Khazanah Islam

Amar Ma‘rūf Nahi Munkar: Dari Dakwah Bil-Lisān hingga Dakwah Bil-Hāl

PWMJATENG.COM – Amar ma‘rūf nahi munkar merupakan salah satu prinsip utama dalam ajaran Islam. Konsep ini tidak hanya menjadi dasar kewajiban individu seorang muslim, tetapi juga menjadi landasan gerakan dakwah dan perjuangan sosial kemasyarakatan. Dalam sebuah tausiyah, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, M Abdul Fattah Santoso, menegaskan bahwa spirit ini telah dijadikan pijakan Muhammadiyah sejak awal berdiri.

Ia menjelaskan, istilah al-āmirūn yang terdapat dalam Al-Qur’an berasal dari kata kerja ya’murūna bil-ma‘rūf, sebagaimana tercantum dalam surat Ali-‘Imran ayat 104 dan 110. Allah berfirman:

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‘rūf, dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-‘Imran: 104).

Menurut Abdul Fattah, istilah al-āmirūn merujuk pada sekelompok orang yang aktif menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Hal ini menjadi identitas bagi mereka yang menjalankan amanah dakwah.

Bentuk Dakwah: Dari Kata-Kata hingga Perbuatan Nyata

Dalam praktiknya, amar ma‘rūf nahi munkar memiliki berbagai bentuk pelaksanaan. Abdul Fattah menyebut setidaknya ada dua jalur utama, yakni dakwah bil-lisān dan dakwah bil-hāl.

Dakwah bil-lisān dilakukan melalui ucapan atau nasihat. Misalnya, ketika seorang muslim melihat perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama, ia bisa memberikan peringatan atau mengingatkan dalam forum pengajian. Cara ini merupakan bentuk langsung dari ajakan dengan kata-kata.

Namun, dakwah tidak hanya berhenti pada ucapan. Ada bentuk yang lebih mendalam, yakni dakwah bil-hāl. Abdul Fattah menjelaskan bahwa dakwah bil-hāl diwujudkan melalui aktivitas nyata yang membangun peradaban manusia. Contohnya adalah mendirikan sekolah. Melalui pendidikan, generasi muda tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga dibiasakan pada perilaku baik yang sesuai ajaran agama. Inilah cara konkret mewujudkan amar ma‘rūf dalam kehidupan sehari-hari.

Memahami Makna Ma‘rūf

Dalam penjelasan Abdul Fattah, kata ma‘rūf memiliki makna yang luas. Secara etimologis, ma‘rūf berasal dari kata kerja ‘arafa–ya‘rifu yang berarti mengenal. Dengan demikian, ma‘rūf adalah segala sesuatu yang dikenal baik oleh masyarakat dan sejalan dengan ajaran agama.

Para ulama tafsir pun menegaskan bahwa ma‘rūf merupakan kebaikan universal yang diakui oleh akal sehat, adat, dan syariat. Artinya, setiap perbuatan yang diperintahkan agama serta diterima sebagai kebaikan oleh masyarakat termasuk dalam kategori ma‘rūf. Sebaliknya, munkar adalah hal-hal yang ditolak agama dan dianggap buruk oleh masyarakat.

Baca juga, Tafsir Soroti Tradisi Maulid Nabi di Jawa: Antara Syair, Sastra, dan Keteladanan

Dengan pemahaman ini, amar ma‘rūf tidak terbatas pada ceramah keagamaan, melainkan bisa diwujudkan dalam bidang pendidikan, kesehatan, pengasuhan, hingga pemberdayaan masyarakat. Semua bentuk kegiatan yang mendorong manusia menuju kehidupan lebih baik termasuk dalam implementasi amar ma‘rūf nahi munkar.

Menyampaikan Kebenaran dengan Bijak

Meski demikian, Abdul Fattah mengingatkan bahwa cara menyampaikan dakwah harus memperhatikan prinsip kebijaksanaan. Ia menilai ada sebagian orang yang menyampaikan amar ma‘rūf dengan cara yang justru “mengganggu kebebasan orang lain.” Padahal, Islam mengajarkan agar dakwah dilakukan tanpa melukai dan tanpa menyakiti.

Menurutnya, seni dalam berdakwah terletak pada bagaimana pesan kebaikan bisa diterima, bukan ditolak atau ditertawakan. Untuk itu, diperlukan pendekatan yang tepat dan sikap yang penuh kelembutan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125).

Ayat ini menjadi panduan agar dakwah dilakukan secara persuasif dan penuh kesantunan, bukan dengan paksaan.

Merangkul, Bukan Menjauhkan

Lebih lanjut, Abdul Fattah menekankan pentingnya merangkul berbagai pihak yang justru sering kali jauh dari aktivitas dakwah. Menurutnya, bagaimana mungkin dakwah bisa sampai kepada mereka jika para da‘i justru menjauh?

Karena itu, perlakuan yang baik terhadap sasaran dakwah adalah bagian penting dari amar ma‘rūf. Kedekatan emosional dan sosial menjadi kunci agar pesan kebaikan dapat diterima dengan lapang dada.

Abdul Fattah menegaskan bahwa dakwah bil-hāl adalah jalan yang sangat relevan dalam konteks ini. Melalui aktivitas nyata, umat Islam bisa menghadirkan wajah dakwah yang ramah, solutif, dan membangun. Misalnya, dengan memberikan pelayanan kesehatan, mendampingi masyarakat dalam usaha ekonomi, atau terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Semua itu adalah bentuk nyata dakwah yang memberdayakan.

Dakwah sebagai Aktivitas Peradaban

Dari uraian Abdul Fattah dapat disimpulkan bahwa amar ma‘rūf nahi munkar adalah fondasi penting dalam membangun peradaban. Dakwah bukan sekadar seruan lisan, tetapi juga kerja nyata untuk menghadirkan kebaikan dalam kehidupan manusia.

Dakwah bil-hāl menegaskan bahwa Islam tidak berhenti pada teori, melainkan menuntut aksi nyata. Melalui pendidikan, kesehatan, pemberdayaan, dan pengasuhan, ajaran Islam hadir sebagai solusi atas problem kemanusiaan. Dengan demikian, umat Islam tidak hanya berperan sebagai penyampai pesan, tetapi juga sebagai penggerak perubahan sosial.

Abdul Fattah menutup tausiyahnya dengan menekankan bahwa amar ma‘rūf nahi munkar adalah amanah yang menuntut keseriusan. Perlu keterampilan, kesabaran, dan pembiasaan agar pesan dakwah tidak hanya terdengar, tetapi juga dirasakan manfaatnya. Ia mengingatkan bahwa keberhasilan dakwah bergantung pada sejauh mana umat Islam mampu menghadirkan kebaikan secara nyata di tengah masyarakat.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE