Belajar Al-Qur’an di Era Digital: Dari Mushaf ke Aplikasi Modern

Oleh : Zahra Lu’lu’a Salsabila (Mahasiswa IQT Universitas Muhammadiyah Surakarta)
PWMJATENG.COM – Di era serba digital, hampir semua hal dapat dipelajari melalui gawai—mulai dari resep masakan hingga cara memperbaiki laptop. Namun, bagaimana dengan belajar Al-Qur’an? Padahal, kemampuan membaca Al-Qur’an merupakan hal yang sangat penting dan wajib dimiliki setiap Muslim (Nurrohim, 2023:50). Pertanyaan yang kemudian muncul: apakah metode pembelajaran yang digunakan selama ini masih relevan dengan perkembangan zaman?
Perkembangan teknologi tidak hanya mengubah cara manusia bekerja dan berinteraksi, tetapi juga memengaruhi cara menuntut ilmu agama. Kini, belajar Al-Qur’an dapat dilakukan melalui berbagai platform digital, mulai dari aplikasi tajwid, video pembelajaran, hingga kelas interaktif via Zoom. Inovasi ini memudahkan siapa pun untuk terus belajar kapan pun dan di mana pun.
Dari Mushaf ke Layar Digital
Dahulu, kebanyakan orang belajar Al-Qur’an di masjid, sekolah, atau rumah guru ngaji dengan metode tradisional seperti Iqra’, Qiroati, dan Tilawati. Metode tersebut menekankan ketepatan membaca dengan tartil dan sesuai tajwid.
Namun, cara belajar itu kini berkembang pesat. Al-Qur’an mengalami transformasi dalam cara pembacaan, penyebaran, dan pemahamannya (Quranicum, 2024:74). Banyak aplikasi belajar Al-Qur’an hadir di ponsel pintar, lengkap dengan audio, sistem hafalan digital, hingga fitur interaktif. Pengguna dapat membaca dan memahami Al-Qur’an kapan saja tanpa batasan ruang.
Metode pembelajaran Al-Qur’an pun tidak lagi terbatas pada ruang kelas atau mushala. Dunia digital membuka peluang agar proses belajar lebih fleksibel dan menarik. Sejumlah lembaga pendidikan Islam mulai mengintegrasikan sistem pembelajaran tatap muka dengan e-learning atau hybrid learning, memungkinkan peserta didik tetap terhubung dengan guru meski terpisah jarak.
Pentingnya Metode Pembelajaran yang Tepat
Metode pembelajaran memegang peranan penting dalam keberhasilan belajar Al-Qur’an. Materi yang baik tidak akan bermakna tanpa metode yang sesuai. Masykur menegaskan bahwa inovasi metode pembelajaran Al-Qur’an menjadi kebutuhan penting agar proses belajar dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa kehilangan nilai spiritual (Masykur dkk., 2023:4).
Penelitian Nurrohim menunjukkan bahwa metode yang tepat mampu menciptakan suasana belajar Al-Qur’an yang menyenangkan. Melalui metode Tajdied, proses membaca Al-Qur’an menjadi lebih cepat, sistematis, dan tidak membosankan bagi peserta didik (Nurrohim dkk., 2023:52).
Metode Tajdied dirancang untuk menggabungkan pendekatan Struktural Analisis Sintesis (SAS) dan teknik mnemonik, sehingga memudahkan peserta didik mengenali huruf serta mempercepat kemampuan membaca (Nurrohim dkk., 2023:53).
Baca juga, Aplikasi Al-Qur’an Muhammadiyah (Qur’anMu)
Selain Tajdied, metode Tilawati juga terbukti efektif. Metode ini membantu santri meningkatkan kemampuan dari level sedang ke tinggi melalui modul khusus (Umma dkk., 2020:255). Sementara itu, metode Qiro’ati yang banyak digunakan di sekolah dasar mampu membuat bacaan siswa menjadi lebih lancar dan sesuai tajwid (Hidayah & Zumrotun, 2023:353).
Kemajuan teknologi juga mendukung pembelajaran Al-Qur’an agar semakin menarik. Hidayat, Nurrohim, dan Suharjianto mencatat bahwa penggunaan e-learning dalam pembelajaran tafsir dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan mahasiswa karena sistemnya lebih fleksibel dan interaktif (Hidayat, Nurrohim & Suharjianto, 2023:72). Dalam penelitian lain, Nurrohim mengembangkan aplikasi Tajwid Mushawwar, yang membantu peserta didik mempelajari makharijul huruf melalui fitur audio dan evaluasi otomatis (Ramadlani, Nurrohim & Haq, 2023:41).
Tantangan dan Harapan di Era Digital
Meski teknologi memberi kemudahan, pembelajaran Al-Qur’an digital tetap memiliki tantangan. Belajar melalui layar kadang membuat seseorang kehilangan suasana spiritual yang biasanya hadir ketika duduk di depan guru, mendengarkan lantunan ayat suci, dan menerima koreksi dengan penuh adab. Rasa khusyuk dan kedekatan emosional dengan guru ngaji dapat berkurang apabila tidak diimbangi dengan kesungguhan niat.
Oleh karena itu, keseimbangan menjadi kunci. Teknologi hanyalah sarana, bukan tujuan. Umat Islam perlu bijak memanfaatkannya tanpa mengabaikan nilai-nilai adab dan tradisi keilmuan Islam. Dunia digital seharusnya menjadi jembatan, bukan pengganti sepenuhnya, bagi proses pembelajaran yang bersifat ruhani.
Pembelajaran Al-Qur’an di era digital membuka peluang besar. Dengan inovasi dan kreativitas, generasi muda dapat semakin dekat dengan Al-Qur’an tanpa terhalang ruang dan waktu. Namun, secanggih apa pun teknologi dan metode yang digunakan, semua kembali pada niat dan kemauan hati untuk terus belajar.
Selama semangat mengaji tetap menyala—baik melalui mushaf maupun layar digital—cahaya Al-Qur’an akan senantiasa menerangi hati. Sebab, yang terpenting bukan di mana kita belajar, melainkan bagaimana kita menjaga hubungan dengan kalamullah di tengah derasnya arus modernitas.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha



