Dedikasi untuk Anak Usia Dini dari Ujung Barat dan Timur Indonesia
PWMJATENG.COM, Asmat – Bentangan alam yang memukau dan keunikan budaya di Kabupaten Asmat, Papua Selatan seperti pisau bermata dua. Asmat memiliki kekayaan alam yang belum terjamah, namun juga sulit dijangkau dari dunia luar. Tidak ada jalan menuju Asmat kecuali menyusuri aliran sungai atau menapaki hutan lebat.
Kemiskinan ekstrem dan Pendidikan yang jauh tertinggal menjadi persoalan sulit terpecahkan di daerah 3T (terluar, tertinggal, dan terpencil) ini. Di tengah situasi tersebut, pejuang Pendidikan di Kabupaten Asmat tidak pernah menyerah pada keadaan. Mereka terus berjuang selangkah demi selangkah demi masa depan generasi penerus bangsa.
Orpa Susana Kambuaya memberi gambaran betapa sulitnya mengajak masyarakat Asmat menyekolahkan anak sejak dini. Banyak dari masyarakat yang beranggapan bahwa sekolah itu tidak penting. Apalagi sekolah untuk anak usia dini. Betapa repotnya orang tua harus mengantar anak ke PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
Jauh lebih baik jika waktu, tenaga dan kesempatan yang ada digunakan untuk berburu ke hutan, mencari ikan di sungai, dan bercocok tanam sehingga mereka bisa memberi makan anggota keluarga. Orpa yang mendedikasikan dirinya sebagai Bunda PAUD di Kabupaten Asmat terus mencari cara agar masyarakat sadar betapa pentingnya Pendidikan bagi anak-anak mereka.
“Mengubah mindset masyarakat itu tidak mudah. Inilah tantangan terberat saya,” tutur Orpa. Ia sadar tidak bisa melakukan pekerjaan ini sendiri. Oleh karena itu, Orpa rajin menyambangi satuan Pendidikan, instansi pemerintah, berdialog dengan lembaga swasta yang peduli terhadap Pendidikan, dan menemui para tetua adat.
Ia kemudian berhasil menginisiasi kegiatan yang melibatkan Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat, Yayasan Berkat Lestari, dan Unicef. Kegiatan ini menyosialisasikan pentingnya Pendidikan sejak dini, dan penguatan gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan.
Hadir dalam kesempatan itu Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kabupaten Asmat, guru PAUD serta perwakilan orang tua siswa untuk mendeklarasikan dukungan gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Kerja Bunda PAUD yang menunjukkan komitmen pentingnya menggandeng berbagai pihak untuk mendukung gerakan ini.
Pada kegiatan penguatan gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan, program yang diusung Bunda PAUD Kabupaten Asmat adalah mendorong penyelenggaraan pembelajaran yang bisa mengajak anak-anak agar mengikuti sistem pembelajaran tanpa tekanan serta memberikan rasa nyaman. Kreativitas guru diperlukan agar masa transisi PAUD ke SD benar-benar menyenangkan bagi anak.
Mendukung target perubahan yang pertama yaitu menghilangkan tes baca tulis hitung dalam PPDB di SD, sebagian besar satuan SD di Kabupaten Asmat sudah tidak lagi menyelenggarakan tes baca, tulis dan berhitung (Calistung) dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2023. Beragam bentuk program, modul, serta advokasi dikembangkan dengan melibatkan mitra maupun rumah adat di daerah Asmat untuk menjamin keberlangsungan dan keberlanjutan gerakan ini.
Atas upayanya mendorong kemajuan Pendidikan di Kabupaten Asmat, Orpa Susana Kambuaya mendapat penghargaan pada ajang Apresiasi Bunda PAUD tingkat Nasional Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) di Mercure Convention Centre Ancol, Jakarta, pada 8 November 2023.
Orpa meraih penghargaan kategori Wiyata Dharma Utama, Kelompok Bunda PAUD Kabupaten Daerah Tertinggal. Penerima penghargaan Kategori Wiyata Dharma Utama adalah Bunda PAUD yang telah secara optimal mendorong berbagai bentuk Inovasi dalam melakukan advokasi, keterjangkauan advokasi, maupun kualitas relevansi program kerja dengan tiga target perubahan, yang seluruhnya berkaitan dengan Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.
