Dalil Puasa Asyura dan Tasu’a serta Kapan Pelaksanaannya
PWMJATENG.COM – Hari Asyura, yaitu hari kesepuluh bulan Muharram, merupakan salah satu hari yang dianjurkan untuk berpuasa oleh Rasulullah Saw. Puasa ini dianjurkan sebelum diwajibkannya puasa Ramadan. Setelah diwajibkannya puasa Ramadan, beliau memberikan kebebasan kepada umatnya untuk memilih apakah ingin berpuasa atau tidak pada hari Asyura. Selain itu, umat Islam juga dianjurkan untuk menggabungkan puasa Asyura dengan puasa Tasu’a, yakni pada hari kesembilan bulan Muharram.
Menurut Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang telah diterbitkan oleh PP Muhammadiyah, Puasa Asyura jatuh pada Selasa, 16 Juli 2024 M/10 Muharram 1446 H. Dan Puasa Tasu’a jatuh sehari sebelumnya, yakni Senin, 15 Juli 2024 M/9 Muharram 1446 H.
Anjuran Puasa Asyura
عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ثُمَّ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصِيَامِهِ حَتَّى فُرِضَ رَمَضَانُ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
[متفق عليه]
Dari ‘Aisyah r.a., diriwayatkan bahwa kaum Quraisy pada masa Jahiliah berpuasa pada hari Asyura. Rasulullah saw kemudian memerintahkan berpuasa pada hari tersebut sampai diwajibkannya puasa Ramadan. Setelah itu, beliau bersabda, “Barang siapa yang ingin berpuasa pada hari Asyura, silakan berpuasa. Barang siapa yang tidak ingin, silakan berbuka.” (HR Bukhari dan Muslim).
عَنْ سَلَمَةَ بْنِ اْلأَكْوَعِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاً مِنْ أَسْلَمَ أَنْ أَذِّنْ فِي النَّاسِ أَنَّ مَنْ كَانَ أَكَلَ فَلْيَصُمْ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ لَمْ يَكُنْ أَكَلَ فَلْيَصُمْ فَإِنَّ الْيَوْمَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ
[رواه البخاري]
Dari Salamah Ibn al-Akwa’ r.a., diriwayatkan bahwa Nabi saw memerintahkan seorang dari Bani Aslam untuk mengumumkan kepada masyarakat bahwa siapa yang sudah makan hendaknya berpuasa pada sisa hari tersebut, dan siapa yang belum makan hendaknya berpuasa, karena hari itu adalah hari Asyura (HR Bukhari).
Keutamaan Puasa Asyura
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللهُ عَنْهماُ قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ
[رواه البخاري]
Ibnu Abbas r.a. menyampaikan bahwa ia tidak pernah melihat Rasulullah saw membiasakan berpuasa suatu hari yang lebih diutamakan dari yang lainnya kecuali hari Asyura dan bulan Ramadan (HR Bukhari).
Baca juga, Nabi Muhammad Berpuasa Asyura Sebelum Syariat Ibadah Puasa Turun
عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ
[رواه أحمد والنسائي]
Dari Hafshah r.a., diriwayatkan bahwa ada empat amalan yang tidak pernh ditinggalkan oleh Nabi saw, yaitu puasa Asyura, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, puasa tiga hari setiap bulan, dan shalat dua rakaat sebelum subuh (HR Ahmad dan an-Nasa’i).
Anjuran Puasa Asyura Dibarengi dengan Puasa Tasu’a
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ حِينَ صَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
[رواه مسلم وأبو داود]وَفِي لَفْظٍ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ لأَصُوْمَنَّ التَّاسِعَ يَعْنِي يَوْمَ عَاشُورَاءَ
[رواه أحمد و مسلم]وقَالَ أَبُو عَلِيٍّ رَوَاهُ أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ زَادَ فِيهِ مَخَافَةَ أَنْ يَفُوتَهُ عَاشُورَاءُ
[انظر سنن ابن ماجه]
Ibnu Abbas r.a. menjelaskan bahwa ketika Rasulullah saw berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh para sahabatnya untuk berpuasa juga, para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, hari Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.” Rasulullah saw kemudian bersabda, “Jika saya panjang umur sampai tahun depan, niscaya saya akan berpuasa pada hari kesembilan,” yakni hari Tasu’a. Namun, sebelum tahun depan datang, Rasulullah saw telah wafat (HR Muslim dan Abu Dawud).
Dalam lafazh lain Rasulullah saw bersabda: Jika Saya panjang umur sampai tahun depan, niscaya saya akan berpuasa pada hari kesembilan, yakni hari, Asyura’. [AR. Ahmad dan Muslim].
Abu ‘Ali mengatakan: Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad Ibn Yunus dari Ibnu Abi Dzi’b dengan tambahan “karena beliau takut ketinggalan ‘Asyura’.” [Lihat Ibnu Majah].
Anjuran berpuasa pada hari Asyura dan Tasu’a menunjukkan betapa pentingnya kedua hari tersebut dalam Islam. Puasa ini tidak hanya memiliki nilai sejarah yang kuat, tetapi juga merupakan bentuk ibadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. Sebagai umat Islam, kita dianjurkan untuk melaksanakan puasa ini sebagai bentuk kecintaan dan ketaatan kepada Allah Swt. serta meneladani sunnah Nabi Muhammad Saw.
Dikutip dari naskah “Puasa Tathawwu’”, Keputusan Munas Tarjih ke-XXVI di Padang, Sumatera Barat tahun 2003, berdasarkan SK PP Muhammadiyah No 07/KEP/I.0/B/2008 tentang Tanfidz Keputusan Musyawarah Nasional Tarjih XXVI.
Editor : M Taufiq Ulinuha