Memaknai Hijrah dalam Perspektif Islam dan Perjuangan
PWMJATENG.COM – Dalam kajian Shirah Nabawiyah di RS PKU Muhammadiyah Sruweng, Wakil Ketua PWM Jawa Tengah, Muhammad Abduh Hisyam membahas tentang hijrahnya Nabi Muhammad Saw. Peristiwa hijrah tersebut tidak hanya menjadi penanda awal kalender Islam, tetapi juga memberikan banyak pelajaran bagi umat Muslim.
Peristiwa Hijrah: Awal Penanggalan Islam
Abduh Hisyam menjelaskan bahwa penanggalan Islam diambil dari peristiwa hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah. Umar bin Khattab, pada masanya, merasakan perlunya kalender Islam setelah mendapat pertanyaan terkait waktu penulisan surat kepada para pemimpin Arab. Umar kemudian menetapkan bahwa kalender Islam dimulai dari peristiwa hijrah, bukan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Umar memilih peristiwa hijrah karena menganggapnya lebih signifikan dibandingkan kelahiran Nabi.
Makna Hijrah: Perpindahan dan Pembaharuan
Hijrah, secara harfiah, berarti berpindah, meninggalkan, atau melepas. Dalam konteks yang lebih luas, hijrah juga berarti berpindah dari satu keadaan ke keadaan lain yang lebih baik. Abduh Hisyam menyebutkan bahwa gerakan persyarikatan Muhammadiyah adalah contoh nyata dari hijrah dalam arti meninggalkan takhayul yang mencengkeram pola pikir masyarakat pada zaman Hindia Belanda. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, berusaha menghapuskan takhayul dan menggantinya dengan pemikiran rasional.
Pemikiran Ahmad Dahlan dan Tan Malaka
Selain Ahmad Dahlan, ada juga tokoh lain seperti Tan Malaka yang berjuang melawan takhayul. Tan Malaka, seorang tokoh Sarekat Islam, menulis buku “Materialisme Dialektika Logika (MADILOG)” untuk mengajarkan masyarakat pribumi agar berpikir rasional. Meskipun gerakan Tan Malaka terhenti karena kecenderungan ideologinya, usahanya untuk mengubah pola pikir masyarakat tetap diakui.
Masyarakat yang Berpikir Rasional dan Adil
Menurut Abduh Hisyam, Islam mengajarkan umatnya untuk berpikir berdasarkan nilai-nilai luhur seperti keadilan dan kesetaraan. Pandangan ashabiah yang mengedepankan kesukuan harus ditinggalkan. Prinsip-prinsip ini mengajarkan bahwa kita harus memperjuangkan hak-hak semua orang, tanpa memandang agama, ras, atau etnisitas. Hal ini selaras dengan semangat hijrah yang mengajarkan tentang keimanan, keadilan, dan persaudaraan.
Strategi Rasulullah dalam Hijrah
Rasulullah merencanakan hijrahnya dengan penuh perhitungan. Beliau memilih waktu yang tepat dan menyewa seorang penunjuk jalan yang berpengalaman, meskipun bukan seorang Muslim. Rasulullah melihat pentingnya profesionalitas dan strategi dalam mencapai tujuan. Hal ini juga relevan dalam menghadapi situasi modern seperti pandemi, di mana strategi dan ilmu pengetahuan sangat diperlukan.
Hijrah: Pembentukan Karakter dan Keimanan
Hijrah bukan hanya tentang perpindahan fisik, tetapi juga tentang perubahan pola pikir dan pembentukan karakter. Nabi Muhammad SAW meninggalkan Mekkah demi keyakinan dan masa depan yang lebih baik. Begitu pula dengan umat Muslim yang harus meninggalkan segala hal yang membelenggu mereka, seperti harta dan status sosial, untuk mencapai kebebasan dan keimanan sejati.
Penanggalan Islam Berdasarkan Hijrah
Umar bin Khattab menetapkan penanggalan Islam berdasarkan hijrah, bukan kelahiran Nabi. Menurut Umar, kemuliaan seseorang tidak diukur dari keturunan, tetapi dari adab, ilmu, dan karakter. Ini mengajarkan kita untuk menghormati orang berdasarkan prestasi dan karyanya, bukan latar belakang keluarganya.
Nilai-Nilai Hijrah dalam Kehidupan Sehari-Hari
Hijrah mengajarkan kita untuk selalu berusaha menjadi lebih baik. Pesan Imam Syafi’i dalam syairnya menyebutkan pentingnya berkelana dan bekerja keras untuk merasakan nikmat hidup. Air yang tergenang akan tercemar, begitu pula manusia yang tidak bergerak akan kehilangan potensi terbaiknya.
Revolusi Pemikiran dan Keadilan
Hijrah adalah simbol revolusi pemikiran dan perjuangan untuk keadilan. Nabi Muhammad Saw. dan Nabi Musa As. keduanya memimpin eksodus untuk membawa umatnya menuju kebebasan dan keadilan. Nilai-nilai ini tercermin dalam banyak peradaban, termasuk Revolusi Perancis dan Deklarasi Kemerdekaan Amerika.
Hijrah mengajarkan kita untuk berpindah dari takhayul ke rasionalitas, dari ketidakadilan ke keadilan, dan dari kebodohan ke pengetahuan. Sebagai umat Muslim, kita harus terus berusaha menjadi masyarakat yang berkemajuan dengan berpikir berdasarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Kontributor : Rama
Editor : M Taufiq Ulinuha