Selain itu, kriteria pendukung berupa berbagai upaya lainnya mulai dari Kolaborasi dengan organisasi mitra; Mendorong penyelenggaraan kegiatan keorangtuaan (parenting) di setiap satuan; Mendorong peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan PAUD; Mendorong dan mendukung pemerintah daerah dalam mewujudkan penyediaan layanan PAUD minimal 1 (satu) tahun pra-SD; dan mendorong peran serta masyarakat dalam pembinaan, penyelenggaraan, dan pengembangan Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.
Langkah Kecil Menuju Kemenangan
Sementara itu, mewakili tingkat provinsi datang dari ujung barat Indonesia, Bunda PAUD Provinsi Aceh, Ayu Candra Febiola Nazuar, menapaki karpet merah dengan penuh kebanggaan. Di hadapan Bunda PAUD Nasional Iriana Joko Widodo, Ayu menerima penghargaan dalam Apresiasi Bunda PAUD Tingkat Nasional Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek.
Di balik sorotan lampu panggung, Ayu sadar bahwa keberhasilan ini hasil sinergi dan kerja keras tim Kelompok Kerja (Pokja) Bunda PAUD Aceh. Sebuah kemenangan yang menciptakan jejak perubahan, bukan untuk Ayu sebagai Bunda PAUD, tetapi untuk seluruh tim yang telah bersama-sama menulis kisah sukses mereka.
Baginya, penghargaan yang dipegangnya bukan sekadar lambang prestasi, melainkan sebuah penghormatan yang menggambarkan dedikasi luar biasa dari seluruh tim. Mereka telah bersama-sama menulis bab demi bab kisah keberhasilan ini, merajut jejak perubahan yang membawa dampak positif jauh ke depan bagi generasi Aceh.
”Saya merasa terharu dan bahagia,” ungkapnya. Ayu lantas membagikan kisah di balik prestasinya. “Saat pengumuman pemenang, saya sedang videokan pengumuman para pemenang, dan tiba-tiba nama saya disebut. Tentu saja kaget, dan kamera langsung off,” katanya sambil tertawa kecil.
Lantas, apa yang membuat kontribusi Bunda PAUD Aceh diakui sebagai salah satu yang terbaik di tingkat nasional? Jawabannya terletak pada kerjasama yang erat dengan organisasi mitra, terutama Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). “Kerjasama dengan organisasi mitra, yaitu PKK, sangat penting karena melibatkan 3 pilar utama pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat atau lingkungan,” jelas Ayu.
Kendalanya banyak. Tantangannya juga ada, terutama dalam pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). “Masih banyak satuan pendidikan SD/MI yang mengadakan tes seleksi saat PPDB, terutama sekolah swasta dan yang di bawah Kemenag,” ungkapnya.
Ayu dan tim akhirnya memprioritaskan penguatan team work, kerjasama dengan dinas terkait, dan organisasi mitra. Inovasi dan kolaborasi menjadi kunci dalam mendukung Transisi PAUD ke SD yang menyenangkan. “Sosialisasi tiga target perubahan, penguatan pentingnya kemampuan fondasi anak, dan kerjasama dengan PKK serta organisasi mitra lainnya menjadi strategi yang diterapkan,” ujarnya.
Ayu juga tak ragu melakukan audiensi dengan Kementerian Agama untuk mengurai dan mencari solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi. Program Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) juga ikut disentuh. Baginya, MPLS menjadi bagian penting dari persiapan menyambut peserta didik baru. MPLS kemudian dikemas dengan kegiatan seru dan edukatif. Hal ini membantu anak-anak merasa lebih akrab dengan lingkungan baru mereka, mengurangi kecemasan, dan merangsang rasa ingin tahu mereka. MPLS juga menjadi ajang guru bisa lebih mengenal kemampuan dan capaian perkembangan anak didiknya.
Perubahan pun terjadi. Gerakan Transisi PAUD ke SD jadi terasa menyenangkan. Proses belajar tidak lagi hanya tentang buku dan catatan, tetapi juga melibatkan kegiatan-kegiatan kreatif yang membuat anak-anak terlibat secara aktif. Rasa ingin tahu dan kegembiraan mereka dihargai, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mereka secara positif.
Selain itu, kolaborasi erat dengan orang tua dan masyarakat setempat menjadi landasan yang kokoh. Di sinilah peran bunda PAUD dari tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai kecamatan digerakkan di seluruh Aceh. Komunikasi yang terbuka dan transparan memastikan bahwa setiap pemangku kepentingan terlibat aktif dalam mendukung proses transisi ini. Inilah yang membuat transisi PAUD ke SD di Aceh menjadi pengalaman yang lebih ramah dan menyenangkan. (Adv)
Editor : M Taufiq Ulinuha