PWMJATENG.COM, Surakarta – Perpustakaan dan Pusat Layanan Digital Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil menggelar Pelatihan Intensif Digital Inklusi Difapedia 2024. Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari peserta, panitia, dan pihak terkait, sebagai langkah awal menuju layanan perpustakaan yang inklusif.
Kepala Bagian Pengelolaan dan Layanan Digital Perpustakaan UMS, Hardika Dwi Hermawan, menyampaikan rasa syukurnya atas keberhasilan acara tersebut. “Alhamdulillah, pelatihannya berjalan dengan baik dan lancar. Kami juga telah meminta testimoni dari peserta, dan mereka merasa puas serta mendapat manfaat besar dari kegiatan ini. Ke depannya, kami akan memantau perkembangan mereka selama dua bulan mendatang,” ungkap Hardika, Minggu (24/11).
Sebagai tindak lanjut, panitia akan memilih peserta teraktif di setiap kelas untuk menjadi penggerak kelas atau class leader. Hardika menjelaskan, “Penggerak kelas ini nantinya bertugas mengaktifkan interaksi di antara teman-teman mereka, sehingga manfaat pelatihan dapat terus dirasakan.”
Langkah ini diapresiasi oleh peserta yang merasa terbantu dengan adanya upaya pendampingan setelah pelatihan. Selain itu, Difapedia juga memberikan penilaian positif terhadap responsivitas dan keaktifan tim penyelenggara dari UMS.
“Alhamdulillah, tim UMS dinilai paling aktif dan responsif. Difapedia bahkan meminta kami membantu pelatihan daring di lokasi berikutnya, yakni Bandung,” ujar Hardika.
Dalam rangka mendukung inklusivitas, Perpustakaan UMS juga melakukan survei kepuasan layanan terhadap peserta. Meski hasil evaluasi belum sepenuhnya selesai, Hardika mengakui perlunya peningkatan pada beberapa fasilitas dasar untuk penyandang disabilitas.
Baca juga, Milad ke-112 Muhammadiyah: Grand Launching RS PKU Temanggung dan Pesan Penting Haedar Nashir
“Beberapa layanan seperti akses toilet ramah difabel dan lift untuk ke lantai dua masih perlu ditingkatkan. Kami berkomitmen untuk berkolaborasi dengan Pusat Studi Disabilitas UMS agar layanan benar-benar ramah untuk semua pengguna,” tambahnya.
Ia berharap, pelatihan ini menjadi awal dari kolaborasi yang lebih besar. “Semoga pelatihan ini tidak hanya bermanfaat bagi peserta, tetapi juga mendorong kami untuk terus meningkatkan kualitas layanan perpustakaan, terutama bagi teman-teman disabilitas,” tuturnya.
Sekretaris Proyek Pelatihan Intensif Digital Inklusi, Ika Aliftiani, mengungkapkan bahwa pelatihan di Solo ini merupakan kelanjutan dari batch pertama yang sebelumnya diadakan di Yogyakarta dan Purbalingga. Ia menyoroti kesuksesan pelaksanaan di UMS yang dinilai memiliki perkembangan paling signifikan dibandingkan lokasi lain.
“Di Solo, pelatihannya sudah selesai. Sekarang tinggal pendampingan dua bulan ke depan. Untuk lokasi seperti Bandung, pelatihannya baru akan dimulai,” ujar Ika.
Ika juga menekankan pentingnya hubungan baik antara Difapedia dan UMS dalam mendukung pelaksanaan kegiatan ini. “Kinerja panitia dan kolaborasi di UMS sangat matang, sehingga hasilnya pun maksimal,” jelasnya.
Salah satu keunggulan pelatihan ini adalah interaksi yang baik antara panitia, pemateri, dan peserta. “Pemateri sangat aktif, bahkan mereka mengizinkan peserta bertanya lebih lanjut di grup jika ada kendala setelah pelatihan selesai. Ini nilai tambah bagi kegiatan kami,” ungkap Ika.
Ika berharap kesuksesan di Solo membuka peluang untuk kerja sama lebih lanjut. “Semoga kegiatan ini menjadi langkah awal menuju kolaborasi lain yang lebih besar. Kami juga berharap komunikasi antara panitia, peserta, dan pemateri terus terjaga,” tutupnya.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha