Dalil Salat Tarawih 8 Rakaat
Dalil Salat Tarawih 8 Rakaat
Oleh : Dr. H. Ali Trigiyatno, M.Ag.*
PWMJATENG.COM – Melaksanakan tarawih 8 rakaat mana dalilnya? Berikut kita sampaikan beberapa hadis atau dalil terkait tarawih 8 rakaat.
Dalil pertama
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي) صحيح البخاري – (ج 4 / ص 319) ,صحيح مسلم – (ج 4 / ص 89) ,سنن أبي داود – (ج 4 / ص 111)
“Dari Abu Salamah bin Abdirrahman bahwasanya ia bertanya kepada Aisyah Ra., bagaimana salat Rasulullah Saw. pada bulan Ramadan? Maka Aisyah menjawab : “ Rasulullah Saw. tidak menambah lebih dari 11 rakaat baik pada bulan Ramadan maupun di selainnya. Beliau salat empat rakaat maka jangan kau tanya mengenai bagus dan panjangnya kemudian salat empat rakaat maka jangan kamu tanya mengenai bagus dan panjangnya kemudian salat tiga rakaat. Maka aku berkata : “ Wahai Rasulullah Saw., apakah tuan tidur sebelum berwitir? Nabi menjawab : Wahai Aisyah, kedua mataku tidur namun hatiku tidak tidur”. (Sahih al-Bukhari : 4/319, Sahih Muslim : 4/89, Sunan Abu Dawud : 4/111)
Hadis ini merupakan hadis yang jelas menerangkan salat Rasulullah Saw. di bulan Ramadhan, karena memuat jawaban atas pertanyaan seorang tabi’in kepada bunda Aisyah tentang salat Rasulullah Saw. di bulan Ramadan. Isi hadis ini menjelaskan jumlah rakaat dan sekaligus tata caranya yakni dikerjakan 4-4-3 dengan sangat bagus dan lama. Hal ini biasa dilakukan Rasulullah Saw. baik di bulan Ramadan maupun di bulan selainnya.
Pendukung salat Tarawih 20 rakaat sering mengatakan bahwa hadis ini bukan dalil salat Tarawih, tetapi dalil salat Witir. Kalau diikuti pemahaman seperti ini, apa iya Rasulullah Saw. hanya salat Witir saja di bulan Ramadhan, tidak melakukan salat Tarawih. Adakah salat witir dengan formasi 4+4+3? Imam Bukhari sendiri memasukkan hadis ini dalam Bab Fadhlu man Qama Ramadhan, bukan pada bahasan salat witir.
Dalil Kedua
عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ أَنَّهُ قَالَ أَمَرَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ وَتَمِيمًا الدَّارِيَّ أَنْ يَقُومَا لِلنَّاسِ بِإِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً قَالَ وَقَدْ كَانَ الْقَارِئُ يَقْرَأُ بِالْمِئِينَ حَتَّى كُنَّا نَعْتَمِدُ عَلَى الْعِصِيِّ مِنْ طُولِ الْقِيَامِ وَمَا كُنَّا نَنْصَرِفُ إِلَّا فِي فُرُوعِ الْفَجْرِ) موطأ مالك – (ج 1 / ص 341) ,المنتقى – شرح الموطأ – (ج 1 / ص 265) ,السنن الكبرى للبيهقي – (ج 2 / ص 496) إتحاف الخيرة المهرة – (ج 2 / ص 117)
“Dari Saib bin Yazid bahwasanya ia berkata : Umar bin al-Khathab memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim ad-Dariy agar keduanya mengimami jamaah dengan 11 rakaat. Ia berkata, “ Dan sungguh imam kala itu membaca sekitar dua ratus ayat sampai-sampai kami bersandar atas tongkat karena lamanya berdiri. Dan kami tidak berpaling hingga mendekati fajar”. (Muwatha Malik : 1/341, al-Muntaqa Syarh al-Muwatha: 1/265), as-Sunan al-Kubra li al-Baihaqi : 2/496, Ithaf al-Khairah al-Mahrah : 2/117) Atsar ini dinilai isnadnya sahih oleh al-Albani dalam Irwaul Ghalil : 2/192.
Menurut penuturan al-Baji, bisa jadi Umar mengambil 11 rakaat ini karena mengikuti salat Nabi Saw. mengingat ada hadis Aisyah yang menjelaskan salat Rasulullah Saw. di bulan Ramadan tidak lebih dari 11 rakaat.
Dalil Ketiga
حَدَّثَنَا جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ : جَاءَ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَانَ مِنِّي اللَّيْلَةَ شَيْءٌ فِي رَمَضَانَ ، قَالَ : وَمَا ذَاكَ يَا أُبَيُّ ؟ قَالَ : نِسْوَةٌ فِي دَارِي قُلْنَ : إِنَّا لاَ نَقْرَأُ الْقُرْآنَ ، فَنُصَلِّي بِصَلاَتِكَ ، قَالَ : فَصَلَّيْتُ بِهِنَّ ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ ، ثُمَّ أَوْتَرْتُ ، قَالَ : فَكَانَ شِبْهُ الرِّضَا ، وَلَمْ يَقُلْ شَيْئًا. صحيح ابن حبان بترتيب ابن بلبان ـ مشكول (6/ 290)
“Bercerita kepada kami Jabir bin Abdullah, ia berkata : Ubay bin Ka’ab datang kepada Nabi Saw. lantas berkata, “ Ya, Rasulullah, sesuatu telah terjadi padaku pada suatu malam yakni di bulan Ramadhan. Nabi bertanya, “ Apa yang terjadi hai Ubay?. Ubay Menjawab : “ Ada beberapa wanita di rumahku seraya berkata, “ Kami tidak bisa membaca al-Qur`an maka kami hendak salat bersamamu”. Ubay berkata, “ Maka aku salat bersama wanita-wanita itu 8 rakaat lantas aku berwitir”. Ubay berkata : Maka Nabi tampak ridha dan tidak mengucapkan sepatah katapun.” (Sahih Ibnu Hibban : 11/78)
Riwayat di atas juga bisa ditemukan dalam musnad Abi Ya’la dan at-Thabrani. Hadis ini dinilai dhaif oleh al-Albanidan Syu’aib al-Arnauth. Namun menurut penilaian al Hafizh al Haitsami dalam kitab Majma’uzzawaa`id sanadnya hasan.
Dalil Keempat
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ : صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي شَهْرِ رَمَضَانَ ثَمَانَ رَكَعَاتٍ وَأَوْتَرَ ، فَلَمَّا كَانَتِ الْقَابِلَةُ اجْتَمَعْنَا فِي الْمَسْجِدِ وَرَجَوْنَا أَنْ يَخْرُجَ إِلَيْنَا ، فَلَمْ نَزَلْ فِيهِ حَتَّى أَصْبَحْنَا ، ثُمَّ دَخَلْنَا ، فَقُلْنَا : يَا رَسُولَ اللهِ ، اجْتَمَعْنَا فِي الْمَسْجِدِ وَرَجَوْنَا أَنْ تُصَلِّيَ بِنَا ، فَقَالَ : إِنِّي خَشِيتُ أَوْ كَرِهْتُ أَنْ تُكْتَبَ عَلَيْكُمْ (مسند أبي يعلى (2/ 326)
“Dari Jabir bin Abdullah Ra. ia berkata : Rasulullah Saw. pernah salat bersama kami pada bulan Ramadhan dengan 8 rakaat dan lantas berwitir. Tatkala malam berikutnya kami berkumpul lagi di masjid dan berharap Nabi salat lagi bersama kami, namun beliau tidak keluar sampai pagi, padahal kami tunggu lantas kami menemui beliau seraya kami berkata : “ Ya, Rasulullah, semalam kami kumpul di masjid mengharap engkau salat bersama kami”. Lantas Rasulullah Saw. bersabda, “ Sesungguhnya aku takut – atau tidak suka- jika salat itu diwajibkan atas kalian.” (Abu Ya’la juga Ibnu Hibban dalam sahihnya, dikutip dari Ithaf al-Khairah al-Muhirrah : 2/117)
Menurut Syu’aib al-Arnauth isnadnya dha’if. Namun menurut al-Albani statusnya hadis hasan. Sedang Ibnu Hibban dan Ibnu Huzaemah memasukkannya dalam hadis sahih.
Dalil Kelima
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي لَبِيدٍ سَمِعَ أَبَا سَلَمَةَ قَالَ أَتَيْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ أَيْ أُمّهْ أَخْبِرِينِي عَنْ صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ كَانَتْ صَلَاتُهُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ وَغَيْرِهِ ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً بِاللَّيْلِ مِنْهَا رَكْعَتَا الْفَجْرِ ) صحيح مسلم – (ج 4 / ص 91), شرح النووي على مسلم – (ج 3 / ص 76)
“Dari Abdullah bin Abi Lubaid ia mendengar Abu Salamah berkata : “Aku mendatangi Aisyah lalu aku berkata, Hai Ibu, kabarilah aku mengenai salat Rasulullah Saw., maka Aisyah menjawab : Adalah Salat Rasulullah Saw. pada malam bulan Ramadhan dan selainnya 13 rakaat, sebagiannya adalah dua rakaat fajar.” (Sahih Muslim : 4/91, Syarh an-Nawawi ‘ala Muslim : 3/76)
Demikian sekilas dalil-dalil salat tarawih 8 rakaat. Jika ditelaah dengan ilmu hadis, maka bisa disimpulkan jumlah rakaat 8 lebih sahih dan kuat. Jika muncul pertanyaan, mengapa jumlah rakaat 20 lebih populer di dunia Islam dibanding 8 rakaat. Menurut hemat penulis, wallahu a’lam, praktek 20 populer karena dibakukan/diresmikan oleh penguasa/pemerintah semenjak masa Umar hingga masa-masa kemudian.
Semua amalan yang didukung atau menjadi paham resmi pemerintah akan lumrah jika populer dan diikuti warga. Analogi yang mirip mungkin bisa diberikan contoh masalah azan Jumat sekali dengan 2 kali. Secara riwayat jelas adzan sekali dikerjakan Nabi, Abu Bakar dan Umar. Namun setelah azan dua kali dipilih dan ditetapkan penguasa yang dalam hal ini Usman, maka sejak itu azan dua kali menjadi baku dan populer. Wallahu a’lam.
*(Dosen UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah)
Editor : M Taufiq Ulinuha