Daya Magnet Ormas pada Pesta Demokrasi
Daya Magnet Ormas pada Pesta Demokrasi
Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul) (Penasehat PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan)
PWMJATENG.COM – Menjelang kontestasi pemilihan umum, baik Pemilihan Legislatif (Pileg), Pemilihan Presiden (Pilpres), maupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), setiap calon berupaya keras untuk merebut suara rakyat. Salah satu strategi yang sering digunakan adalah membangun silaturahmi dengan organisasi masyarakat (ormas). Banyak calon percaya bahwa jika mereka dapat menggandeng ormas, terutama yang memiliki banyak pengikut, itu dapat menjadi modal besar untuk meraih kemenangan.
Tahapan Pilkada serentak sudah dimulai dengan masuknya masa kampanye. Ini merupakan momen penting yang digunakan oleh para peserta kontestasi, baik untuk pemilihan gubernur (Pilgub), bupati (Pilbup), maupun wali kota (Pilwakot), untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat. Berbagai cara dilakukan, mulai dari pemasangan baliho, pamflet, kampanye terbuka, hingga melalui media massa, baik cetak maupun online, serta media sosial (medsos).
Setiap calon membawa tagline khas mereka. Misalnya, ada calon yang menggunakan tagline “Ngoponi, Ngalakoni, Jujur, Ngayomi, Ngajeni,” dan lain sebagainya. Meskipun demikian, yang tidak kalah penting adalah melakukan komunikasi langsung dengan masyarakat, terutama melalui pertemuan tatap muka. Pertemuan ini dapat dilakukan dengan ormas sosial maupun organisasi lainnya.
Silaturahmi dan Pesan dari Calon
Silaturahmi dengan tokoh agama dan ormas merupakan bagian yang tak terelakkan dalam setiap kontestasi politik. Para calon sering kali melakukan sowan atau kunjungan ke tokoh agama seperti kiai dan ulama, serta ormas keagamaan seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Sebagai contoh, kita dapat melihat di media bahwa dalam beberapa pekan terakhir, calon gubernur dan bupati melakukan sowan ke Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM). Pasangan calon Ahmad Luthfi dan Taj Yasin, misalnya, melakukan kunjungan, disusul oleh pasangan Andika Perkasa dan Hendrar. Kemudian, calon bupati Yoga Hardaya dan Sova Merwati juga melakukan silaturahmi dan audiensi dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Klaten.
Baca juga, Suul Khuluqi Yu’di: Deteksi Dini Circlemu!
Kunjungan semacam ini tidak hanya sekadar memperkenalkan diri, tetapi juga untuk meminta doa restu dan dukungan dari masyarakat, terutama dari tokoh-tokoh agama dan ormas besar.
Netral tetapi Aktif
Meskipun secara organisasi, Muhammadiyah memilih sikap netral dalam kontestasi politik, anggotanya tetap memiliki hak untuk menentukan pilihannya masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa ormas besar seperti Muhammadiyah memberikan kebebasan politik kepada warganya, meskipun secara kelembagaan tidak berpihak pada salah satu calon.
Saling Memiliki Kepentingan
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, kekuasaan eksekutif dan kekuatan masyarakat sipil (civil society) harus berjalan berdampingan. Pemerintah tanpa dukungan masyarakat akan sulit menjalankan roda pemerintahan dengan baik dan cenderung mengalami turbulensi. Sebaliknya, masyarakat membutuhkan pemerintah untuk mengatur regulasi dan memenuhi kebutuhan mereka.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk membangun sinergi dan kolaborasi yang baik. Kerja sama ini harus didasarkan pada kepentingan yang lebih luas, bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok tertentu. Pilkada harus berjalan lancar dan menghasilkan pemimpin yang sanggup bekerja demi kesejahteraan rakyat, bukan sekadar mencari keuntungan pribadi.
Pemimpin sejati adalah mereka yang siap menderita demi kemajuan rakyatnya, bukan menari di atas penderitaan mereka. Selain itu, ormas, baik yang berbasis Islam maupun lainnya, harus mampu menjadi mitra kritis dan solutif di tengah berbagai tantangan yang semakin kompleks. Mereka juga harus bergerak bersama sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing.
Selamat Berkontestasi
Para calon harus menunjukkan sikap kesatria dalam kontestasi politik. Mereka harus siap menang, tetapi juga harus siap menerima kekalahan dengan lapang dada. Bagi masyarakat, penting untuk memilih calon yang tepat. Sebelum mencoblos, lakukan seleksi dengan seksama. Jika salah memilih, penyesalan akan datang di kemudian hari.
Pesta demokrasi ini bukan hanya tentang siapa yang menang atau kalah, tetapi tentang bagaimana menciptakan pemerintahan yang mampu membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Masyarakat dan ormas memiliki peran penting dalam memastikan proses ini berjalan dengan baik.
Editor : M Taufiq Ulinuha