Syirik Kontemporer dan Bentuknya, Apakah Kita Termasuk Orang yang Syirik?
Syirik Kontemporer dan Bentuknya, Apakah Kita Termasuk Orang yang Syirik?
Oleh : Awandha Aprilio Al Madani (Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan dan Anggota Lembaga Pers Mahasiswa Poros)
PWMJATENG.COM – Perkembangan teknologi yang pesat di berbagai bidang, memungkinkan manusia menjalani hidupnya dengan serba mudah. Teknologi-teknologi seperti media sosial, memberikan manusia ruang untuk berkomunikasi, mengakses informasi, dan mengekspresikan diri. Namun, menyikapi perkembangan teknologi dengan tidak bijak, dapat menyebabkan seseorang jatuh ke dalam kesyirikan. Banyaknya informasi-informasi yang tidak disaring, dapat menyebabkan pemahaman yang salah akan sesuatu.
Sebagian besar umat muslim, pasti tidak asing dengan istilah “syirik”. Kita mendengar istilah tersebut baik dari khutbah di Mesjid, pelajaran agama di sekolah, atau dari nasihat orang tua. Kita menanggapi syirik sebagai bentuk pengkhianatan yang hebat terhadap Tuhan Semesta Alam, Allah Swt. Memang demikian dan tidak ada salahnya. Tapi, saya ingin bertanya kepada Anda, sejauh apakah Anda memahami syirik dalam konteks kehidupan modern? Apakah Anda mengetahui bentuk-bentuk syirik modern? Apakah Anda tidak termasuk orang yang syirik dalam kehidupan modern?
Pertanyaan-pertanyaan di atas tentunya menarik untuk dibahas dan diberi penjelasan. Oleh karena itu, sebelum kita memahami lebih jauh tentang syirik modern atau yang lebih dikenal dengan syirik kontemporer. Alangkah baiknya kita memulai dari definisi terlebih dahulu. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), syirik adalah penyekutuan Allah Swt. dengan yang lain. Sedangkan kontemporer, menurut KBBI adalah, pada masa kini; dewasa ini. Dari kedua kesimpulan tersebut dapat dipahami bahwa, syirik kontemporer adalah bersekutu dengan segala sesuatu selain Allah Swt. dalam kehidupan masa kini.
Perlu diketahui juga, syirik kontemporer termasuk dalam jenis syirik ashgar/khafi yaitu syirik kecil atau samar. Saujani et al. (2024), menyatakan bahwa syirik ashgar/khafi adalah perbuatan yang secara tersirat mengandung pengakuan adanya yang berkuasa selain Allah Swt. Saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar terkait syirik ashgar/khafi ini. Menurut saya, kebanyakan syirik kontemporer berada dalam jenis ini.
Baca juga, Epistemologi Bayânî, Burhânî, dan `Irfānî dalam Pemikiran Islam: Pendekatan Terpadu dalam Ijtihad Keagamaan
Setelah memahami definisi terkait dengan syirik kontemporer, kita dapat melanjutkan pembahasan ke macam-macam syirik kontemporer. Berikut merupakan bentuk-bentuk syirik kontemporer dalam kehidupan sehari-hari:
1. Percaya terhadap Zodiak dan Shio
Kita mungkin tidak asing dengan yang namanya zodiak dan shio, keduanya adalah hal yang populer di kalangan masyarakat. Zodiak dan shio adalah ramalan tentang seseorang yang berkaitan dengan kapan lahirnya orang tersebut. Seperti yang dapat kita lihat, ada akun-akun yang mempublikasikan tentang zodiak atau shio ini. Bahkan mungkin, pernah lewat di beranda atau fyp media sosial Anda. Hal ini tentunya adalah suatu kesyirikan, karena kita sebagai umat muslim wajib percaya bahwa semua urusan manusia adalah hak prerogratif Allah Swt. Manusia hanya harus berusaha dan berdoa, sisanya Allah yang menentukan. Bayangkan, hal yang menjadi takdir mutlak seperti waktu kelahiran dapat menentukan hidup Anda. Sangat tidak masuk akal dan tidak dapat dipercaya bagi orang yang mau berpikir.
2. Percaya terhadap Khodam
Masih berkaitan dengan fyp media sosial anda, belakangan ini sedang viral dengan yang namanya cek khodam. Banyaknya akun-akun yang menawarkan jasa cek khodam di media sosial, menarik antusias para netizen. Banyak sekali netizen-netizen yang menggunakan jasa cek khodam untuk mengetahui khodam apa yang berada di balik dirinya. Hal ini tentunya adalah dosa, dan dapat menjerumuskan kita ke lubang kesyirikan. Kita sebagai umat muslim wajib percaya, tidak ada siapa pun atau sesuatu pun yang dapat menolong kita selain Allah. Dengan mempercayai khodam sebagai penjaga dan pendamping, maka, kita sebagai hamba-Nya telah melakukan suatu dosa besar.
3. Percaya terhadap Film Horor
Anda pasti bertanya-tanya kenapa film horror masuk dalam bentuk syirik kontemporer. Jawabannya sederhana, karena film horror dapat mengurangi kualitas keimanan kita. Bahkan, jika tidak disikapi dengan baik, film horor dapat menjerumuskan kita ke dalam kesyirikan. Bukan tidak boleh menonton film horror, film horor boleh ditonton sebagai sarana hiburan, bukan sarana kepercayaan. Diakui atau tidak, secara tidak sadar kita pasti pernah mencoba memahami dan mempercayai jika film horror dapat terjadi di dunia nyata. Melansir lmsspada.kemdikbud.go.id, film horror kebanyakan mengisahkan tentang sesosok hantu yang menakuti, meneror, bahkan sampai ingin membunuh manusia. Hal ini termasuk pembodohan dan kesesatan, karena sejatinya, setiap orang yang mati tidak mungkin bangkit kembali. Mereka disibukkan dengan urusan besar di alam barzah atau alam kubur.
4. Percaya terhadap Kalkulator Cinta atau Persentase Jodoh
Kalkulator cinta adalah alat yang menghitung seberapa cocok dan berjodohnya Anda dengan seseorang dalam bentuk persentase. Kalkulator cinta banyak beredar di website maupun media sosial. Tentunya mempercayai kalkulator cinta adalah hal yang syirik, karena persentase yang ditunjukkan tidak memiliki dasar atau sudah diatur oleh sistemnya. Orang yang percaya dengan hasil dari kalkulator ini adalah orang yang melandaskan siapa yang cocok menjadi jodohnya pada sistem buatan manusia, bukan pada Allah Swt. “Jodoh di tangan Allah” mungkin bisa menjadi pegangan, seperti yang telah dibahas di atas, manusia hanya harus berusaha dan berdoa. Sisanya, biarlah Allah yang menentukan. Seberapa cocok dan berjodohnya kita dengan seseorang, di luar kuasa manusia. Oleh karena itu, sebagai muslim yang taat, hendaknya kita menyerahkan urusan jodoh ini kepada Yang Maha Kuasa.
Syirik kontemporer sebagai bentuk syirik dalam konteks kehidupan modern, memang harus kita waspadai. Syirik kontemporer kebanyakan adalah hal yang bermula dari ketidaktahuan, karena bentuknya yang baru dan tidak seperti syirik tradisional. Oleh karena itu, perlunya sikap yang bijak dalam menghadapi arus teknologi yang semakin tidak terkendali. Salah satu cara menyikapinya adalah dengan memperluas wawasan dan mencari tahu terlebih dahulu terkait hal-hal yang baru tersebut. Atau mungkin, kita bisa menyikapi dengan metode berfilsafat, yaitu meragukan segala sesuatu dan tidak mempercayai terlebih dahulu, sampai menemukan kebenaran. Jika masih berat dan sulit, kita bisa mencari tahu dimulai dengan halal-haramnya, benar-salahnya, atau baik-buruknya.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha