AUMBerita

Demi Cegah Fatal, Tim Medis UMS Siaga di Arena Pencak Silat POMNAS 2025

PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menunjukkan kepedulian tinggi terhadap keselamatan atlet dalam ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) XIX 2025. Khusus untuk cabang olahraga pencak silat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMS mengerahkan tim medis yang terdiri dari mahasiswa profesi Fisioterapis, mahasiswa profesi Ners, serta dokter dari Muhammadiyah Medical Center (MMC) UMS.

Kehadiran tim medis ini bertujuan mengantisipasi penanganan yang terlambat maupun keliru ketika terjadi cedera. Mereka berjaga sejak awal hingga akhir pertandingan untuk memastikan keamanan dan kesehatan seluruh pesilat.

Mahasiswa yang berminat diperbolehkan mendaftar menjadi anggota tim medis melalui formulir pendaftaran hingga kuota terpenuhi. Tim medis tersebut tidak hanya hadir sebagai pelengkap, tetapi benar-benar berperan dalam menangani berbagai kondisi darurat yang muncul di arena pertandingan.

Salah satu anggota tim medis, Muhammad Raihan Maulidan, mahasiswa profesi Fisioterapis UMS, menegaskan bahwa cedera dalam pertandingan adalah hal yang tidak dapat dihindari.

“Keberadaan tim medis dalam pertandingan itu penting sekali. Kalau ada cedera, bisa langsung kita tangani. Kalau misal terindikasi patah tulang atau kondisi lain, bisa segera dirujuk ke rumah sakit,” ujarnya, Rabu (24/9).

Menurut Raihan, ketiadaan tim medis bisa berakibat fatal. Penanganan yang lambat atau salah justru berpotensi memperparah kondisi atlet. Ia mencontohkan, pada pertandingan sesi pertama sempat ditemukan kasus dislokasi siku. Tim medis segera memberikan penanganan awal dengan pembidaian sebelum merujuk atlet tersebut ke rumah sakit.

Baca juga, Meneladani Sisi Manusiawi Nabi Muhammad: Uswah Hasanah yang Membumi

Selain dislokasi, kata Raihan, pesilat kerap mengalami benturan pada mulut, dada, maupun anggota tubuh lain. Semua itu membutuhkan reaksi cepat dari tenaga medis agar tidak mengganggu kelanjutan kompetisi maupun membahayakan kesehatan atlet.

Raihan mengakui, tantangan terbesar ketika bertugas adalah menekan ego serta menjalin koordinasi dengan berbagai tenaga medis. “Menyatukan persepsi itu agak susah karena yang ikut ada dokter umum, dokter spesialis, fisioterapis, dan perawat. Tantangannya juga ketika atlet cedera, sementara dua hari lagi dia harus bertanding lagi. Itu betul-betul menjadi dilema,” katanya.

Meski demikian, ia merasa pengalaman ini sangat berharga karena dapat melatih kesiapan, kemampuan komunikasi, serta kecepatan dalam mengambil keputusan.

Untuk mendukung tugas di lapangan, tim medis UMS dibekali dengan sejumlah peralatan kesehatan. Di antaranya adalah alat pacu jantung bagi pasien dengan henti jantung, tabung oksigen, obat pereda nyeri, ice bag, dan perlengkapan medis lain. Bahkan, tiga unit ambulans juga disiagakan untuk mempercepat proses rujukan ke rumah sakit apabila terjadi kondisi serius.

Selain fisioterapis, mahasiswa profesi Ners juga terlibat aktif dalam tim medis. Nuriyatul Fitriyah, salah satu anggota tim, menjelaskan bahwa peran perawat lebih banyak dalam penanganan kegawatdaruratan.

“Posisi perawat itu memang harus bekerja sama dengan dokter dan fisioterapis. Kalau dokter meminta oksigen atau alat lain, kami yang menyiapkan,” ucap Nuriyatul.

Ia menambahkan, keterlibatan dirinya sebagai relawan di POMNAS XIX merupakan bentuk pengabdian sembari menunggu pelatihan serta ujian kompetensi. “Saya ikut sukarela, jadi sambil mengisi waktu juga mendapatkan pengalaman langsung di lapangan,” katanya.

Kontributor : Maysali
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE