Hikmah dan Asal Mula Penamaan Bulan Safar Menurut Ustaz Adi Hidayat
PWMJATENG.COM – Ustaz Adi Hidayat (UAH), Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, dalam sebuah tausiah menjelaskan hikmah dan asal mula penamaan bulan Safar dalam sistem kalender Hijriyah. Penjelasan ini disampaikan mengingat pentingnya pemahaman tentang makna bulan Safar bagi umat Islam.
Saat ini, umat Islam berada di bulan Safar 1446 Hijriyah, yang dimulai pada Senin, 5 Agustus 2024, sebagaimana termaktub dalam Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). UAH mengatakan, salah satu keutamaan bulan Safar adalah momentum untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah setelah latihan amal saleh di bulan Muharram. Ia menekankan pentingnya bulan Safar sebagai waktu untuk memulai kembali dengan penuh ketakwaan.
Namun, UAH juga mencatat adanya mitos yang beredar di kalangan umat Islam bahwa bulan Safar dapat membawa musibah atau bencana. Menurutnya, pemahaman ini perlu diluruskan dengan penjelasan yang benar.
Makna Penamaan Safar
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa kata “Safar” memiliki dua arti, yaitu sifrun “kosong” dan shafra‘ “menguning”. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 69:
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا مَا لَوْنُهَاۗ قَالَ اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاۤءُ فَاقِعٌ لَّوْنُهَا تَسُرُّ النّٰظِرِيْنَ
“Mereka berkata: ‘Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya’. Musa menjawab: ‘Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya’.”
Pada zaman jahiliyah, bulan kedua dalam kalender Hijriyah dinamakan Safar karena pada bulan ini, banyak orang pergi merantau ke wilayah Syam atau Suriah untuk berdagang. Nabi Muhammad Saw. pun pernah pergi ke Syam pada bulan ini. Akibat banyaknya penduduk yang beranjak dari Mekkah, kota tersebut menjadi kosong. Selain itu, mereka yang kembali dari perantauan sering membawa emas yang berwarna kekuning-kuningan.
Baca juga, Pro, Kontra, Dialog, dan Kompromi Ala Muhammadiyah
“Ketika masa Islam, nama ini dipertahankan setelah Al-Muharram yakni Safar, sebab untuk memberikan keterkaitan makna dengan yang pertama,” papar UAH.
Hikmah di Balik Bulan Safar
Menurut Ustaz Adi Hidayat, pada bulan Muharram, umat Islam dianjurkan untuk hijrah meninggalkan segala sesuatu yang buruk, menjadikan diri kosong dari hal-hal yang haram, seperti makna asal dari Safar. Dengan meninggalkan keburukan, akan muncul kebaikan dalam diri seseorang.
“Jika yang haram sudah ditinggalkan, maka yang baik-baik akan muncul. Hal ini memicu kaum muslim untuk hanya suka melihat dan melakukan yang baik dan halal dari Allah,” terang Ustaz Adi Hidayat. Ia juga menambahkan, jika seseorang terbiasa melihat yang buruk, maka melihat yang baik-baik tidak akan membawa kesenangan.
Kiat Terhindar dari Maksiat
Untuk menghindari maksiat, UAH menekankan pentingnya menumbuhkan rasa malu dalam diri seorang muslim. Ia mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Ra.:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبَاً
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah adalah baik dan tidaklah menerima kecuali yang baik.”
“Muslim artinya tunduk, patuh kepada Allah. Jika demikian, sifat Allah Maha Baik,” ujar Ustaz Adi Hidayat. Ia menambahkan bahwa sepanjang hidup selalu ada kesempatan untuk menjadi shalih. Kesalahan manusia adalah bagian dari adanya nafsu, dan tidak ada manusia yang sempurna.
UAH menjelaskan bahwa penyesalan dan kesadaran atas kesalahan adalah bagian dari fitrah manusia, yang membimbing mereka untuk belajar dan menjadi lebih baik. “Penyesalan adalah fitrah kesalehan yang membimbing setiap hamba supaya belajar dari kesalahan menjadi saleh,” imbuhnya.
Ia juga menekankan bahwa Allah selalu memberikan kesempatan untuk tobat dan memperbaiki diri sebelum ajal menjemput. “Yang bahaya itu ketika melakukan kesalahan tapi tidak ada tanda kesadaran tersebut. Namun, Allah Maha Adil, sebelum wafat atau nyawa sampai di kerongkongan, hidayah Allah akan selalu ada dan sampai ke hamba-Nya,” tutur Ustaz Adi Hidayat.
Editor : M Taufiq Ulinuha