PWMJATENG.COM, Banyumas – Nama saya Umni Afifah, lahir dan tumbuh dalam keluarga pedagang keliling di Taluk Kuantan, Riau. Ayah saya, Mistoro, dan ibu saya, Niswati, hanya menempuh pendidikan hingga tingkat menengah pertama. Meski begitu, mereka sangat mendukung pendidikan anak-anaknya. Sebagai anak kedua dari empat bersaudara, saya adalah salah satu yang pertama berhasil menyelesaikan pendidikan hingga jenjang sarjana dan kemudian magister.
Meski hidup jauh dari perkotaan, saya tetap gigih dalam belajar. Perjalanan ini dimulai saat saya merantau ke kota pada usia 12 tahun. Beruntung, saya lolos seleksi dan diterima di SMP Negeri 1 Purbalingga, sebuah sekolah bertaraf internasional pada masa itu berkat prestasi dan hasil tes seleksi yang cemerlang. Setelah lulus dari SMP, saya melanjutkan ke SMA Negeri 1 Purbalingga. Enam tahun menjalani kehidupan sebagai anak kos, saya hanya pulang setiap akhir pekan. Namun, jadwal perjalanan sering terhambat. Dalam keadaan genting, saya pernah mencoba menghentikan kendaraan yang lewat atau naik pick-up bersama kambing agar bisa sampai dengan selamat ke rumah.
Setelah menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Purbalingga, saya melanjutkan ke S1 Pendidikan Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Saya sangat bersyukur atas kesempatan ini. Awalnya, saya mengikuti pelatihan BEST (Becoming Excellent Student Training) di kampus. Salah satu kalimat dari dosen dalam pelatihan tersebut, “bersyukurlah Allah masih memberikan kesempatan untuk belajar,” sungguh menggugah pikiran saya dan menjadi pendorong tekad untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Saya bertekad untuk mencapai prestasi sehingga bisa mendapatkan beasiswa. Alhamdulillah, saya berhasil mendapatkan beasiswa prestasi hingga menyelesaikan program S1.
Kuliah di UMP membuat saya sangat bersyukur, terutama ketika menjadi mentor dalam kegiatan mentoring. Kata-kata motivasi dari seorang dosen, “kita tidak berjuang sendirian, tetapi ada orang tua yang senantiasa ikut berjuang,” sungguh membekas dalam pikiran saya, terutama ketika merasa malas untuk belajar.
Baca juga, Mengkaji Keunggulan Bahasa dan Sastra Al-Qur’an
Pada tahun 2019, saat pandemi COVID-19 melanda, ekonomi keluarga berada di titik terendah. Ayah saya harus tinggal lebih dari dua bulan di Riau. Kondisi paling menyedihkan adalah ketika ayah menerima uang dari pembeli melalui jendela, di tengah hujan. Bahkan, saat kondisi jalan rusak parah dan kabut asap tebal menyelimuti, ayah saya sering jatuh. Kondisi ini memicu semangat belajar saya agar orang tua tidak lagi merasakan kesulitan.
UMP menyediakan banyak beasiswa, termasuk bagi keluarga terdampak COVID-19. Pada saat itu, saya hampir memutuskan untuk keluar dari kuliah, tetapi Allah memberikan jawaban melalui beasiswa ini. Alhamdulillah, saya berhasil lolos. Selain mendapatkan beasiswa, saya juga mendapat kesempatan magang sebagai staf administrasi di FAI UMP, yang mencukupi kebutuhan hidup selama di kos. Pada tahun 2021, saya juga mendapat penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi dan berhasil lolos pendanaan untuk KKN Muhammadiyah Aisyah di Nusa Tenggara Barat.
Sebelum lulus, saya ditawari menjadi guru, tetapi karena fokus pada skripsi, saya memilih untuk mengundurkan diri. Namun, Alhamdulillah, sebelum wisuda, saya sudah diterima sebagai guru. Saat yudisium tingkat fakultas, saya tidak menyangka bahwa nama saya dipanggil sebagai lulusan terbaik. Saya menangis tersedu-sedu saat itu. Saya mengirim foto kepada orang tua saya saat menerima penghargaan tersebut, dan ayah saya langsung merespon, “Terima kasih sudah berjuang, Alhamdulillah bapak tidak jadi capek, terima kasih sudah menjadi obat bapak saat bapak lelah di sini.” Ketika anaknya meraih prestasi dan bermanfaat bagi orang lain, semua kelelahan yang dirasakannya hilang, membuatnya semakin bersemangat untuk bekerja.
Di balik keterbatasan dan perjuangan untuk menempuh pendidikan hingga berprestasi, saya memiliki motivasi bahwa saya tidak dapat memilih dilahirkan dari keluarga seperti apa, namun saya dapat memilih akan dibawa ke mana arah keluarga saya. Saya yakin melalui pendidikan inilah yang dapat mengubah arah keluarga saya.
Editor : M Taufiq Ulinuha