AUMBerita

Dari Surakarta ke Saint Petersburg, Rusia: Cerita Inspiratif Mahasiswa UMS Penerima Beasiswa IISMA

PWMJATENG.COM, Surakarta – Muhammad Qadri Ramadhan, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), berhasil meraih beasiswa prestisius Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2024 dan berkesempatan belajar di Saint Petersburg University, Rusia. Pengalaman ini menjadi cerita inspiratif bagi banyak mahasiswa Indonesia yang ingin menimba ilmu di luar negeri.

Qadri, yang akrab dipanggil Adhan, dengan rendah hati mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukungnya selama ini. “Alhamdulillah, dari mulai berangkat di bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, sempat transit di Turki, hingga akhirnya tiba di Rusia pada 27 Agustus lalu,” ujarnya dalam wawancara melalui Zoom Meeting, Senin (7/10).

Tiba di Saint Petersburg, Adhan langsung terkesima dengan kebersihan kotanya. “Kesan pertama, kota ini sangat bersih, udaranya segar, dan orang-orang di sini lebih suka berjalan kaki. Satu hari, biasanya bisa jalan minimal 5-6 kilometer,” ungkap mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam Kelas Internasional itu.

Selain kebersihan dan gaya hidup sehat warga Rusia, Adhan juga memuji sistem transportasi umum yang terintegrasi. “Di sini, kemana-mana jadi lebih mudah karena transportasinya terhubung dengan baik,” tambahnya.

Namun, tidak semua hal berjalan mulus. Adhan mengaku, tantangan terbesar yang dihadapinya adalah bahasa. “Bahasa Rusia itu sangat berbeda dengan alfabet yang biasa kita gunakan, jadi butuh penyesuaian. Walaupun sudah ikut kelas bahasa Rusia, tetap saja masih perlu banyak adaptasi,” katanya.

Mengenai perkuliahan, Adhan menuturkan bahwa kursus yang diikutinya sangat berbeda dengan yang ada di Indonesia. “Perkuliahan di sini full menggunakan bahasa Rusia, jadi perlu banyak penyesuaian,” ujarnya sambil menambahkan bahwa cara belajar di Rusia sangat mendorong mahasiswa untuk aktif.

Baca juga, Jelang Tanwir Muhammadiyah, PWM dan PDM se-Jateng Berlayar ke Karimunjawa untuk FGD

“Sebelum kelas dimulai, kami diwajibkan membaca 10-15 artikel. Saat masuk kelas, kami langsung ditanya apa yang kami dapatkan dari bacaan itu, seperti tes lisan,” terang Adhan. Dia juga menambahkan bahwa dosen di Rusia sangat terbuka terhadap pendapat berbeda. “Diskusinya sangat hangat, dan mahasiswa bisa mengungkapkan pendapat kapan saja tanpa harus menunggu kesempatan,” ujarnya.

Tidak hanya itu, Adhan mengungkapkan bahwa meski terkendala bahasa, ia tidak merasa sendiri karena selalu belajar bersama teman-temannya. “Kami saling membantu satu sama lain, berbagi catatan, dan belajar bersama-sama. Bahkan, saya juga sering bertanya kepada orang asli Rusia untuk memahami materi kuliah,” paparnya.

Salah satu hal yang juga menarik bagi Adhan adalah perbedaan gaya berpakaian. “Kalau musim panas, mahasiswa di sini biasa mengenakan kaos untuk kuliah. Awalnya, saya memakai kemeja dan itu dianggap terlalu formal,” katanya sambil tertawa.

Budaya disiplin juga sangat dijunjung tinggi di Saint Petersburg University. “Mahasiswa di sini sangat menghargai waktu, bahkan sebelum kelas dimulai, mereka sudah datang lebih awal. Komunikasi dengan dosen pun tidak menggunakan WhatsApp seperti di Indonesia, tetapi melalui email,” jelasnya.

Adhan berharap dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, baik untuk belajar secara akademis maupun memperluas relasi global. “Ini kesempatan yang sangat berharga, dan saya berharap bisa terus belajar, baik secara tekstual di kelas maupun dalam kehidupan sosial,” tuturnya penuh harap.

Kontributor : Fika
Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE