Jadi Rujukan Masyarakat, Buku ‘Dilema Purifikasi Muhammadiyah’ Karya Ketua PWM Jateng Dibedah Suara Muhammadiyah
PWMJATENG.COM, Kebumen – Suasana hangat tercipta di Universitas Muhammadiyah Gombong (Unimugo) Kebumen, Jawa Tengah, pada Sabtu (16/12), ketika Penerbit Suara Muhammadiyah (SM) dan Unimugo menggelar bedah buku berjudul “Dilema Purifikasi Muhammadiyah Antara Progresifisme dan Konservatifisme.” Buku yang menjadi karya Dr. KH. Tafsir, M.Ag., Ketua Pimpinan Wilayah Jawa Tengah, berhasil menarik perhatian 300 peserta, yang terdiri dari civitas akademika Unimugo, karyawan RS PKU Muhammadiyah Gombong, dan masyarakat Kebumen.
Rektor Unimugo, Herniyatun, menyampaikan kegembiraannya atas terselenggaranya kegiatan ini. Ia menekankan pentingnya kegiatan bedah buku sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan memahami isu-isu keislaman serta kemuhammadiyahan.
“Kami senang karena peserta yang kami undang tidak hanya dari Unimugo, tapi juga melibatkan RS PKU Muhammadiyah Gombong dan warga persyarikatan di wilayah PDM Kebumen. Ini penting untuk berbagi pengetahuan dan pemahaman,” ungkap Herniyatun.
Direktur Utama PT SCM (Suara Muhammadiyah), Deni Asy’ari, juga menyatakan kegembiraannya atas terselenggaranya kegiatan ini. Deni menilai bahwa buku “Dilema Purifikasi Muhammadiyah Antara Progresifisme dan Konservatifisme” menjadi konter narasi terhadap praktik dan pandangan konservatif, terutama dalam hal paham keagamaan.
Baca juga, Mengungkap Rahasia Kebahagiaan: Ketua PWM Jawa Tengah Tafsir Bocorkan Lima Kunci Hidup Bahagia ala Rasulullah!
“Buku ini adalah sebuah kontribusi berani yang mempertanyakan praktik dan pandangan konservatif, khususnya terkait penerapan seni dan budaya dalam Muhammadiyah. Kiai Tafsir, dengan sebutan ‘Muhammadiyah Garis Lentur,’ membawa perspektif yang segar dan kontroversial,” ujar Deni.
Isngadi Marwah, Direktur Media dan Publikasi SM, menambahkan bahwa keluwesan dalam Muhammadiyah sangat penting untuk mempercepat perkembangan organisasi. Isngadi mengingatkan bahwa Muhammadiyah pada masa awalnya berhasil mengalami perkembangan luar biasa karena keluwesan dalam melahirkan inovasi.
“Keluwesan membuktikan bahwa Muhammadiyah dapat berkembang pesat. Pada awalnya, orang dapat menjelaskan sesuatu dengan logika tanpa harus selalu mencari dalil. Saat ini, kita sering melihat kekakuan dalam menanggapi hal-hal tertentu,” ungkap Isngadi.
Dalam atmosfer yang santai, Puji Handoko, Ketua PDM Kebumen yang menjadi pembedah acara, menyampaikan candaannya terkait title Kiai Tafsir. “Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) menunjukkan sisi budaya, sedangkan Tafsir mengidentifikasi orang yang paham agama (ahli agama). Nama saja sudah menunjukkan keluwesan,” ujar Puji sambil tersenyum.
Bedah buku ini membuka ruang diskusi dan refleksi yang mendalam terkait Muhammadiyah, purifikasi, dan tantangan progresifisme serta konservatifisme dalam konteks keagamaan.
Editor : M Taufiq Ulinuha