
PWMJATENG.COM, Surakarta – SD Muhammadiyah Palur menunjukkan keseriusannya dalam meningkatkan kualitas pendidik. Di penghujung Mei 2025, kepala sekolah dan guru sekolah tersebut mengikuti Seminar Akbar yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Kepala Sekolah SD/MI Muhammadiyah (FKKS) se-Jawa Tengah. Kegiatan ini berlangsung di Aula Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan mengusung tema besar, “Menghadapi Tantangan Pendidikan Muhammadiyah dan Aisyiyah di Era Society 5.0.”
Tiga narasumber nasional hadir dalam seminar tersebut. Iwan Junaedi, Direktur Kepala Sekolah, Pengawas, dan Tenaga Kependidikan di Kementerian Pendidikan yang juga menjabat Ketua Majelis Dikdasmen PNF PWM Jawa Tengah, menjadi pembicara pertama. Ia menegaskan bahwa pemimpin itu dibentuk, bukan dilahirkan. Karena itu, kata Iwan, “Kita harus menciptakan lingkungan dan ekosistem yang menumbuhkan kepemimpinan dalam dunia pendidikan Muhammadiyah.”
Menurutnya, sekolah sebagai lembaga pendidikan harus menyiapkan ruang yang memungkinkan tumbuhnya karakter kepemimpinan guru dan siswa. “Kepala sekolah harus jadi motor penggerak dalam membentuk budaya sekolah yang membina,” tambahnya.
Narasumber kedua, Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta Harun Prayitno, menyampaikan bahwa para kepala sekolah dan guru wajib mengembangkan tiga sikap utama: adaptif, progresif, dan moderatif (APM). Ia juga menekankan pentingnya menjaga prinsip 3K dalam kepemimpinan pendidikan Muhammadiyah.
“Kompak, kokoh, dan komitmen. Tiga hal ini harus menjadi ciri khas kepala sekolah dan guru Muhammadiyah. Mereka adalah kader persyarikatan yang membawa amanah besar,” jelas Harun.
Baca juga, Keluarga sebagai Tiang Utama Kehidupan: Refleksi Nilai-Nilai Islami dalam Pembinaan Anak dan Peran Muhammadiyah
Ia juga menambahkan bahwa ilmu yang diajarkan akan menjadi jariyah apabila diamalkan dan mendatangkan kemanfaatan bagi murid. Oleh karena itu, guru harus menjadi teladan dalam nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan kemajuan zaman.
Sementara itu, narasumber ketiga, Gunanto—seorang trainer pendidikan asal Jawa Barat—membahas pentingnya Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam dalam kurikulum nasional ke depan. Ia memaparkan berbagai teknik praktis agar guru mampu menciptakan pembelajaran yang mendalam dan menyenangkan.
“Guru yang bisa mengambil hati murid, dialah yang sebenarnya telah memenangkan kelasnya,” ujar Gunanto di hadapan ratusan peserta.
Ia menyampaikan bahwa pendekatan pembelajaran mendalam tidak hanya akan menguatkan pemahaman siswa, tetapi juga membentuk karakter dan kecintaan terhadap proses belajar. Gunanto menyarankan agar guru tidak hanya fokus pada transfer ilmu, tetapi juga pada penciptaan ruang dialogis di kelas.
Nur Laili, guru SD Muhammadiyah Palur, mengaku sangat terkesan dengan isi seminar tersebut. “Materinya sangat padat dan berbobot, membuat suasana seminar terasa hidup dan inspiratif,” ungkapnya.
Ia berharap, kegiatan serupa bisa rutin digelar di masa mendatang. Menurutnya, acara ini bukan sekadar ruang berbagi pengetahuan, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan penguatan jejaring antarpendidik se-Jawa Tengah.
“Seminar ini luar biasa. Selain kontennya spektakuler, kami juga bisa memperkuat jaringan guru dan kepala sekolah se-Jawa Tengah,” ujarnya sambil tersenyum.
Kontributor : Laili
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha