Antisipasi Kejadian Tawuran di Malam Takbir, Muhammadiyah Undaan Lakukan Ini!
PWMJATENG.COM, Kudus – Memasuki bulan Dzulqa’dah, ingatan tentang tragedi malam takbiran di Desa Undaan Tengah, Kabupaten Kudus, kembali mengemuka. Kejadian tragis yang terjadi pada malam Idulfitri, April lalu, tidak hanya menggemparkan, tetapi juga menyisakan duka mendalam bagi masyarakat setempat. Apa yang sebenarnya terjadi di balik peristiwa yang merenggut nyawa satu orang ini?
Pada malam takbiran yang seharusnya dipenuhi dengan nilai-nilai Islami, suasana berubah menjadi kelam akibat tawuran antar gang yang berujung pada kematian. Peristiwa ini memicu berbagai pertanyaan dari masyarakat. Banyak yang bertanya, “Mengapa hal semacam ini bisa terjadi?” dan “Bagaimana awal mula kejadiannya?”
Menurut perangkat Desa Undaan Tengah, peristiwa tragis tersebut bermula dari masalah sederhana, yaitu sound system. “Orang-orang desa setempat iri dengan sound system milik desa lain yang suaranya lebih keras dan merdu,” ujar perangkat desa. Persaingan antar desa untuk menyewa sound system yang lebih baik ini kemudian memicu rasa iri yang berujung pada konflik fisik.
Masyarakat Desa Undaan Tengah menyesalkan kejadian ini. Mereka mempertanyakan bagaimana desa mereka bisa mengalami tragedi seperti ini, padahal kejadian serupa pernah terjadi di desa sebelah. Warga berharap tradisi malam takbiran bisa berubah menjadi lebih Islami dan aman di masa mendatang. Kritik keras dilontarkan kepada panitia acara, meminta mereka untuk merencanakan kegiatan dengan lebih matang dan mempertimbangkan aspek keamanan.
“Panitianya ini bagaimana? Sudah tahu ini malam takbiran umat Islam, kenapa karya-karya dari setiap gang tidak mencerminkan nilai Islam?” ujar seorang warga. Kritik lain datang dari warga yang menyoroti pakaian peserta takbiran. “Orang-orang yang ikut memeriahkan dari perwakilan setiap gang, pakaiannya sudah seperti ingin tawuran. Ada yang tidak pakai alas kaki, warna pakaian hitam, bahkan ada yang menyiapkan minuman beralkohol.”
Baca juga, Penguasa Tunggal dan Mutlak: Bagian Pertama
Berbagai organisasi keagamaan juga turut mengkritik peristiwa tersebut. Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Undaan, Khoirul Anam, menyatakan rasa kecewa dan prihatin. “Kegiatan itu kurang religius dan banyak kemudaratan,” ujarnya. Dia menyarankan agar takbiran tahun depan dilaksanakan di masjid atau mushola setiap gang saja dan tidak digelar di jalan raya untuk menghindari gangguan terhadap fasilitas umum.
Nadhif, tokoh Muhammadiyah setempat yang menjabat sebagai Majelis Tabligh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Undaan Tengah, juga menyampaikan kekecewaannya. “Suasana yang semestinya saling maaf-memaafkan berujung tawuran, bahkan ada korban jiwa. Sangat paradoks antara suasana dengan peristiwanya,” katanya. Nadhif menekankan pentingnya mengedukasi masyarakat tentang hakikat takbir keliling sebagai syiar agama Islam yang penuh kedamaian dan kasih sayang, jauh dari hura-hura dan mubazir.
Muhammadiyah setempat berencana berkomunikasi dengan pihak terkait untuk mengevaluasi dan memperbaiki kegiatan takbiran keliling ini. Harapan besar diungkapkan oleh berbagai elemen masyarakat agar tradisi malam takbiran di Desa Undaan Tengah bisa berubah menjadi lebih baik dan lebih aman di masa mendatang.
Demikianlah dinamika tradisi malam takbiran keliling di Desa Undaan Tengah, Kabupaten Kudus, tahun ini. Kritik, kesan, pesan, dan harapan dari warga dan organisasi keagamaan diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi desa ini di masa mendatang. Semoga bermanfaat.
Kontributor : Adam Satria Nugraha
Editor : M Taufiq Ulinuha