PWMJATENG.COM, Surakarta – Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar diskusi perkaderan pada Minggu (17/11) di RD 3.1 Kampus 1 UMS. Diskusi ini bertujuan untuk memperkuat implementasi perkaderan di lingkungan PK IMM FIK UMS dengan pendekatan yang menggembirakan dan berkelanjutan.
Ketua Umum PK IMM FIK UMS, Samiyem, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program upgrading organisasi, yang melibatkan 30 pimpinan PK IMM FIK UMS. “Agenda ini bertujuan agar teman-teman IMM FIK dapat memperbarui pemahaman mereka dalam ranah perkaderan. Kami mengadopsi format diskusi dua arah karena, pada level pimpinan, teman-teman sudah memahami teori. Namun, yang perlu ditekankan adalah implementasinya,” ungkap Samiyem, Senin (18/11).
Menurutnya, diskusi ini memberikan ruang bagi para pimpinan untuk mengeksplorasi strategi pengkaderan yang tidak hanya efektif tetapi juga menyenangkan. “Kami ingin membangun sistem perkaderan yang tidak hanya relevan, tetapi juga mampu menciptakan suasana menggembirakan dan berkelanjutan,” tambahnya.
Diskusi ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Ketua Bidang Perkaderan PC IMM Kota Surakarta periode 2024/2025, Pranaya Edi Setama, dan Ketua Korps Instruktur PC IMM Kota Surakarta 2024/2025, Afifah Zakiyatul Aulia.
Dalam pemaparannya, Pranaya menegaskan bahwa kunci keberhasilan perkaderan terletak pada kesadaran kolektif pimpinan. “Perkaderan bukan hanya tanggung jawab bidang perkaderan, tetapi juga seluruh pimpinan,” ujarnya.
Baca juga, Naskah Pidato Milad ke-112 Muhammadiyah “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”
Ia menekankan pentingnya kepekaan pimpinan terhadap kader mereka. “Pimpinan harus memahami karakteristik kader, memfasilitasi kebutuhan mereka, dan menjaga stabilitas perkaderan,” tambah Pranaya.
Sementara itu, Afifah Zakiyatul Aulia menyampaikan pentingnya pendekatan humanis dalam proses perkaderan. Ia menekankan bahwa IMM adalah ruang bagi individu yang ingin berkembang, bukan untuk mereka yang sudah sempurna.
“Hal terpenting adalah bagaimana pimpinan menerima kadernya. Pimpinan harus memahami karakter setiap kader dan mengarahkan mereka sesuai tujuan utama perkaderan,” jelas Afifah.
Menurutnya, adaptasi metode pengkaderan sesuai kondisi kader sangat penting untuk menciptakan suasana yang kondusif. “Dengan memahami kondisi kader, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan menggembirakan untuk semua,” tambahnya.
Pernyataan kedua narasumber ini memberikan perspektif baru dalam membangun organisasi yang inklusif dan berorientasi pada perubahan positif. IMM, sebagai wadah pembinaan generasi muda, diharapkan mampu menjadi tempat pengembangan diri dan masyarakat.
Pendekatan yang menekankan empati, adaptasi, dan semangat kolaboratif ini mencerminkan visi IMM sebagai organisasi yang tidak hanya mendidik, tetapi juga memberdayakan kader untuk menjadi agen perubahan.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha