PWMJATENG.COM, Surakarta – Sebanyak 82 murid kelas II SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat Solo berkesempatan belajar memasak tempe mendoan dalam kegiatan life skill di aula sekolah, Jl. Dr. Moewardi No. 25, Purwosari, Kec. Laweyan, Solo, Jumat (1/11/2024). Kegiatan ini bertujuan memperkenalkan keterampilan dasar memasak dan mengaplikasikan tanaman obat keluarga (toga) sebagai bumbu masakan.
Koordinator tim kelas II, Lusia Wahyu Purbowati, menjelaskan bahwa pembelajaran life skill diadakan setiap minggu dengan tema yang disesuaikan pada proyek belajar masing-masing jenjang kelas. “Menguasai keterampilan life skill dapat membantu menangani berbagai situasi, mulai dari interaksi sosial hingga pengelolaan emosi. Kegiatan ini juga penting untuk menghadapi tantangan sehari-hari,” ungkap Lusia.
Kali ini, murid-murid diajak mempraktikkan cara membuat tempe mendoan sebagai bagian dari tema besar proyek semester I, yakni “Kutanam TOMAT (Tanaman Obat Kaya Manfaat).” Dalam kegiatan tersebut, murid diperkenalkan pada manfaat toga seperti kunyit, ketumbar, dan merica yang bisa digunakan sebagai bumbu masakan. Sebelumnya, murid sudah melewati tahapan identifikasi toga, praktik mandiri, dan kunjungan belajar ke tempat pengolahan tanaman obat.
Baca juga, Arrahmah Tour Muhammadiyah Jateng Kembali Berangkatkan 45 Jamaah Umrah, Dibimbing Langsung Sekretaris PWM!
Keterampilan memasak dinilai penting karena merupakan bagian dari keterampilan hidup yang dibutuhkan untuk bertahan dan mengelola kehidupan sehari-hari. Selain itu, kegiatan ini melatih murid berpikir kritis, mengambil keputusan, dan menyelesaikan masalah.
Metode yang diterapkan dalam kegiatan memasak tempe mendoan ini adalah demonstrasi dan praktik mandiri. Pertama, guru memperkenalkan alat dan bahan membuat tempe mendoan, lalu mendemonstrasikan cara membuat adonan tepung mendoan dengan perbandingan tepung terigu dan tepung beras 2:1. Setiap murid kemudian bergiliran mencelupkan tempe ke dalam adonan dan memasukkannya ke dalam wajan berisi minyak panas. Setelah seluruh tempe digoreng, sesi mencicipi pun dilakukan dengan penuh antusias.
Salah satu murid kelas II, Raline Aizka Shaqueen, mengaku senang dan bangga bisa mempelajari keterampilan baru ini. “Ternyata, membuat tempe mendoan perlu tanaman toga seperti merica, ketumbar, kunyit, dan bumbu dapur lainnya. Hari ini aku belajar banyak. Kalau lapar, aku bisa buat tempe mendoan sendiri,” ucap Raline.
Setelah sesi memasak, kegiatan life skill ini diakhiri dengan refleksi bersama dan pemberian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Menurut Lusia, refleksi penting untuk menilai pemahaman murid dan menemukan peluang untuk meningkatkan metode pembelajaran ke depannya.
Kontributor : Nikmah Hidayati
Editor : M Taufiq Ulinuha