Jadilah Pemimpin yang Bertakwa
Jadilah Pemimpin yang Bertakwa
Oleh : Drs. Nashihudin, M.Si. (Majlis Tabligh PDM Jakarta Timur)
PWMJATENG.COM – Fir’aun dikenal sebagai raja yang berkuasa selama 400 tahun, dan sepanjang hidupnya ia tidak pernah mengalami penyakit, bahkan yang ringan seperti gatal sekalipun. Namun, kekuasaan yang begitu lama dan kekuatan fisiknya membuatnya menjadi sombong. Fir’aun memerintah dengan zalim, menindas Bani Israil, dan menciptakan situasi yang tidak nyaman serta tidak kondusif bagi rakyatnya.
Berbeda dengan Soeharto, Presiden Indonesia yang memimpin selama 33 tahun. Meski kepemimpinannya tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, ia dikenal sebagai sosok yang sederhana dan bersahaja dengan rakyatnya. Selama masa kepemimpinannya, stabilitas negara terjaga, sembako murah, dan ribuan masjid berhasil dibangun.
Kemudian, ada Presiden Jokowi yang memimpin Indonesia selama dua periode, yaitu 10 tahun. Masa jabatannya akan berakhir pada 20 Oktober 2024, dan penilaian mengenai kepemimpinannya diserahkan kepada rakyat yang merasakannya.
Pada akhirnya, kekuasaan sejati hanya milik Allah SWT, yang mengatur dan mempergilirkan kekuasaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah berfirman dalam QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 26:
“Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.'”
Menjadi pemimpin adalah suatu kehormatan yang besar jika dilakukan dengan amanah dan adil. Pemimpin yang adil akan selalu dikenang sebagai sosok yang baik dan shalih. Sebaliknya, pemimpin yang sombong dan curang hanya akan mendapat kebencian dan kutukan dari rakyatnya. Jika sumber daya alam negeri ini hanya dikuasai oleh pihak asing demi kenikmatan sementara, maka kerusakan akan terus terjadi. Pemimpin yang tidak amanah akan dimintai pertanggungjawaban, baik di dunia maupun di akhirat.
Beratnya Memikul Amanat Kepemimpinan
Dalam QS. Al-Ahzab 33: Ayat 72-73, Allah menjelaskan beratnya amanat kepemimpinan:
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.”
Kepemimpinan bukan hanya tentang mengatur, tetapi juga tentang tanggung jawab yang besar. Pemimpin bertanggung jawab atas setiap tindakan dan kebijakan yang diambilnya, dan di akhirat kelak, ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukannya selama berkuasa.
Tanggung Jawab Pemimpin di Dunia dan Akhirat
Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin, dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin di rumah tangganya, dan dia bertanggung jawab atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya, dan dia bertanggung jawab atas tanggung jawabnya.” (HR. Bukhari no. 2278 dan Muslim no. 1829)
Baca juga, Pemimpin yang Suul Khuluq: Bahaya Bagi Umat dan Bangsa
Tanggung jawab seorang pemimpin tidak terbatas pada kehidupan dunia, tetapi juga menyangkut kehidupan akhirat. Pemimpin harus senantiasa berhati-hati dalam setiap keputusan yang diambilnya karena setiap tindakannya akan dihitung di hadapan Allah SWT.
Refleksi Kepemimpinan
Mari kita renungkan masa kekuasaan seorang pemimpin. Jika seorang pemimpin memimpin selama 10 tahun, itu berarti ia telah memikul amanat selama 120 bulan atau 3.560 hari. Setiap jam, menit, dan detik dari masa kepemimpinannya akan menjadi saksi atas tanggung jawab yang diembannya. Pertanyaan yang harus kita tanyakan kepada diri kita adalah: siapkah kita mempertanggungjawabkan setiap detik dari kekuasaan yang diamanahkan kepada kita?
Tafsir Ibnu Katsir tentang Fir’aun
Fir’aun, yang memerintah selama 400 tahun, adalah contoh nyata dari pemimpin yang menzalimi rakyatnya. Dalam QS. Al-Qashash 1-6, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka, dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Fir’aun menindas Bani Israil dan menjadikan mereka budak. Namun, kekuasaan yang zalim itu akhirnya runtuh. Allah SWT memberikan kemenangan kepada kaum yang tertindas dan menghancurkan kekuasaan Fir’aun beserta tentaranya. Kisah Fir’aun menjadi pelajaran bagi para pemimpin bahwa kekuasaan yang disalahgunakan akan berakhir dengan kehancuran.
Kesimpulan
Pemimpin yang baik adalah mereka yang adil, amanah, dan takwa. Kekuasaan hanyalah titipan sementara dari Allah SWT yang akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Sebagai pemimpin, penting untuk selalu mengingat bahwa jabatan bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk melayani rakyat dan menggapai keridhaan Allah SWT.
Editor : M Taufiq Ulinuha