Kolom

Ibadah, Isti’mar, dan Istikhlaf: Konsep Dasar Harmonisasi Manusia dan Alam

Ibadah, Isti’mar, dan Istikhlaf: Konsep Dasar Harmonisasi Manusia dan Alam

Oleh : Alvin Qodri Lazuardy, M.Pd.

PWMJATENG.COM – Manusia diciptakan dengan tujuan mulia di muka bumi ini, yaitu sebagai hamba Allah yang beribadah, mengelola bumi lebih tepatnya sumber daya alam, dan menjadi khalifah-Nya. Tiga konsep ini—Ibadah, Isti’mar, dan Istikhlaf—memandu kita dalam menjalankan peran kita di alam semesta, terutama dalam konteks menjaga kelestarian lingkungan.

Ibadah: Mengabdi kepada Allah dengan Memelihara Lingkungan. Konsep Ibadah dalam Islam memiliki cakupan yang sangat luas, tidak hanya terbatas pada ritual keagamaan, tetapi juga mencakup setiap tindakan yang dilakukan dengan niat yang benar untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dalam konteks lingkungan, menjaga dan merawat bumi adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat penting.

Seperti yang digambarkan dalam hadis tentang cinta Nabi Muhammad SAaw. terhadap Gunung Uhud, kita diajarkan untuk mencintai alam sebagaimana kita mencintai diri sendiri. Ketika Nabi mensabdakan bahwa Uhud adalah “gunung yang mencintai kita dan kita pun mencintainya,” beliau menanamkan pada kita sebuah pemahaman bahwa alam sekitar kita adalah bagian dari ciptaan Allah yang memiliki hak untuk kita jaga dan rawat. Dengan mencintai dan menjaga alam, kita sesungguhnya sedang melakukan ibadah kepada Allah.

Isti’mar: Pemanfaatan Sumber Daya dengan Tanggung Jawab. Isti’mar, atau memakmurkan bumi, adalah tugas kedua manusia di dunia ini. Allah SWT telah menciptakan alam dengan segala sumber dayanya untuk digunakan oleh manusia, namun penggunaan ini harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Kita dituntut untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan kita saat ini tetapi juga untuk memastikan kelangsungan hidup generasi mendatang. Dengan memandang efek secara holistik dari sisi ekologis, sosiologis, dan kemudian ekonomis, jangan sampai berdalih untuk kemakmuran, namun melenggang di atas kezaliman.

Isti’mar berkaitan dengan tugas ilahi lainnya, yaitu Ibadah dan Istikhlaf. Ketiganya saling berhubungan dalam memberikan pedoman bagaimana manusia harus bertindak terhadap lingkungan. Pemanfaatan sumber daya alam yang baik adalah yang didasarkan pada prinsip keseimbangan dan keberlanjutan, memastikan bahwa alam tetap lestari dan bisa dinikmati oleh generasi yang akan datang serta bermanfaat dalam berbagai sisi seperti yang sudah disebutkan.

Baca juga, Kemerdekaan Kebudayaan Tradisional: Meneguhkan Identitas di Tengah Arus Globalisasi

Istikhlaf: Menjadi Khalifah yang Bertanggung Jawab. Istikhlaf adalah konsep yang menegaskan peran manusia sebagai khalifah, atau wakil Allah di bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga, melindungi, dan memelihara bumi serta segala isinya. Ini bukan sekadar status kehormatan, tetapi amanah yang harus dipertanggungjawabkan.

Ditunjukkan bagaimana Hadits Nabi Muhammad SAW memberikan contoh nyata tentang bagaimana kita harus berinteraksi dengan alam. Beliau menekankan bahwa lingkungan akan mencintai kita jika kita mencintai lingkungan. Pernyataan ini menegaskan bahwa tugas kita sebagai khalifah adalah menciptakan hubungan harmonis dengan alam, yang tidak hanya didasarkan pada pemanfaatan tetapi juga pada penghormatan dan pelestarian.

Mengintegrasikan Ibadah, Isti’mar, dan Istikhlaf dalam Kehidupan Sehari-hari. Ketiga konsep ini—Ibadah, Isti’mar, dan Istikhlaf—memberikan kerangka kerja yang komprehensif-Integratif bagi kita dalam menjalankan tugas kita sebagai manusia di bumi. Ibadah mengajarkan kita untuk merawat alam sebagai bagian dari pengabdian kepada Allah, Isti’mar mendorong kita untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak, dan Istikhlaf menekankan tanggung jawab kita sebagai khalifah untuk menjaga kelestarian alam.

Dengan memahami dan mengamalkan ketiga konsep ini dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak hanya akan menjadi manusia yang taat kepada Allah, tetapi juga penjaga alam yang bertanggung jawab. Dalam era modern ini, di mana isu-isu lingkungan semakin mendesak, mengintegrasikan ajaran-ajaran ini dalam tindakan nyata adalah langkah penting menuju masa depan yang lebih baik bagi kita dan generasi yang akan datang.

Islam dan Jurnalisme Lingkungan. Dalam konteks modern, jurnalisme lingkungan dapat mengambil inspirasi dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Seorang jurnalis lingkungan tidak hanya bertugas menyampaikan berita tentang kerusakan alam atau perubahan iklim, tetapi juga memotivasi masyarakat untuk mencintai dan menjaga lingkungan. Seperti halnya Nabi yang menyampaikan bahwa alam akan mencintai kita jika kita mencintainya.

Dengan menyampaikan pesan cinta dan tanggung jawab terhadap alam, jurnalis lingkungan dapat membantu mengubah pola pikir masyarakat untuk lebih peduli terhadap isu-isu lingkungan. Ini adalah bentuk nyata dari jurnalisme yang tidak hanya informatif, tetapi juga transformatif, mendorong perubahan perilaku yang lebih baik terhadap alam, dengan berlandaskan hadis Nabi tentang mencintai lingkungan.

Editor : M Taufiq Ulinuha

*Tulisan ini adalah catatan dari presentasi tentang Islam dan Jurnalisme Lingkungan oleh Al Ustadz Niki Alma Febriana F, Majelis Tarjih dan Tajdid PP. Muhammadiyah dalam Agenda Jambore-II Media Afiliasi Muhammadiyah, Ahad 25 Agustus 2024, Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE