Berita

Charis Thohari Rohman : Tanaman Ramadhan Dengan Perawatan Yang Baik Menghasilkan Buah Yang Baik Pula

PWMJATENG.COM, KENDAL – Bulan Ramadhan merupakan sekolah keimanan dan bengkel akhlak yang sangat manjur bagi orang yang mengetahuinya. Banyak sekali pelajaran yang diambil darinya. Pada kesempatan kali ini kami mengajak untuk bersama-sama merenungi buah dari Ramadhan. Sudahkah kita mendapatkannya ?. Apabila kita mendapatkannya buah Ramadhan akan merasakan kemenangan. Sebaliknya, jika kita tidak memperoleh buah dari Ramadhan, kerugianlah yang kita rasakan.

Demikian kata H. Charis Thohari Rohman, S.Sy, , S.Th.I Al Hafidz  pada khutbah Iedul Fitri 1440 H Rabu (5/6) di Stadion Madya Kendal.

Direktur Pondok Tahfidz Al qur’an Ibnu Juraimi PDM Kota Yogyakarta itu menjelaskan Ramadhan yang kita tanam selama sebulan dengan perawatan yang baik akan menghasilkan buah yang baik pula.

“Tanaman Ramadhan dengan perawatan membaca Al qur’an, bershadaqah. Menyiangi dengan mencabut dan membuangnya jauh-jauh gulma, sifat marah, dengki, menahan lapar dan dahaga, serta menyirami tanaman Ramadhan dengan curahan rekaat-rekaat sholat lail, serta memupuk dengan memperbanyak do’a, maka tanaman Ramadhan itu akan menghasilkan buah segar yang ranum” kata Charis.

Di hadapan ribuan anggota jamaah sholat Ied, beliau menjelaskan buah dari madrasar Ramadhan antara lain adalah keikhlasan dan kesabaran.

Charis Thohari Rohman yang memiliki sanad dari Syaikh Mudawi Ma’arif itu menerangkan, bahwa ikhlas merupakan syarat pondasi yang harus dimiliki oleh seseorang jika ingin amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT setelah mentauhidkanNya, dan mengerjakan amal-amal sholeh lainnya.

“Sebelum Allah menyuruh hambanya untuk sholat dan zakat, Allah menyuruhnya untuk ikhlas terlebih dahulu. Sifat ikhlas menjalankan perintah-perintah Allah dan ikhlas menerima cobaan berupa kelaparan dan kehausan telah kita peroleh selama Ramadhan” ujarnya.

Ditambahkan olehnya bahwa puasa Ramadhan melatih keikhlasan dan kesabaran yang pahalanya tidak terbatas.

“Sifat sabar dan ikhlas pahalanya tidak mengenal batas dan besarnya. Jika ada orang yang berkata ikhlas dan sabar ada batasnya, maka sesunggunya bukan sabar dan ikhlas yang ada batasnya, tetapi kemampuan orang tersebut untuk menerima cobaan, kesulitan, dan gangguanlah yang terbatas” ungkap Charis mengutip Al qur’an Surat Az-Zumah ayat 10. ‘Hanya orang-orang yang bersifat sabar yang dilipat gandakan pahalanya tanpa batas’ 

 

Buah Ramadhan selanjutnya menurut sang khatib adalah mutaba’ah, mengikuti koridor Nabi dalam beribadah.

Beliau mengatakan, betapapun ikhlas dan sabar selama beribadah Ramadhan apabila tidak sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW akan ditolak dan tidak diterima oleh Allah SWT.

“Orang yang berpuasa sejak terbit fajar sampai terbenam matahari tidak segera berbuka, tetapi melanjutkan puasnya sampai imsak dengan alasan ingin mendapatkan bonus pahala. Itu namanya puasa yang melebihi kadarnya dan tidak sesuai dengan koridor yang diajarkan oleh Rasulullah. Maka puasa seperti itu dibenci, bahkan tertolak” jelasnya lagi sambil mengutip hadits Nabi ‘Manusia akan senantiasa dalam kebaikan jika mereka menyegerkan berbuka’ (HR. Muttafaqun ‘Alaihi)

Mentaati aturan-aturan ibadah puasa Ramadhan dengan sebaik-baiknya yang ditetapkan oleh Rasulullah menunjukkan bahwa kita cinta kepadanya.

“Dengan semakin cinta kepada Allah dan RasulNya maka kejayaan, kemenangan, kebahagiaan, dan izah dari Islam yang dicita-citakan akan kembali dan didapatkan” tegasnya.

