Tafsir: Ideologisasi, Industrialisasi, dan Mitigasi Jadi Fokus Program Muhammadiyah Jateng
PWMJATENG.COM, Surakarta – Bertempat di Syariah Hotel, Surakarta, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah menggelar Musyawarah Pimpinan Wilayah (Musypimwil) Muhamamdiyah Jawa Tengah Tahun 2024, Sabtu-Ahad (21-22/12/24). Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh penting, termasuk Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Yandri Susanto, Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Dahlan Rais, serta Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah Tafsir, yang didampingi jajaran anggota PWM Jawa Tengah.
Dalam sambutannya, Ketua PWM Jawa Tengah Tafsir memaparkan fokus program Muhammadiyah Jawa Tengah yang terbagi dalam tiga kelompok besar: ideologisasi, industrialisasi, dan mitigasi. Ia menegaskan bahwa ketiga aspek ini menjadi strategi utama untuk mewujudkan misi Muhammadiyah sebagai organisasi yang menjadi “penolong kesengsaraan umum” (PKO).
Ideologisasi, menurut Tafsir, menjadi landasan utama dalam membangun kesadaran kader Muhammadiyah. “Kita melaksanakan ideologisasi dan kaderisasi melalui program seperti PUTM, Sekolah Tabligh, Sekolah Ideologi Muhammadiyah, hingga Pengajian Ideopolitor. Ini semua bertujuan memperkuat fondasi ideologi Muhammadiyah,” ujarnya.
Program kaderisasi ini dirancang untuk mencetak kader yang tidak hanya paham nilai-nilai organisasi, tetapi juga mampu mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Tafsir menyebut bahwa penguatan ideologi adalah modal dasar bagi Muhammadiyah untuk terus berkembang di tengah tantangan zaman.
Tafsir menyoroti tantangan besar yang dihadapi masyarakat saat ini, yakni kesulitan mencari lapangan kerja. “Kesengsaraan terbesar saat ini bukanlah sulit mencari masjid atau panti asuhan, tetapi sulit mencari pekerjaan,” tegasnya. Ia mencontohkan kasus SRITEX, perusahaan tekstil besar yang menghadapi kepailitan, yang dapat berdampak pada ribuan pekerja.
Baca juga, Download Materi Musypimwil Muhammadiyah Jawa Tengah Tahun 2024
“Bayangkan jika benar-benar terjadi PHK massal, sebanyak 50 ribu pekerja akan kehilangan penghasilan, dan ini berdampak pada keluarga mereka,” tambahnya. Tafsir menekankan bahwa Muhammadiyah harus hadir sebagai solusi dengan mendukung program-program ekonomi yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja.
“Sudah saatnya umat Islam, khususnya Muhammadiyah, tidak hanya menjadi penonton tetapi juga pemain dalam sektor ekonomi. Kita harus bertransformasi dari konsumen menjadi produsen,” jelasnya. Industrialisasi, menurut Tafsir, menjadi kunci untuk meningkatkan kemandirian ekonomi umat.
Aspek ketiga yang menjadi perhatian adalah mitigasi. Tafsir menjelaskan bahwa PWM bertanggung jawab untuk mendampingi Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang mengalami kesulitan. “Sekolah Muhammadiyah di Jawa Tengah, misalnya, 40 persen di antaranya membutuhkan mitigasi karena siswanya kurang dari 100 orang,” ungkapnya.
Tafsir menambahkan bahwa rumah sakit dan AUM lain yang menghadapi tantangan manajemen maupun finansial juga harus mendapatkan pendampingan. “Kita harus mendampingi, mengarahkan, dan membantu agar mereka bisa kembali mandiri,” katanya. Upaya ini, lanjutnya, sejalan dengan misi Muhammadiyah untuk menjadi penolong kesengsaraan umum.
Melalui ideologisasi, industrialisasi, dan mitigasi, Tafsir berharap Muhammadiyah Jawa Tengah dapat menjadi organisasi yang semakin profesional dan berkontribusi nyata bagi masyarakat. “Mudah-mudahan program-program ini benar-benar berhasil dan mampu membawa Muhammadiyah menjadi organisasi yang sesuai dengan misinya,” pungkasnya.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha