Aisyiyah Jawa Tengah Galakkan Efisiensi Energi, Siapkan Duta Audit Lingkungan

PWMJATENG.COM, Yogyakarta – Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Majelis Ekonomi Jawa Tengah terus menggerakkan program pemasaran Biskuit Cahaya. Seluruh Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) menyambut kegiatan ini dengan penuh antusias. Di tengah semarak gerakan tersebut, Pimpinan Pusat Aisyiyah (PPA) melalui Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) meluncurkan gagasan baru bertajuk 1000 Cahaya.
LLHPB PWA Jawa Tengah menugaskan Koordinator Divisi Lingkungan Hidup, Deny Ana I’tikafia, untuk mengikuti kegiatan tersebut. Ia didampingi Ketua LLHPB Brebes, Sylvia Setiawan, serta kader LLHPB Kendal, Isnatun. Harapannya, program 1000 Cahaya dapat disinergikan ke seluruh tingkatan pimpinan Aisyiyah di Jawa Tengah, mulai dari daerah hingga ranting.
Kegiatan berlangsung selama empat hari, sejak Selasa (19/8/2025) hingga Jumat (22/8/2025), di Aula SM Tower Malioboro, Yogyakarta. Direktur 1000 Cahaya, Eko Bhinneka, bersama Wakil Ketua LLHPB PPA, Hening Parlan, hadir langsung memimpin kegiatan. Turut serta perwakilan Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCR PM) yang diketuai Jamaludin Ahmad, serta Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA). Fokus utama kegiatan adalah menguatkan jaringan pengelola masjid ramah lingkungan di seluruh Indonesia.
Isu krisis iklim menjadi bahasan utama. Para peserta, terutama ibu-ibu Aisyiyah, dilatih agar menjadi agen perubahan yang mampu menyuarakan gerakan hemat energi hingga ke tingkat akar rumput. Dalam sesi Training of Trainer (TOT), peserta dibekali kemampuan sebagai calon auditor lingkungan handal.
Di Jawa Tengah, program ini sejalan dengan inisiatif LLHPB PWA seperti Gerakan Muhammadiyah Peduli Sampah (GMPS) dan Tanam Pohon Pola Asuh. Melalui program tersebut, ibu-ibu Aisyiyah diharapkan menjadi pelopor efisiensi energi di rumah tangga, amal usaha, hingga lembaga pendidikan.
Baca juga, Menjaga Harmoni dengan Tetangga: Akhlak Sosial yang Diajarkan Nabi
Para peserta TOT juga menerima buku Fikih Transisi Energi Berkeadilan sebagai panduan. Sebelumnya, mereka telah mempelajari fikih lingkungan, fikih air, dan fikih kebencanaan. Selain teori, peserta berlatih menghitung efisiensi energi, baik secara manual maupun menggunakan aplikasi EcoWatt.
Pada hari keempat, peserta melakukan kunjungan lapangan ke Koperasi Syariah BMT Ummat di Gunungkidul, Yogyakarta. Mereka disambut hangat oleh manajer BMT Ummat, Dwi Dewi Diastini. Ia menjelaskan bahwa lembaga yang lahir dari jamaah Masjid Al Muqorobbin pada 2008 tersebut kini telah berkembang pesat. Dengan modal awal Rp30 juta, BMT Ummat mampu menembus omzet Rp30 miliar pada 2024.

Produk unggulan BMT Ummat antara lain ATM beras untuk warga kurang mampu serta air minum kemasan AIRO. Semua usaha tersebut ditopang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang dipasang di lantai atas gedung. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa penerapan energi terbarukan dapat mendukung kemandirian ekonomi umat.
Deny Ana I’tikafia mengaku banyak memperoleh ilmu dari kegiatan TOT. “Materi yang kami terima, baik teori, praktik, maupun kunjungan lapangan, sangat berharga untuk dibawa pulang. Kami ingin mengimplementasikan 1000 Cahaya di Jawa Tengah,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Hening Parlan. Ia menekankan pentingnya semangat kader Aisyiyah dalam menjaga keberlanjutan program. “Janganlah mengutuk gelap, jadilah cahaya dalam kegelapan,” pesannya kepada peserta.
Usai kegiatan, para kader Aisyiyah diharapkan menjadi motor gerakan audit lingkungan mulai dari lingkup rumah tangga. Selanjutnya, mereka dapat mengembangkan program di tingkat cabang dan ranting.
Kontributor : Deny Ana I’tikafia
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha