Rahasia Desa Mendolo: Petualangan Unik di Balik Pelatihan Ecotourism – Madu Lebah Langsung dari Sarang!
PWMJATENG.COM, Pekalongan – Dalam dua hari terakhir, Desa Mendolo, Lebakbarang, Pekalongan, Jawa Tengah menjadi pusat perhatian Majelis Lingkungan Hidup PWM Jawa Tengah (MLH PWM Jawa Tengah) dan Lazismu Pekalongan. Mereka menggelar pelatihan perintisan desa Wisata Berbasis Konservasi (Ecotourism), mengungkapkan kearifan dan keunikan desa yang menjadi sumber inspirasi.
Kegiatan pelatihan yang berlangsung pada 23-24 Desember 2023 ini difasilitasi oleh Lazizmu Pekalongan, dengan MLH Jawa Tengah sebagai fasilitator perintisan desa wisata. Pemateri utama, Kang Tris Desa Menari, anggota MLH Jawa Tengah, telah meraih beragam prestasi nasional di bidang pengembangan desa.
Tim MLH Jawa Tengah tiba di kantor Lazismu Pekalongan pada Sabtu (23/12/23), melakukan pembicaraan dengan Manajer Daerah Lazismu Pekalongan, Sutiknyo, dan dilanjutkan dengan perjalanan menantang ke Desa Mendolo. Perjalanan melibatkan hutan durian, sungai Lolong yang ramai, dan pemandangan alam yang menakjubkan.
Baca juga, Rakerwil Majelis Tabligh PWM Jateng, KH. Tafsir : Dakwah Kultural Miliki Daya Jangkau Lebih Efektif
Desa Mendolo, yang terletak di atas bukit dengan pemandangan indah, menampilkan kearifan agroforestri. Pohon durian, pinus, kopi, dan tanaman produktif lainnya tumbuh bersama tanpa perlu dipupuk secara intensif. Pendekatan agroforestri memungkinkan semua makhluk hidup, mulai dari manusia hingga mikroba, hidup bersama dalam keselarasan alam.
Di desa ini, Tim MLH Jawa Tengah dan Lazismu Pekalongan menemukan sarang lebah madu Klanceng. Tarjuki, pengelola penangkaran lebah, memperlihatkan keunikan sarang dan mengajak mereka “nyeruput” madu langsung dari sarangnya. Pengalaman ini tidak hanya nikmat, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya peran lebah dalam ekosistem.
Menggali Kearifan Desa dan Madu Lebah:
Sarang lebah madu yang berwarna coklat cerah hingga coklat pekat menjadi pusat perhatian. Rasa madu yang beragam, mulai dari manis hingga asam, mencerminkan keanekaragaman hayati dan musiman. Tarjuki menjelaskan, “Rasa madu bisa berubah-ubah sepanjang musim.” Keberadaan lebah Klanceng tidak hanya memberikan madu, tetapi juga membantu penyerbukan tanaman di sekitarnya.
Selanjutnya, pelatihan perintisan desa wisata berbasis konservasi alam dilanjutkan di Gedung Desa Mendolo pada hari kedua. Kang Tris, anggota MLH Jawa Tengah, menjadi pemateri utama dengan panduan dari Alif Syuhada. Masyarakat Desa Mendolo diajak mengubah pola pikir dalam membangun desa wisata, menganalisis potensi desa, dan menyusun paket wisata desa.
Kang Tris berbagi pengalaman tentang pengembangan Dusun Tanon yang dimulai dari kegiatan sehari-hari masyarakatnya. Dia menekankan pentingnya memanfaatkan hal-hal yang sudah ada di desa tanpa perlu menciptakan infrastruktur yang mahal. “Lihatlah hal-hal yang sederhana dari sudut pandang berbeda, lakukan dengan cara yang berbeda, lalu dikompilasi menjadi materi pembelajaran, dan nikmati prosesnya,” ujarnya.
Baca juga, Tahniah! Bendahara PWM Jateng Raih Top Leader of the Year dari Jawa Pos Radar Solo
Peserta pelatihan menyadari potensi desa mereka yang bernilai tinggi, dari alam, profesi lokal, budaya, hingga produk lokal. Mereka bersemangat menerapkan pengetahuan yang didapat untuk mengembangkan paket wisata desa yang edukatif. Sutiknyo dari Lazismu Pekalongan menyatakan niatan mereka untuk memulai penyusunan paket wisata desa Mendolo pada Januari 2024.
Melalui kegiatan ini, Desa Mendolo berkomitmen menjadi Desa Wisata Berbasis Edu-Ecoforestri Tourism. Kearifan dan upaya melestarikan alam masyarakat Desa Mendolo menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Mereka berharap dapat menjadi contoh percontohan dalam konservasi alam melalui ekowisata, membangun kesadaran masyarakat untuk mencintai alam sekitar mereka. Yel-yel “Desa Wisata Mendolo, Tetap Lestari, Makmur, dan Misuwur!” mengakhiri acara dengan semangat.
Editor : M Taufiq Ulinuha