PWMJATENG.COM, Surakarta – Sekolah berkualitas tidak hanya ditentukan oleh sarana prasarananya atau jumlah peserta didik yang ikut olimpiade. Lebih dari itu, sekolah berkualitas adalah sekolah yang mampu menghadirkan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswanya.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Sekolah Penggerak, Sri Sayekti, saat menjadi narasumber pada In House Training persiapan pengimbasan Program Sekolah Penggerak 1 di Hotel Sahid Jaya Solo, Sabtu (22/6).
“Memiliki guru yang gemar belajar dan berefleksi untuk terus meningkatkan kompetensinya agar dapat memberikan pendampingan dengan baik kepada murid,” tegas Sri Sayekti.
Sri Sayekti menjelaskan bahwa pada tahun ajaran 2024/2025, sekolah-sekolah akan menerapkan Kurikulum Merdeka, Al Islam Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab (Ismuba), Cambridge, serta muatan lokal (Mulok). Guru-guru sudah dipersiapkan dengan perangkat ajar berupa Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), Modul Ajar Syariah berbasis Al Quran dan hadis, serta sesuai dengan capaian pembelajaran terbaru No 032/H/KR/2024.
“Guru sudah siap dengan perangkat ajar berupa Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), Modul Ajar Syariah berbasis Al Quran dan hadis serta capaian pembelajaran terbaru No 032/H/KR/2024. Asesmen akan dilakukan secara awal, formatif, dan sumatif (PSTS, PSAS, PSAT, PSAJ). Siswa akan dikelompokkan sesuai hasil asesmen awal. Pembelajaran akan dilakukan secara berbeda dengan model, media, dan metode yang inovatif, kreatif, serta fleksibel,” jelasnya.
Baca juga, Mengapa Paham Salafi Mudah Masuk di Muhammadiyah?
Menurut Sri Sayekti, semua guru Muhammadiyah merupakan guru ISMUBA yang harus memiliki pemahaman agama yang baik dan kualitas karakter. Guru Muhammadiyah wajib memiliki kompetensi keagamaan yang baik, paling tidak memiliki standar minimal. Ia harus mampu membaca Al Quran dengan baik serta menjalankan amalan ibadah lainnya.
“Guru Muhammadiyah wajib memiliki kompetensi keagamaan yang baik. Paling tidak memiliki standar minimal. Ia harus mampu membaca Al Quran dengan baik serta menjalankan amalan ibadah lainnya karena hal tersebut adalah standar minimalnya sebagai seorang Muslim. Guru Ismuba bekerja selama 24 jam,” tambahnya.
Lebih lanjut, Sri Sayekti menekankan pentingnya memiliki iklim lingkungan belajar yang membuat murid dan warga sekolah merasa aman, kebutuhan terpenuhi, serta adanya sikap positif terhadap keberagaman. Selain itu, kepemimpinan kepala sekolah juga sangat penting dalam menciptakan layanan pendidikan yang sesuai dengan visi misi dan kebutuhan belajar murid.
“Memiliki kepala sekolah yang mampu memimpin warga sekolah untuk memberikan layanan yang sesuai dengan visi misi dan kebutuhan belajar murid, serta terus berupaya meningkatkan kualitas layanannya,” tuturnya.
Kontributor : Jatmiko
Editor : M Taufiq Ulinuha