Ojo Dumeh: Pesan Moral bagi Para Pejabat Publik agar Tidak Sombong
Ojo Dumeh: Pesan Moral bagi Para Pejabat Publik agar Tidak Sombong
Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul) (Penasehat PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan)
PWMJATENG.COM – Terkadang, tanpa sadar, seseorang bisa terjebak dalam sikap merasa paling benar karena kekayaan, jabatan, atau kedudukan yang dimilikinya. Hal ini bisa membuat seseorang melakukan tindakan sewenang-wenang yang merugikan orang lain. Sikap seperti ini, apalagi jika dilakukan oleh pejabat publik, sangat berbahaya.
Ungkapan “Ojo Dumeh” dalam bahasa Jawa memiliki makna penting, yakni peringatan agar manusia tidak sombong dan tetap rendah hati dalam menjalani hidup. Dunia ini hanyalah fasilitas dari Tuhan untuk manusia meraih kebahagiaan, kemuliaan, dan keberkahan baik di dunia maupun di akhirat. Semua orang, baik petani, nelayan, pengusaha, pengajar, maupun pejabat publik, memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai kebahagiaan tersebut dengan peran dan tanggung jawabnya masing-masing.
Namun, kekuasaan dan materi yang dimiliki sering kali membuat manusia tergoda untuk bertindak sesuka hati. Bila tidak hati-hati, seseorang bisa tergelincir ke dalam tindakan yang melanggar etika, sumpah jabatan, atau bahkan hukum demi kepentingan pribadi. Akibatnya, pejabat yang seharusnya mengabdi kepada rakyat malah terjerumus dalam penyalahgunaan kekuasaan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Fenomena ini sangat memprihatinkan karena tidak hanya terjadi di tingkat pejabat tinggi, tetapi bahkan hingga ke tingkat RT/RW.
Dalam bahasa Jawa, ada ungkapan “Keladuk Wani Kurang Dugo,” yang berarti tindakan yang terburu-buru dan kurang pertimbangan matang. Sikap ini bisa menyebabkan dampak negatif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Secara etika, moral, dan akhlak, perilaku seperti ini akan mengganggu tatanan sosial dan kehidupan berbangsa serta bernegara. Penguasa yang terjebak dalam sikap angkuh dan sewenang-wenang dapat merusak kepercayaan rakyat, yang pada akhirnya merugikan negara.
Pentingnya Memegang Sumpah Jabatan
Di Indonesia, pejabat publik wajib mengucapkan sumpah dan janji di hadapan Tuhan sebelum menjalankan tugasnya. Namun, kenyataannya banyak pejabat yang mengabaikan sumpah tersebut dan justru bertindak hanya demi keuntungan pribadi. Agama yang seharusnya menjadi panduan moral dalam kehidupan sehari-hari kerap kali hanya digunakan sebagai identitas semata, bukan sebagai cerminan dalam sikap dan tindakan.
Pejabat yang melupakan sumpah jabatannya bisa melakukan tindakan yang tidak mengindahkan kepentingan rakyat. Padahal, sumpah yang diucapkan di hadapan Tuhan merupakan janji yang kelak harus dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap pejabat untuk selalu ingat akan sumpah dan janji jabatannya, tidak hanya sebagai formalitas, tetapi sebagai komitmen moral yang harus dipenuhi demi kebaikan rakyat dan negara.
Penguasa sebagai Pelayan Rakyat
Pada dasarnya, pejabat publik adalah pelayan bagi rakyat, bukan sebaliknya. Kekuasaan dan jabatan yang dimiliki seharusnya dimanfaatkan untuk melayani dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat. Rakyat adalah pemilik sejati dari kekuasaan yang diamanahkan kepada para pejabat, dan tugas utama pejabat adalah bekerja demi kepentingan rakyat.
Harapan kita semua, di bawah kepemimpinan presiden yang baru, Indonesia bisa berjalan lebih baik. Semoga para pemimpin yang memegang kendali negara ini selalu diberi kekuatan dan petunjuk untuk menegakkan keadilan serta menciptakan kemakmuran bagi rakyatnya. Jangan biarkan kekuasaan membuat mereka lupa diri dan berlaku angkuh, karena pada akhirnya, mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang telah diberikan oleh rakyat dan oleh Tuhan.
Editor : M Taufiq Ulinuha