Dosen UMS Luncurkan Srawung Sains: Integrasikan Inovasi TBC dan Ketahanan Iklim di Panularan

PWMJATENG.COM, SURAKARTA – Upaya pengendalian tuberkulosis (TBC) di kawasan hunian padat mendapat penguatan baru melalui peluncuran Srawung Sains: Community Innovation Hub oleh dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Program berbasis pendekatan Sirkular Saintek Inklusif, nudge, dan gamifikasi ini didukung Tera Saintek dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek).
Ketua tim Srawung Sains, Dwi Linna Suswardany, SKM., MPH., menjelaskan bahwa program ini mengintegrasikan dua agenda strategis Kota Surakarta, yakni penurunan beban TBC dan penguatan ketahanan iklim di kawasan pemukiman rentan. Sebelumnya, pada Juli 2025, Prodi Kesehatan Masyarakat UMS telah menjadi mitra Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Program Kampung Peduli TBC.
Dwi Linna menerangkan bahwa kondisi Rusunawa I Panularan—dengan ventilasi terbatas, pencahayaan minim, serta ruang komunal sempit—menyebabkan kelembapan udara meningkat dan mempermudah bakteri TBC bertahan di udara. Perilaku merokok di dalam ruang turut memperparah paparan secondhand dan thirdhand smoke.
“Racun rokok dapat menempel pada permukaan hingga berminggu-minggu bahkan tahunan, terutama pada kasur dan sofa,” jelasnya, Kamis (27/11).
Di sisi lain, area gelap di basement membuat warga bergantung pada listrik PLN. Suhu panas ekstrem akibat perubahan iklim juga mendorong warga lebih sering berada di dalam ruang tertutup, sehingga tantangan TBC dan iklim saling memperkuat.
Program ini menggabungkan keahlian lintas disiplin dari bidang arsitektur, teknik elektro, kesehatan masyarakat, komunikasi, dan dukungan tenaga kependidikan. Srawung Sains menghadirkan lima prototipe berbasis sains terapan:
- Ruang komunal terang tenaga surya untuk mengurangi penggunaan listrik dan meningkatkan kualitas udara.
- Dapur komunal tenaga surya guna mendukung aktivitas warga tanpa menambah beban listrik.
- Smoking Area aman untuk mencegah penyebaran asap ke ruang tinggal.
- Kebun herbal cerdas iklim (CSA-TOGA) melalui rainwater harvesting, hidroponik sirkular, dan raised bed hemat air.
- Media nudging berbasis EAST framework untuk mendorong perilaku sehat terkait merokok, ventilasi, pencahayaan, dan efisiensi energi.
Menurut Dwi Linna, pendekatan ini merupakan “sains yang membumi” yang memadukan teknologi, kesehatan, dan perilaku dalam satu sistem intervensi. Seluruh proses disusun secara ko-kreasi bersama warga Rusunawa I Panularan.
“Yang dibangun bukan hanya fasilitas, tetapi fondasi ketahanan agar udara lebih bersih, energi lebih ramah lingkungan, serta perilaku warga semakin sehat dan kompak,” ujarnya.

Program ini diproyeksikan memberi dampak langsung bagi 96 kepala keluarga. Selain penyediaan fasilitas bertenaga surya, warga juga akan didampingi dalam praktik berkebun cerdas iklim, pengelolaan air hujan, dan inovasi ruang aman merokok. Seluruh solusi dirancang agar mudah dirawat, adaptif terhadap cuaca ekstrem, dan mampu menekan risiko penularan TBC.
Peluncuran program berlangsung Minggu (16/11) di Pendopo Kelurahan Panularan dengan 39 peserta dari pemerintah, warga rusun, kader TBC, Aisyiyah, LSM Semar Jawa Tengah, linmas, remaja, mahasiswa, dan Puskesmas Penumping. Soft launching sebelumnya dilakukan 5 Oktober 2025 melalui pemasangan panel surya di rooftop sebagai langkah awal menuju permukiman adaptif iklim (ProKlim).
Lurah Panularan menyambut baik program ini karena mendukung pencapaian ProKlim RW 3. “Srawung Sains membantu menekan kasus TBC sekaligus mendukung target kami menuju ProKlim Utama dan ProKlim Lestari,” ujarnya.
Dinas Kesehatan Kota Surakarta menilai integrasi TBC–iklim ini sebagai model yang dapat direplikasi. “Kami berharap program ini dapat dikembangkan ke 53 kelurahan lainnya di Surakarta,” kata Agus Hufron, S.Kep., Kepala Seksi P2 DKK.
Dinas Lingkungan Hidup menyampaikan harapan serupa. “Program ini menyentuh langsung isu TBC dan lingkungan. Tujuan akhirnya Surakarta menjadi kota bebas TBC sekaligus kota yang kuat menghadapi krisis iklim,” ujar Egata Dwi Veptiyan, S.Tr.T.
Srawung Sains menjadi langkah kolektif warga, akademisi, pemerintah, dan organisasi kemasyarakatan untuk memperkuat ketahanan kesehatan dan iklim secara berkelanjutan.
Kontributor: (Maysali/Humas)
Editor: Al-Afasy



