Carilah Jalan yang Membawa Cahaya dalam Kehidupanmu
Carilah Jalan yang Membawa Cahaya dalam Kehidupanmu
Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul) (Penasehat PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan)
PWMJATENG.COM – “Duh Gusti, mugiyo paring margi kang kaleresan, sanes margi ingkang paduka laknati.” Petikan lagu di atas merupakan permohonan seorang hamba kepada Tuhan agar diberi jalan yang diridai dalam kehidupannya. Jalan merupakan sarana atau perantara (wasilah) yang menghubungkan antara manusia dengan Tuhan.
Dalam kehidupan ini, banyak jalan yang bisa menjadi penghubung antara manusia dengan Tuhannya. Misalnya, jika kita ingin ke Jakarta menggunakan jalan tol, perjalanan akan lebih cepat sampai tujuan dibandingkan dengan jalan biasa. Meski membutuhkan biaya lebih, jalan tol meminimalkan hambatan seperti kemacetan dan jalan rusak. Dalam konteks kehidupan akhirat, kita perlu menempuh jalan yang benar-benar mengantarkan kita pada keselamatan di dunia dan akhirat.
Salah satu jalan yang bisa menjadi wasilah adalah ilmu. Menuntut ilmu melalui guru, ustaz, ulama, atau bahkan orang tua kita sendiri adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. “Pergilah sejauh mungkin untuk mencari ilmu dan guru untuk menuntun kita.” Seperti anak atau murid yang mencari guru untuk membimbingnya, kita perlu hati-hati dalam memilih jalan agar tidak tersesat.
Baca juga, Hanya Allah yang Layak Diibadahi dan Menjadi Tempat Bergantung
Analoginya, mencari guru yang benar-benar memiliki kepribadian teladan adalah penting. Kita harus menyatu dengan hati seorang guru, tidak hanya mengambil ilmunya saja. Meminta petunjuk Tuhan tentang siapa yang layak menjadi jalan kita adalah langkah bijak. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam ayat ketujuh dari surat Al-Fatihah:
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ
Ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Hikmah dari Kandungan Ayat Ketujuh Surat Al-Fatihah
Jalan yang dimaksud bisa bersifat fisik maupun non-fisik. Yang bersifat non-fisik bisa berupa hati, qolbu, dan alam pikiran kita. Sedangkan yang tampak adalah Kitab Suci Al-Qur’an, hadis Nabi, para alim ulama, ustaz, kiai, dan bahkan orang tua kita yang sudah mendapatkan rahmat dari Allah.
Namun, jangan sampai kita menempuh jalan yang benar-benar dimurkai Allah, yaitu dengan menduakan-Nya, menyamakan sesuatu dengan Allah, atau menghamba pada setan dan iblis yang tampak maupun tidak tampak. Kita juga harus menghindari mengikuti orang-orang sesat yang secara fisik tampak bagus, tetapi tidak bisa menjadi teladan dan mengajak pada hal-hal yang menyimpang dari Tuhan. Kesyirikan dan bersekutu dengan setan serta iblis, walaupun penampilannya seperti orang alim, adalah jalan yang harus dijauhi.
Editor : M Taufiq Ulinuha