Cerdas Digital: Mubalighat Aisyiyah Menyongsong Era Dakwah Digital
PWMJATENG.COM, Jepara – “Aduh, memori ponsel saya sudah penuh, apakah saya masih bisa mengikuti pelatihan Dakwah Digital?” tanya seorang peserta kepada narasumber di pelatihan. Keluhan itu disusul oleh peserta lain, “Maaf, ponsel saya jadul, hanya bisa untuk menelepon dan mengirim SMS. Saya tidak bisa membuat konten-konten kekinian.”
Di sudut lain aula, seorang peserta mengungkapkan, “Saya ini sudah sepuh, biarlah yang muda-muda saja yang belajar dakwah digital.” Pernyataan ini memantik tawa kecil, karena dari fisiknya peserta tersebut belum terlihat sepuh.
Meski diliputi keluhan, semangat para peserta tampak tak surut. Antusiasme mereka dalam pelatihan bertema “Mencetak Mubalighat yang Berkualitas untuk Dakwah Aisyiyah yang Berkemajuan” begitu terasa. Acara ini digagas oleh Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) bersama Majelis Tabligh dan Ketarjihan (MTK) Jepara, berlangsung pada 30 November hingga 1 Desember 2024 di aula SD Muhammadiyah Kriyan, Jepara.
Pelatihan ini dihadiri peserta dari berbagai Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) dan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) se-Jepara. Selama dua hari penuh, mereka dibekali berbagai ilmu yang menyasar empat divisi utama MTK, yakni public speaking, tabligh digital, ketarjihan, serta pengajian dan keluarga.
Materi yang diberikan begitu komprehensif. Peserta tidak bisa memilih salah satu materi sebagai favorit, karena semuanya saling berhubungan. “Public speaking sangat erat kaitannya dengan tabligh digital, sedangkan tabligh digital tidak terlepas dari ketarjihan serta pengajian keluarga,” jelas salah satu narasumber, Rihana.
Baca juga, Menjadi Mukmin Kuat, Sehat, dan Unggul
Praktik menjadi bagian utama pelatihan ini. Dalam sesi seni berpidato, peserta diajak mempraktikkan cara berbicara yang menarik. Sementara itu, pada sesi dakwah digital, suasana pelatihan berubah menjadi riuh.
Dengan semangat, peserta memegang ponsel mereka, mengikuti instruksi tahap demi tahap dari Rihana. “Sekarang, kita coba mendownload gambar-gambar yang relevan. Kemudian, kita desain di Canva dengan menambahkan teks dari ayat Al-Qur’an atau hadis yang sesuai,” papar Rihana.
Peserta yang awalnya tampak ragu kini mulai percaya diri. Mereka menyimak dengan seksama setiap langkah, dari memilih template desain hingga mengunggah hasilnya ke media sosial. Proses ini menjadi bukti bahwa belajar teknologi digital tidak terbatas pada usia atau kemampuan teknis awal.
Dalam penutupan sesi, Rihana menekankan pentingnya penguasaan teknologi digital untuk syiar agama. “Dengan dakwah digital, Aisyiyah bisa semakin dikenal, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia internasional. Media sosial seperti YouTube, Facebook, Instagram, hingga TikTok adalah jembatan penting untuk mensyiarkan nilai-nilai Islam,” ujarnya.
Zaman terus berubah, dan Aisyiyah menyadari pentingnya beradaptasi. Pelatihan ini bukan hanya soal menguasai teknologi, tetapi juga memperkuat semangat berkemajuan di kalangan mubalighat. Meski banyak kendala yang dirasakan peserta, dari keterbatasan perangkat hingga rasa minder, pelatihan ini membuktikan bahwa semua itu dapat diatasi dengan kemauan belajar.
“Tidak ada batasan usia untuk belajar. Aisyiyah harus menjadi organisasi yang adaptif terhadap perubahan zaman, terutama dalam berdakwah,” kata Rihana dengan penuh keyakinan.
Kontributor : Sri Wuryanti
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha