang haram disentuh api neraka,” tuturnya mengakhiri pengajian.
Kontributor : M Julijanto
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha



