Filosofi Khittah Muhammadiyah
Oleh: Dr. H. Muhammad Ikhwan Ahada, S.Ag., M.A. (Wakil Ketua V Majelis Tabligh PP Muhammadiyah & Ketua PWM DIY)
PWMJATENG.COM – Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang telah memberikan banyak kontribusi bagi perkembangan Islam di Indonesia. Keberagaman latar belakang anggotanya, mulai dari yang menjadi Muhammadiyah sejak lahir hingga yang bergabung karena pekerjaan atau lingkungan, menunjukkan fleksibilitas dan inklusivitas gerakan ini. Memahami filosofi dan dasar perjuangan Muhammadiyah, terutama yang termuat dalam konsep Khittah, menjadi penting bagi setiap anggotanya.
Alasan Menjadi Bagian dari Muhammadiyah
- Muhammadiyah Sejak Lahir: Mereka yang lahir dalam keluarga yang sudah berafiliasi dengan Muhammadiyah.
- Muhammadiyah Karena Pilihan Ideologis: Mereka yang memilih Muhammadiyah karena sesuai dengan keyakinan dan ideologi pribadi.
- Muhammadiyah Karena Keterpaksaan: Mereka yang bekerja di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan akhirnya terikat dengan organisasi ini.
- Muhammadiyah Karena Terlanjur: Mereka yang berada dalam lingkungan Muhammadiyah dan akhirnya menjadi bagian dari gerakan ini.
Pemikiran KH. Ahmad Dahlan
Dalam buku “Muhammadiyah Jawa” karya Ahmad Najib Burhani, diulas tiga pola pikir KH. Ahmad Dahlan yang menjadi dasar perjuangan Muhammadiyah, yaitu:
- Strukturalisme: KH. Ahmad Dahlan memahami Al-Qur’an dan Sunnah dengan pendekatan yang berbeda dari ulama pada zamannya melalui ijtihad dan tajdid. Beliau mengimplementasikan Al-Qur’an dan Hadis secara struktural dari hal yang termudah. Pendekatan ini dimulai dengan mengumpulkan anak-anak di sekitarnya, memberikan perawatan, makanan, pakaian, dan pendidikan. Cara ini menarik perhatian banyak orang terhadap Muhammadiyah, sehingga Muhammadiyah kini memiliki AUM yang luar biasa.
- Pragmatisme: KH. Ahmad Dahlan mengusung prinsip “Sedikit Bicara Banyak Bekerja.” Dalam setiap kegiatan, Muhammadiyah merencanakan dengan matang, menguatkan akidah, meluruskan ibadah, dan mengoptimalkan amaliyah. Ungkapan Buya Syafii Maarif “Andaikata besok kiamat, hari ini Muhammadiyah dan Aisyiyah masih rapat untuk mendirikan AUM” mencerminkan semangat kerja keras dan terus beramal dari Muhammadiyah.
- Vernakularisme: Dalam konteks Muhammadiyah, vernakularisasi mengacu pada penggunaan bahasa lokal dalam kehidupan dan dakwah. Muhammadiyah menggunakan bahasa Indonesia yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari dan budaya lokal, serta menyesuaikan pesan dakwah agar relevan dengan konteks sosial dan budaya Indonesia. Strategi ini bertujuan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai Islam secara efektif.
Baca juga, Telah Terbit! Download Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) 1446 H
Makna Khittah Muhammadiyah
Kata “Khittah” berasal dari bahasa Arab “khat” yang berarti menulis dengan indah, bermula dari garis lurus. Dalam konteks Muhammadiyah, khittah adalah seperangkat rumusan, teori, metode, sistem, strategi, dan taktik perjuangan. Khittah ini menegaskan pentingnya Muhammadiyah dalam mengemban fungsi dakwah dan tajdid sebagai gerakan Islam yang berperan aktif dalam masyarakat.
Pentingnya Memahami Khittah Muhammadiyah
Memahami Khittah Muhammadiyah berarti memahami inti dari perjuangan dan filosofi organisasi ini. Dengan menginternalisasi konsep-konsep ini, setiap anggota Muhammadiyah dapat berkontribusi secara maksimal dalam misi dakwah dan tajdid yang diemban. Mari kita lanjutkan perjuangan ini dengan semangat dan dedikasi, sesuai dengan ajaran dan panduan yang telah dirintis oleh KH. Ahmad Dahlan.
Editor : M Taufiq Ulinuha