Menggali Makna Mendalam Asyhadu Alla Ilaha Illallah
PWMJATENG.COM – Dalam sebuah tausiyah yang menginspirasi, Wakil Ketua PWM Jawa Tengah, Dr. H. Ibnu Hasan, M.Si., mengajak jamaah untuk merenung lebih dalam terkait makna dan kewajiban yang terkandung dalam syahadat. Dalam pengantarnya, beliau menjelaskan bahwa Asyhadu Alla Ilaha Illallah bukan hanya ikrar, tetapi juga sebuah sumpah setia dan perjanjian dengan Allah.
“Ketika kita membaca Asyhadu Alla Ilaha Illallah, itu adalah ikrar kesaksian kita. Saya bersaksi bahwa tidak ada ilah yang pantas diibadahi kecuali Allah. Ini adalah tiga konsep utama: al-iqrar, al-qasam, dan al-misak. Ikrar, sumpah setia, dan perjanjian. Sebuah komitmen mendalam,” ungkap Dr. H. Ibnu Hasan.
Beliau melanjutkan dengan merinci makna dari setiap unsur dalam syahadat. Iqrar, sebagai konsep pertama, mengajarkan bahwa seorang Muslim harus hidup berdasarkan Tauhid, melepaskan diri dari penyembahan terhadap makhluk dan hanya menyembah Allah. Ikrar ini memunculkan rasa percaya diri yang tinggi dan kemampuan untuk menolak segala bentuk ketidakadilan dan kezaliman.
“Tauhid adalah kalimat La ilaha illaallah, yang berarti penolakan terhadap kezaliman, kesewenang-wenangan, kemiskinan, dan kebodohan. Seseorang yang berjuang untuk Tauhid adalah mereka yang berani berkata tidak, karena memiliki percaya diri dan keyakinan yang kuat,” jelas Dr. H. Ibnu Hasan.
Sementara itu, qasam atau sumpah setia adalah bagian integral dari syahadat. Dengan membaca Asyhadu Alla Ilaha Illallah, seorang Muslim bersumpah untuk setia kepada Allah. Ini bukan sekadar janji, tetapi komitmen yang harus diwujudkan dengan perbuatan nyata.
Baca juga, Pengajian Akbar di Karanganyar: Pesan Inspiratif KH Tafsir untuk Menyongsong 2024!
“Tidak ada yang kita berikan kesetiaan, kita bersumpah akan setia kepada Allah. Syahadat bukan hanya kata-kata, tetapi sebuah janji yang harus diwujudkan dalam tindakan kita sehari-hari,” tegas Dr. H. Ibnu Hasan.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa misak atau perjanjian tercermin dalam syahadat. Dengan membaca Ashhadu Alla Ilaha Illallah, seorang Muslim melakukan perjanjian untuk terikat dengan aturan-aturan Allah. Ini bukan sekadar ikrar di bibir, tetapi sebuah kesepakatan batin yang mengikat.
“Sahadat adalah perjanjian, kita berjanji untuk tunduk kepada aturan-aturan Allah. Ini bukan hanya ucapan, tetapi sebuah komitmen untuk hidup sesuai dengan petunjuk-Nya,” papar Dr. H. Ibnu Hasan.
Dalam konteks ketauhidan, penekanan beliau terletak pada pemahaman bahwa syahadat bukan hanya serangkaian kata, melainkan fondasi bagi tindakan nyata dan pengamalan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dr. H. Ibnu Hasan mendorong umat Muslim untuk memahami betul arti syahadat dan melaksanakannya dengan penuh kesungguhan, sebagaimana yang tergambar dalam ibadah mahdoh.
“Ibadah mahdoh adalah ibadah yang tata caranya sudah ditentukan oleh Allah dan Rasulnya. Kita tidak perlu merubah-rubah caranya. Sholat sebagai contoh, sudah ditentukan waktu dan caranya. Kita tinggal melaksanakannya sesuai dengan petunjuk yang sudah ada,” tambah beliau.
Dr. H. Ibnu Hasan mengajak umat Muslim untuk menggali makna mendalam dari Asyhadu Alla Ilaha Illallah dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk ibadah yang sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Editor : M Taufiq Ulinuha