PWMJATENG.COM, Surakarta – Kontes Robot Indonesia (KRI) 2024 seleksi wilayah II telah memasuki hari terakhir, Sabtu (1/6), yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom meeting dengan Dewan Juri berkumpul di Gedung Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
KRI 2024 tahun ini memiliki tujuh divisi yang dilombakan, yaitu Kontes Robot SAR Indonesia (KRSRI), Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI), Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI), Kontes Robot Bawah Air Indonesia (KRBAI), Kontes Robot Sepak Bola Indonesia Beroda (KRSBI-B), Kontes Robot Sepak Bola Indonesia Humanoid (KRSBI-H), dan Kontes Robot Tematik Indonesia (KRTMI).
Ketua Dewan Juri KRI 2024, Benyamin Kusumoputro, menjelaskan bahwa setiap divisi memiliki metode penilaian yang berbeda. Dengan pelaksanaan secara daring, prinsip penilaian berbasis pada performa masing-masing robot dari tim peserta. “Performance dari masing-masing robot akan dinilai dan dicek seberapa mampu robotnya mencapai yang terbaik,” ujar Benyamin.
Menurutnya, pelaksanaan daring mengharuskan penilaian yang sangat teliti karena banyak hal yang bisa termanipulasi. “Saat ini kita tidak bisa mempertandingkan secara langsung karena banyak hal yang bisa termanipulasi,” jelas Benyamin.
Walaupun terdapat tujuh juri utama, setiap divisi tidak hanya memiliki satu juri. Juri-juri lainnya juga berkeliling dan memantau divisi yang lain. Penilaian KRI 2024 menekankan kejujuran dan fair play. “Penilaian dari lomba KRI 2024 mengutamakan kejujuran, fair play, dan fairness,” tambahnya.
Baca juga, Jawa Tengah Targetkan 200 Sekolah Unggul dan 90 Program Kelas Internasional
Jumlah tim yang bisa masuk ke tingkat nasional berbeda-beda untuk setiap divisi. Ada divisi yang menerapkan nilai ambang batas terendah, sehingga jika nilai tim tidak melewati ambang batas tersebut, mereka tidak bisa masuk ke nasional. “Misalnya, pada Kontes Robot Sepak Bola, jika robot tidak bisa memasukkan bola, maka tim tidak bisa ikut ke nasional,” jelas Benyamin.
Benyamin juga menjelaskan bahwa tim peserta akan kehilangan poin jika tidak bisa menyelesaikan misinya. Terkadang, terdapat pilihan bagi tim untuk memilih misi yang lebih berat dengan poin yang lebih tinggi jika berhasil. “Namun, hal ini berbeda-beda di setiap divisi,” katanya.
Penggunaan ‘retry’ (mencoba kembali dari titik awal) tidak mengurangi poin, namun akan mengurangi waktu yang tersedia untuk menyelesaikan misi. “Semakin banyak peserta tim menggunakan retry, semakin banyak pula waktu yang terbuang untuk menyelesaikan tugas,” tutup Benyamin.
Dengan sistem penilaian yang ketat dan transparan ini, diharapkan KRI 2024 dapat menghasilkan kompetisi yang adil dan mampu mengapresiasi inovasi terbaik dari setiap tim peserta. Para peserta diharapkan dapat menunjukkan kemampuan terbaik mereka dalam setiap divisi yang dilombakan, membawa nama baik institusi dan berkontribusi dalam perkembangan teknologi robotika di Indonesia.
Kontributor : Ayyesya
Editor : M Taufiq Ulinuha