Perihal Takdir: Bisakah Diubah?
Perihal Takdir: Bisakah Diubah?
PWMJATENG.COM – Sering kali kita berpikir mengenai masa depan, cita-cita, impian, dan lain sebagainya. Bahkan kita sering berlebihan memikirkan hal-hal semacam itu, bahasa lainnya yang kita kenal saat ini yaitu “overthinking”. Jika semua yang terjadi dalam hidup itu sudah ditakdirkan atau tertulis di sebuah kitab yang bernama lauh mahfudz, lalu untuk apa manusia diperintahkan untuk berusaha dalam menggapai yang ia inginkan?
Jika melihat pengertian takdir itu sendiri, pada intinya takdir adalah segala yang terjadi, sedang terjadi dan yang akan terjadi, telah ditentukan oleh Allah Swt., baik sesuatu yang baik maupun sesuatu yang buruk. Segala sesuatu yang terjadi atas rencananya yang pasti dan tentu, yang mana terjadinya atas kehendakNya. Berbicara tentang takdir tentu tidak bisa terlepas dari kitab lauh mahfudz.
Segala sesuatu yang terjadi, baik itu di masa lalu, kini, maupun esok tak lain dan tak bukan hal itu telah ditentukan oleh Allah Swt. . Kata takdir yang biasa kita sebut adalah kata lain dari Qadha dan Qadar. Qadha yaitu ketetapan Allah SWT sejak zaman azali (zaman dahulu sebelum diciptakan alam semesta) sesuai dengan kehendak-Nya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluknya. Qadar yaitu perwujudan dari qadha atau ketetapan Allah Swt. dalam kadar atau ukuran tertentu sesuai dengan kehendak-Nya.
Takdir terbagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan Takdir muallaq. Takdir mubram adalah ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya. Contoh jenis takdir ini antara lain: soal kelahiran dan kematian manusia. Takdir muallaq adalah ketentuan Allah yang masih dapat berubah sesuai dengan usaha dan ikhtiar yang diusahakan oleh orang tersebut. Istilah ini adalah kebalikan dari takdir mubram yang berarti tidak bisa diubah sama sekali dengan upaya manusia.
Secara tidak langsung bagi manusia, semua yang terjadi itu termasuk dalam takdir muallaq, yang mana semua hal yang terjadi pada diri manusia itu setidaknya ada kontribusi dari manusia itu sendiri walaupun memang semua telah diatur oleh Allah Swt. Perihal kelahiran misalnya, yang itu masuk dalam takdir mubram, akan tetapi di sana harus tetap ada usaha dari manusia itu sendiri dalam prosesnya. Begitupun dengan kematian yang mana manusia bisa saja secara tidak langsung mempercepat ataupun memperlambat kematiannya dengan gaya hidup sehat atau tidak.
Baca juga, Tiga Syarat Kepala Negara Menurut Teori Maslahat Al-Mawardi
Menurut penetapannya, takdir terbagi menjadi lima macam :
- Takdir Azali, yakni ketetapan Allah sebelum penciptaan langit dan bumi.
- Takdir Kitaabah/Al-Basyari, yakni pencatatan perjanjian ketika manusia ditanya oleh Allah sebelum penciptaan mereka.
- Takdir Umri, yakni ketetapan Allah ketika manusia berada di dalam kandungan.
- Takdir Hauli, yakni takdir yang Allah tetapkan pada malam lailatul qadar
- Takdir Yaumi, yakni penentuan terjadinya takdir pada waktu yang telah di takdirkan sebelumnya.
Namun semua hal ini tidak bisa kita katakan bahwa manusia berkuasa atas apa yang terjadi pada dirinya. Tentunya jika merujuk pengertian takdir secara umum tadi, bahwa semua yang terjadi sudah ditentukan Allah Swt. karena bisa jadi usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia itu merupakan takdir juga dari Allah Swt. yang memang sudah tertulis di lauh mahfudz. Dalam Al-qur’an surat Ar-Ra’d ayat ke 39 Allah berfirman :
يَمْحُوا۟ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ وَيُثْبِتُ ۖ وَعِندَهُۥٓ أُمُّ ٱلْكِتَٰبِ
Artinya: Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).
Menurut Tafsir Al-Mukhtashar/Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram bahwasannya Allah menghapus apa yang Dia kehendaki untuk dihapus berupa kebaikan atau keburukan, kebahagiaan atau kesengsaraan atau selainnya. Allah menetapkan apa yang Allah kehendaki untuk Dia tetapkan. Di sisi-Nya Lauḥul Maḥfuẓ yang merupakan induk dari segala urusan, apa yang tampak berupa penghapusan atau penetapan sejalan dengan apa yang tertulis di sana.
Dalam benak kita sering muncul pertanyaan seperti “ apakah doa dan usaha bisa mengubah takdir? ”. Jika melihat pengertian takdri muallaq bahwa manusia bisa mengubah takdirnya dengan doa atau usaha yang dilakukannya. Lalu bagaimana dengan catatan takdir yang tertulis di dalam kitab Lauh Mahfudz yang di sana tertuliskan seluruh catatan Allah Swt. mengenai takdir dan kejadian yang terjadi di alam semesta.
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini akan terus bermunculan ketika kita mecoba memahami bagaimana Allah Swt. mengatur takdir semua makhluk di alam semesta ini. Hal ini akan bisa menjadi sesuatu hal yang terus mengganggu pikiran kita saat coba belajar mengenai takdir yang merupakan rukun iman ke enam dalam agama Islam. Lalu bagaimana sikap yang harus kita lakukan dalam memahami konsep takdir dari Allah Swt.
Ada atau tidaknya perubahan ini sejatinya adalah rahasia Allah, karena perihal takdir adalah salah satu hal yang ghaib. Perubahan atau hal apa saja yang terjadi dalam hidup ini tentu atas kehendaknya. Berubah artinya berbeda, menjadi lain dari yang semula. Perubahan artinya suatu hal kejadian yang mana bentuk akhirnya berbeda dari yang awal. Dalam hal takdir tidak ada seorangpun yang mengetahuinya sejak awal bagaimana takdirnya. Sehingga dalam hal ini kita tidak dapat mengetahui apa-apa yang sebenarnya berubah atau malah perubahan yang terjadi itu adalah takdir yang tertulis. Wallahu A’lam Bishawab.
Editor : M Taufiq Ulinuha