Mengulas Kembali Gagasan Calon Ketua Umum DPD IMM Jawa Tengah
Mengulas Kembali Gagasan Calon Ketua Umum DPD IMM Jawa Tengah
Oleh : Muhammad Aidrus Asyabani
PWMJATENG.COM – Debat calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Jawa Tengah telah dilaksanakan pada Ahad, 27 Oktober 2024, pukul 13.00 WIB, di gedung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah. Debat kali ini juga dihadiri oleh ketiga kandidat, yaitu Indra Bangsawan, Nia Nurpratiwi, dan Abdul Afif Amrulloh. Masing-masing kandidat menyampaikan gagasan dan visi-misi mereka di hadapan audiens dan panelis, dalam rangka memperlihatkan arah dan program kerja yang akan dibawa jika terpilih sebagai Ketua Umum.
Debat ini dipandu oleh dua panelis, yakni Ibu Eny dan Bapak Hamam Sanadi, yang berperan menggali kedalaman pemikiran para calon serta menguji ketajaman visi mereka terhadap tantangan yang dihadapi IMM di Jawa Tengah. Fokus perdebatan berkisar pada isu-isu krusial seperti penguatan ideologis, gerakan intelektual, dan solusi praktis bagi mahasiswa dalam konteks sosial dan ekonomi saat ini.
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan tanggapan atas pernyataan dan arah gagasan yang disampaikan masing-masing kandidat. Selain itu, kami juga menyoroti pola komunikasi mereka dengan analisis statistik frekuensi kata yang diucapkan, guna melihat kecenderungan fokus atau tema yang lebih diutamakan oleh setiap calon.
Indra Bangsawan dengan Episentrum Gerakannya
Sebagai kader IMM yang berada di lungkup Jawa Tengah, tentu kita sudah mengenal Calon Ketua Umum Moh. Indra Bangsawan, yang saat ini masih menjabat di Bidang Lingkungan Hidup DPD IMM Jateng, dan juga menjadi Wakil Ketua Bidang Hukum dan HAM PWM Jateng. Immawan Indra menawarkan visi untuk menjadikan IMM sebagai episentrum gerakan mahasiswa setidaknya pada tiga ranah yaitu religiositas, intelektual, dan sosial. Ia menekankan pentingnya nilai Islam berkemajuan ( dīn hadhārah ) sebagai landasan utama. Bagi Indra Bangsawan, akhlak harus menjadi fondasi dalam setiap langkah kader, baik secara personal maupun publik.
Berbicara soal intelektual, ia menekankan bahwa literasi tidak hanya sebatas membaca buku, tetapi juga membaca realitas sosial dan tantangan masa depan. IMM diharapkan mampu menjadi intelektual organik yang relevan dengan konteks lokal dan kebutuhan cabang. Kesadaran intelektual ini harus berawal dari kesadaran pribadi kader untuk kemudian membentuk kesadaran kolektif di kalangan IMM secara luas.
Selain itu, pemberdayaan sosial dan advokasi menjadi prioritas. Ia mendorong kader IMM untuk berkontribusi melalui diaspora ke berbagai sektor strategis di masyarakat. IMM diharapkan memperkuat eksistensi di dunia pendidikan melalui kolaborasi dengan perguruan tinggi, baik Muhammadiyah (PTMA) maupun non-PTMA. Pendekatan berbasis pemangku kepentingan juga penting dilakukan untuk memperkuat hubungan dengan PDM, PW Muhammadiyah, dan majelis terkait.
Pada gagasan yang lebih konkrit, ia menawarkan pembentukan Lembaga Pendampingan Cabang dan Komisariat (LPCK), yang kemudian ditujukan agar DPD IMM bisa berperan sebagai fasilitator yang mendampingi cabang-cabang sekaligus komisariat. Melalui kolaborasi dan transformasi berkelanjutan, Ia berharap IMM melahirkan kader unggul yang siap menghadapi tantangan zaman dan relevan bagi masyarakat luas.
Secara keseluruhan, Bangsawan mengusulkan agar IMM Jawa Tengah bergerak sebagai episentrum gerakan, perkaderan, intelektual dan advokasi sosial, dengan memperkuat landasan ideologi Muhammadiyah. Melalui kolaborasi dan transformasi yang berkelanjutan, ia berharap IMM mampu melahirkan kader unggul yang siap menghadapi tantangan era modern serta tetap relevan bagi masyarakat luas.
Nia Nurpratiwi, Immawati dan Iklusifitas Gerakan
Sebagai satu-satunya Immawati yang berkontestasi dalam Musyda IMM Jateng kali ini, Nia Nur Pratiwi mengusung visi untuk merawat organisasi dengan orientasi pada perkaderan yang inklusif dan berkeadilan. Organisasi harus membuka ruang bagi seluruh kader tanpa diskriminasi, memastikan setiap anggota berpartisipasi aktif dalam mengembangkan diri melalui Tri Kompetensi Dasar (Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas). Dengan prinsip kesetaraan, IMM berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seluruh kader, baik di internal organisasi maupun dalam konteks sosial yang lebih luas. Setiap kader didorong untuk menjalankan peran aktif di kampus, masyarakat, dan persyarikatan Muhammadiyah dengan rasa aman serta penghormatan atas hak dan kewajiban yang setara.
Baca juga, Pengembangan dan Manajemen Persyarikatan untuk Mewujudkan Muhammadiyah Unggul Berkemajuan yang Maju, Profesional, dan Modern (MPM)
Salah satu kata kunci yang sering diucapkan Nia adalah profesionalisme, yang dimana IMM berusaha menciptakan iklim organisasi yang inovatif dan kreatif. Program manajemen yang kredibel, profesional, dan akuntabel diterapkan untuk mendukung potensi anggota. IMM juga membentuk lembaga profesi yang relevan dengan berbagai disiplin ilmu, seperti hukum, kesehatan, dan pendidikan, untuk mengembangkan kompetensi kader. Agar lebih terarah, IMM melakukan profiling kader secara berkala dan membangun database yang dinamis dan selalu diperbarui. Profiling ini membantu organisasi mengalokasikan kader sesuai bidang studi dan keahlian mereka, memastikan kontribusi maksimal dalam amal usaha Muhammadiyah maupun masyarakat umum.
Sebagai Sekbid Immawati DPD saat ini, tentu ia juga menekankan pada Program inklusi gender dijalankan untuk memastikan Imawati dapat berkembang tanpa batasan dalam organisasi dan masyarakat. Selain itu, DPD IMM Jateng di eranya juga membentuk Satgas PPKS (Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual) untuk menciptakan ruang aman dan nyaman bagi seluruh anggota. Dengan adanya program ini, Nia mengharapkan IMM berusaha membangun budaya yang melindungi hak dan martabat setiap kader serta memperkuat peran Imawati dalam perkaderan.
IMM juga menanggapi tantangan era digital dengan melakukan transformasi ke arah digitalisasi perkaderan. Beberapa program seperti Darul Arqam Dasar sudah mulai disesuaikan ke dalam format digital untuk meningkatkan aksesibilitas dan efektivitas. Selain itu, IMM mendorong kader untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan dan kreativitas. Semangat berwirausaha tidak hanya terbatas pada bisnis, tetapi juga mencakup keberanian menciptakan inovasi di berbagai bidang profesi. IMM berupaya membekali kader dengan keterampilan praktis yang relevan untuk menghadapi tantangan sosial dan ekonomi di era modern.
Harmonisasi Ikatan ala Abdul Afif Amrulloh
Abdul Afif mengusung konsep harmonisasi gerakan untuk masa depan IMM Jawa Tengah, dengan tujuan membawa kemajuan organisasi yang tidak hanya relevan secara internal tetapi juga berpengaruh di Muhammadiyah dan sektor eksternal. Harmonisasi ini menekankan pentingnya evaluasi, relasi yang produktif, serta sinergi dalam mengembangkan program kerja yang relevan dengan kebutuhan kader dan tantangan zaman.
Afif berfokus pada penguatan perkaderan melalui integrasi laboratorium intelektual dengan ideologisasi, di mana kader IMM tidak hanya dibekali dengan pengetahuan tetapi juga diberdayakan melalui diaspora, baik di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) maupun lembaga eksternal. Ia menekankan perlunya database kader yang kuat untuk meningkatkan efektivitas rekrutmen, terutama dalam menghadapi mahasiswa Gen-Z yang membutuhkan komunitas yang cepat, jelas manfaatnya, dan mendukung jenjang karir kader di IMM.
Afif juga menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak, seperti universitas, PDM, PWM, dan LSM, agar sinergi antara IMM dan masyarakat lebih terasa. Selain itu, ia mendukung peningkatan Local Wisdom di setiap cabang IMM untuk memastikan kader berperan aktif dalam potensi sosial dan keagamaan lokal.
Dalam hal ideologi, Afif menggarisbawahi pentingnya internalisasi Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah sebagai landasan organisasi. Ia ingin memperbarui budaya organisasi, seperti ketepatan waktu dan kultum sebelum pertemuan, agar kebiasaan baik ini menjadi karakter kader saat berdiaspora. Harmonisasi antara aspek formal dan kultural juga dipandang penting dalam menyatukan cabang-cabang besar maupun kecil di Jawa Tengah.
Afif menekankan bahwa kehadiran pemimpin, baik melalui kunjungan ke daerah (turba) maupun komunikasi yang efektif, sangat penting untuk memastikan kebutuhan kader dan evaluasi organisasi terus terpantau. Ia berharap dengan pendekatan harmonisasi ini, IMM Jawa Tengah dapat berkembang lebih besar, berperan aktif di level nasional, dan mengatasi tantangan internal dengan solusi bersama, tanpa memperbesar permasalahan yang ada.
Editor : M Taufiq Ulinuha