Bendahara PWM Jateng Kupas Tuntas Karakter dan Kepemimpinan Transformasional
PWMJATENG.COM, Semarang – Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Sofyan Anif, yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, menjadi narasumber dalam pengajian Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Jumat, 13 September 2024. Dalam pemaparannya, Sofyan Anif mengupas tuntas tentang kepemimpinan dan pentingnya karakter dalam menjalankan peran sebagai pemimpin yang efektif.
Menurut Sofyan, konsep kepemimpinan tidak dapat dipisahkan dari karakter seseorang. “Pemimpin itu adalah sebuah karakter, yaitu kemampuan seseorang untuk mengarahkan atau mempengaruhi orang yang dipimpinnya,” ujar Sofyan. Ia menekankan bahwa karakter ini menjadi elemen penting dalam kesuksesan seorang pemimpin, terutama dalam mempengaruhi dan meyakinkan anggota komunitas yang ia pimpin.
Sofyan Anif mengutip sebuah survei dari lembaga Carnegie di Amerika Serikat, yang menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang di bidang politik dan bisnis 85 persen ditentukan oleh kepribadian, sementara hanya 15 persen ditentukan oleh pendidikan. “Kepribadian menjadi aspek yang sangat menentukan dalam kepemimpinan. Kekuatan pribadi dan karakter seorang pemimpin menyumbang sekitar 50 persen dari kekuatan kepemimpinannya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Sofyan menjelaskan bahwa ada beberapa jenis kekuatan dalam kepemimpinan, yang ia sebut sebagai “power of leadership.” Di antaranya, ada real power, yakni kekuatan yang didasarkan pada imbalan yang diberikan seorang pemimpin kepada yang dipimpinnya. “Semakin banyak imbalan yang diberikan, semakin kuat pula pengaruh seorang pemimpin,” tambahnya. Selain itu, ada legitimate power, kekuatan yang diperoleh dari posisi formal, dan expert power, yang didasarkan pada keterampilan atau pengetahuan khusus.
Namun, Sofyan juga menyoroti jenis kepemimpinan yang saat ini banyak terjadi dalam politik Indonesia, yaitu legitimate power. “Kekuatan ini lebih sering digunakan dalam gerakan-gerakan kebijakan politik, di mana posisi formal menjadi dasar untuk memengaruhi orang lain,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Sofyan Anif juga membahas tentang kepemimpinan transaksional dan transformasional. Kepemimpinan transaksional, jelasnya, lebih berfokus pada pelaksanaan tugas yang dibebankan, dengan menekankan pada pengawasan dan sistem penghargaan serta hukuman. “Pemimpin transaksional mengembangkan sistem ganjaran dan hukuman untuk memastikan kinerja kelompok berjalan dengan baik,” paparnya.
Baca juga, IMM Jateng Mencari Pemimpin yang Bersih, Berintegritas, dan Berorientasi pada Perkaderan, Mampukah?
Namun, Sofyan menilai bahwa kepemimpinan transformasional lebih ideal diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk di bidang pendidikan. “Kepemimpinan transformasional berfokus pada hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin. Seorang pemimpin transformasional akan memotivasi dan memberikan inspirasi kepada anggotanya, bukan sekadar mengawasi atau memberi hukuman,” tuturnya.
Ia menambahkan, “Pemimpin yang efektif harus memiliki wawasan masa depan dan kemampuan untuk memotivasi orang-orang di sekitarnya.” Dalam konteks ini, Sofyan menyoroti pentingnya pemimpin untuk memiliki pandangan visioner. “Seorang pemimpin yang mempunyai pandangan ke depan akan lebih berhasil dalam memimpin, karena ia mampu memproyeksikan masa depan organisasi dan mengarahkan anggotanya untuk mencapai tujuan tersebut,” ujarnya.
Selain itu, kepemimpinan transformasional juga menekankan pentingnya mendukung potensi anggota yang dipimpin, sehingga mereka dapat mengembangkan diri dan memberikan kontribusi maksimal kepada organisasi. “Pemimpin transformasional bukan hanya memberikan tugas, tetapi juga memotivasi dan membimbing anggotanya,” kata Sofyan.
Menurutnya, dalam kepemimpinan masa kini, tren menuju kepemimpinan transformasional semakin kuat. “Kepemimpinan yang berorientasi pada pelayanan, atau servant leadership, adalah bagian dari kepemimpinan transformasional. Pemimpin tidak hanya memberi perintah, tetapi juga melayani dan mendukung anggotanya,” jelasnya.
Sofyan Anif mengakhiri pemaparannya dengan menekankan bahwa pemimpin yang efektif tidak hanya mengandalkan kekuatan formal, tetapi juga kekuatan hubungan dan kepribadian. “Di era sekarang, pemimpin yang sukses adalah mereka yang mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang yang mereka pimpin, serta mampu menginspirasi dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama,” pungkasnya.
Editor : M Taufiq Ulinuha