 

Selanjutnya buah dari Ramadhan adalah taqwa dan muraqabah, merasa diawasi oleh Allah SWT.

Seseorang yang berpuasa tidak akan berbuka sebelum waktunya, karena merasa gerak-geriknya senantiasa dimonitoring, diawasi oleh Allah. Sedangkan orang yang tidak berpuasa tanpa alasan syar’i akan makan dan minum sendiri dengan enjoy, maupun berjamaah dengan yang tidak puasa. Mereka tidak risih dilihat orang banyak dan merasa tidak diawasi oleh Allah karena sifat ketaqwaan dan diawasi oleh Allah tidak menyala dalam hatinya.

“Dan Allah tidak hanya mengawasi gerak-gerik kita selama Ramadhan. Pengawasan, pengetahuan dan ilmu Allah terhadap sepak terjang makhluqnya tidak terbatas pada ruang dan waktu”

“Alangkah makmurnya negeri ini jika rakyat dan pejabat negara memiliki sifat taqwa dan muqarabah sebagai buah dari pendidikan Ramadhan. Tidak akan ada pejabat yang melakukan korupsi, mengkhianati amanat rakyat. Masyarakat dalam keadaan aman, tidak ada pencurian, pembegalan, dan perbuatan asusila secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, karena sifat taqwa dan muqarabah terpancar dalam hatinya” harapnya.

 

Ke empat buah dari Ramadhan adalah semakin mesra dengan Al qur’an. Ramadhan memberikan pelajaran kepada kaum muslimin agar kembali kepada Al qur’an sebagai barokah yang membacanya, mentataburinya, menghafalkannya, berhukum kepadanya, berobat kepadanya, dan mengamalkannya.

“Jangan sampai kita mengenal Al qur’an hanya pada bulan Ramadhan. Di luar bulan suci Al qur’an dijadikan hiasan belaka. Tersimpan di almari yang berdebu” pintanya sambil mengutip Al qur’an Surat Al furqon ayat 30: ‘Rasul (Muhammad SAW) mengadu ‘ Wahai Tuhanku sesunggunya kaumku telah menjadikan Al qur’an sebagai sesuatu yang dilalaikan dan dicampakkan’.

“Jika Ramadhan kita benar dan membekas tentu kecintaan kita dengan Al qur’an akan melekat sampai mati, dan Al qur’an akan memberi syafaat di hari qiamat” imbuhnya.

 

Kasih sayang sesama adalah salah satunya lagi dari buah Ramadhan. Puasa Ramadhan memberi pendidikan kepada kita untuk tidak bersifat bakhil dan pelit.

“Harta kita sebenarnya milik Allah yang kita belanjakan di jalan Allah. Seberapa banyak harta yang kita miliki tidak akan di bawa mati, maka Allah mewajibkan kepada kita untuk berzakat, infaq dan shadaqah. Zakat fitrah yang telah kita keluarkan sebagai penyempurna ibadah Ramadhan” terang Charis.

Beliau mengatakan, memberi makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa pahalanya sama dengan mereka yang berpuasa dan tidak dikurangi sedikitpun pahalanya.

“Ramadhan mengajarkan kepada kita untuk peduli dan empati sesama. Tidak memiliki sifat pelit” tegasnya lagi.

Prilaku-prilaku selama Ramadhan seharusnya terus terpancar dalam hidup sampai ajal menjemput.

Jangan sampai ketaqwaan terpancar selama Ramadhan saja. Selesai Ramadhan padamlah ketaqwaannya.

“Seburuk-buruk kaum adalah yang menyembah Allah dengan benar hanya di bulan Ramadhan, sedangkan mereka yang beruntung adalah yang menyembah Allah dan beribadah lain kepadaNya sepanjang tahun dan masa” kata Charis mengutip pendapat sufi.

Di ujung khutbah sebelum ditutup dengan do’a, Charis Thohari Rohman mengajak kepada diri sendiri dan seluruh anggota jamaah sholat Ied untuk senantiasa merawat dan menjadikan pendidikan Ramadhan menghasilkan buah yang bermanfaat bagi diri dan sesama, selalu terpancar dari prilaku keseharian sampai Allah mencabut nyawa kita. (Fur/MPI Kendal)

 

 

 

Aji Rustam

Jurnalis MPI PWM Jateng, Wartawan Seniour TribunJateng

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE