Bangkit dari Mati Suri! Perpustakaan Desa Ini Disulap Jadi Pusat Literasi Baru yang Inspiratif

PWMJATENG.COM, Boyolali – Di tengah era digital yang mengikis minat baca, secercah harapan muncul dari sudut kecil Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono, Boyolali. Perpustakaan Ngudi Kawruh, yang sempat mati suri sejak pandemi Covid-19, kini kembali bergeliat. Berkat kolaborasi akademisi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), perpustakaan tersebut tidak hanya hidup kembali, tetapi juga menjelma menjadi simbol baru gerakan literasi desa.
Revitalisasi Perpustakaan Ngudi Kawruh dipelopori oleh Muhad Fatoni dan 11 mahasiswa Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Gelombang 2 Tahun 2024 UMS melalui skema Pengabdian Individu Dosen (PID). Proyek ini lahir dari keprihatinan terhadap rendahnya budaya membaca, terutama di desa yang jauh dari pusat informasi dan literasi.
“Sejak pandemi, perpustakaan ini tak lagi beroperasi. Koleksinya terbengkalai, administrasinya kacau, bahkan tak ada petugas yang mengelola,” kata Muhad Fatoni saat diwawancarai di sela kegiatan.
Padahal, perpustakaan ini menjadi satu-satunya sumber literasi untuk siswa Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Tanjungsari yang belum memiliki perpustakaan sendiri. Kondisi ini menambah urgensi upaya revitalisasi.
Data Program for International Student Assessment (PISA) 2022 mencatat Indonesia berada di peringkat ke-59 dari 81 negara dalam hal literasi. Fakta ini menguatkan semangat tim untuk mendorong perubahan nyata di akar rumput.
Baca juga, Green Kurban: Bisakah Iduladha Ramah Lingkungan?
Revitalisasi ini tidak sekadar merapikan ruangan atau menambah buku. Mereka menyusun lima program strategis untuk menghidupkan kembali semangat baca di desa:
- Penataan Ulang Ruang Perpustakaan
Ruangan perpustakaan dibersihkan total, rak dan meja diperbarui, serta koleksi buku ditata ulang secara rapi. - Pembenahan Administrasi
Sistem pencatatan buku yang sebelumnya manual diganti dengan sistem katalogisasi sederhana untuk memudahkan pengelolaan. - Donasi Buku
Tim menggalang donasi dari masyarakat dan berhasil mengumpulkan puluhan buku anak dan pengetahuan umum. - Pelatihan Alat Permainan Edukatif
Ibu-ibu PKK dilatih membuat permainan edukatif yang menyenangkan untuk anak-anak, seperti kartu baca dan angka. - Re-opening Perpustakaan
Sebagai penanda dimulainya era baru, perpustakaan dibuka kembali lewat seremoni sederhana yang penuh makna.
Dampak positif langsung terasa. Anak-anak kembali memenuhi perpustakaan, ibu-ibu PKK aktif mengajak putra-putrinya bermain sambil belajar, dan sekolah dasar mulai menjalin kemitraan.

“Kami sangat berterima kasih kepada kakak-kakak PPG. Mereka telah mendampingi kami dan membuat pengalaman belajar di perpustakaan menjadi menyenangkan,” ujar Natijatun, perwakilan Pokja 2 PKK Desa Tanjungsari.
Ia menambahkan, “Kami merasa terbantu dengan adanya alat permainan edukatif. Anak-anak jadi lebih tertarik membaca dan berhitung. Semoga perpustakaan ini terus berkembang.”
Pemerintah Desa Tanjungsari pun menunjukkan dukungan. Mereka berkomitmen menjaga kesinambungan program literasi ini. Kepala desa bahkan mulai membahas kemungkinan alokasi dana desa untuk menunjang operasional perpustakaan.
Muhad Fatoni menegaskan bahwa tujuan utama proyek ini bukan hanya membangun perpustakaan fisik, tetapi juga menumbuhkan budaya belajar bersama. “Kami ingin menjadikan Ngudi Kawruh sebagai ruang inklusif tempat anak-anak, orang tua, dan guru bertumbuh bersama lewat literasi.”
Kontributor : Tyas
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha