Kolom

Akademi Tabligh: Menyiapkan Mubaligh Tercerahkan dan Mencerahkan

Akademi Tabligh: Menyiapkan Mubaligh Tercerahkan dan Mencerahkan

Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)

PWMJATENG.COM – Muhammadiyah secara umum adalah gerakan dakwah, jelas disebutkan dalam statuten terkini : Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid. Dakwah cakupannya luas yang dibuktikan dengan UPP dan AUM. Karena ada unsur Tajdid yang membedakan dengan gerakan Islam lain maka Dakwah Muhammadiyah adalah Dakwah Pencerahan (da’wah tanwiriyyah) merupakan terminologi dakwah yang membebaskan (tahrir) memberdayakan (taqwiyah) dan memajukan (taqdim). Inilah tiga kunci dakwah pencerahan yang menjadi elan vital gerakan Muhammadiyah (LDK PP, Anak Panah Sang Pencerah, Dakwah Merambah Daerah 3T, Uhamka Pers, 2021)

Dakwah secara khusus disebut Tabligh (Menyampaikan ajaran) oleh para mubaligh secara lisan atau tulisan dan menjadi Majelis tersendiri. Materi Tabligh bersifat mencerahkan dengan strategi yang memperhatikan kearifan lokal baik dalam retorika/narasi dan adab. Tabligh ini menjadi ‘ruh’ ideologi gerakan amal Muhammadiyah, baik secara personal maupun kelembagaan.

Dalam bentang sejarah Muhammadiyah, Majelis Tabligh merupakan Majelis pertama yg dibentuk selain Majelis Pendidikan, PKO dan Pustaka. Penyebaran Muhammadiyah ke seluruh pelosok Indonesia karena kegiatan Tabligh. Sang Pendiri selain berdagang batik juga bertabligh ke berbagai kota sehingga kemudian berdiri Cabang-Cabang Muhammadiyah. Sebagai gerakan Islam yang membawa paham baru dan mengkritisi tradisi yg ada wajar kalau ada reaksi balik dari mereka berupa ancaman pembunuhan seperti di Banyuwangi, namun bagi seorang Kiai Dahlan tidaklah menyurutkan langkah tetap berangkat dengan baik dan semua di serahkan kepada Allah, ternyata aman tidak ada apa-apa bahkan terbentuk Cabang Muhammadiyah di kota tersebut.

Dalam konteks tabligh di Karesidenan Ngayogyakarta, Kiai Dahlan memang tidak menampakkan aspek purifikasinya, karena terkait situasi lokal yang sangat kuat dengan tradisi jawa, hindu, animisme bercampur Islam (sinkretisme). Beliau menempuh jalan amal yg transformatif dan membebaskan dalam bentuk pendidikan, kesehatan dan sosial yang kemudian terwadahi dalam sebuah organisasi dengan dasar justifikasi ajaran pokok Islam. Strategi tanpa konfrontasi dan non politik ini terbukti efektif meski butuh waktu lama timbulnya kesadaran mengamalkan Islam secara benar.

Baca juga, Apakah Panitia Berhak Mendapatkan Bagian dari Daging Hewan Kurban?

Di era KH Mas Mansyur sekitar tahun 1927 dibentuk Majelis Tarjih, sejak itu Tabligh Muhammadiyah semakin gencar menggelorakan tabligh dengan materi pemurnian Islam dengan jargon Takhayul Bid’ah dan Churafat (TBC), faktor inilah salah satu hal yang membuat banyak orang tertarik dan bergabung menjadikan Muhammadiyah semakin tersebar luas ke seluruh pelosok Nusantara. Ada banyak cerita-cerita masa lalu yang menunjukkan sikap ‘ekstrim’ warga Muhammadiyah dalam menyingkapi tradisi keislaman lokal pada saat itu.

Sekarang tabligh yg bersifat materi pemurnian sudah jarang, malah sudah sebagian diambil alih oleh kelompok-kelompok Islam tertentu dengan narasi yang mudah dipahami dan lugas, karena itu ada sebagian warga yang berpindah. Paralel dengan sikap Muhammadiyah terkini yang cenderung moderat, wasathiyah dan toleran.

Karena itu berbagai tantangan tersebut dan mencegah bias pemahaman, Tabligh perlu memperkuat setidaknya dalam 3 aspek materi yg sifatnya komparatif (perbandingan) dengan paham keagamaan lain :

1) Keyakinan Tauhid yang Membumi, selama ini dikursus klasik tentang Tauhid/Teologi pada aspek Ketuhanan (dzat, sifat, a’fal) perlu dibumikan dengan melihat keberadaan Allah melalui ciptaannya (HPT Jilid 1) dari sini akan muncul ilmu pengetahuan.

2) Perlu dibedakan antara Tauhid dengan Aqidah dan juga Fiqih, karena di sebagian umat Islam sulit/tidak membedakan ketiga hal tersebut, sehingga mudah mengharamkan, membid’ahkan bahkan mengkafirkan pada soal-soal fiqiyah.

3) Penguatan aspek puritan (Al Qur’an dan As Sunnah ) namun dengan paradigma Muhammadiyah yaitu pemurnian dalam aqidah dan ibadah maghdah dan memperluas ijtihad an tajdid dalam ranah muamalah duniawiyah melalui pendekatan bayani (tekstual), burhani (kontekstual) dan Irfani (intuisi) dalam satu rangkaian penafsiran ajaran Islam dalam konteks ruang dan waktu yang terus berubah dan berkembang, Inilah Risalah Islam Berkemajuan yang ujungnya menjadikan Islam sebagai Agama Peradaban (Dien Al Hadlarah).

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE