Milad ke-111 dan Positioning Muhammadiyah Jelang Tahun Politik 2024
Milad Ke-111 dan Positioning Muhammadiyah Jelang Tahun Politik 2024
Oleh : Muh. Rifa’i M.SI.*
PWMJATENG.COM – Jika dihitung dalam hitungan bulan, Pemilu Presiden (Pilpres) dan Pemilu Legislatif (Pileg) tahun 2024 akan berlangsung kurang dari empat bulan lagi. Sedangkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) akan dilaksanakan kurang lebih dua belas bulan lagi. Dalam konteks ini, milad Muhammadiyah ke -111 yang akan diperingati pada hari Ahad, 18 November 2023 mendatang menjadi momen reflektif bagi warga Muhammadiyah jelang tahun politik 2024. .
Sebagai organisasi yang berdiri satu abad lebih, Muhammadiyah telah banyak “makan garam” dalam kancah perpolitikan di tanah air. Hajat Pilpres, Pileg dan Pilkada yang akan dilaksanakan tahun 2024 tidak perlu disikapi secara over acting dan emosional, namun perlu dijalani secara alamiah sesuai pengalaman, rekam jejak dan khittah Organisasi.
Bagi Muhammadiyah, politik harus dimaknai secara positif sebagai seni dan cara mengurus dan mengelola masyarakat (Buku PHIWM). Dengan demikian, politik bukan sesuatu yang harus dibenci atau dihadapi dengan penuh “kebencian”, namun sesuatu yang harus dijalani dengan penuh kegembiraan dan rasa tanggung jawab.
Positioning Muhammadiyah dalam Pilpres, Pileg serta Pilkada dapat dipahami dalam dua aspek. Yang pertama adalah sikap dan posisi Muhammadiyah secara ideal politics, yaitu bagaimana Muhammadiyah memainkan peran strategis secara moral dalam mendorong Pilpres, Pileg, dan Pilkada berjalan secara kredibel, jujur dan adil. Bagaimana proses politik dan demokrasi berjalan secara substantif, sehingga melahirkan pemimpin-pemimpin terbaik Bangsa yang mampu melanjutkan proses pembangunan Bangsa.
Baca juga, Mari Turut Berpartisipasi pada Gerakan Infak Pendidikan Milad 111 Tahun Muhammadiyah!
Yang kedua adalah sikap dan posisi Muhammadiyah secara pragmatis, yaitu bagaimana Muhammadiyah menitipkan suaranya dan mendukung Calon Presiden, Legislatif maupun Pemimpin Kepala Daerah tertentu yang dianggap terbaik.
Dalam konteks sikap yang kedua ini, posisi Muhammadiyah secara organisasi tentu saja netral dan tidak mendukung salah satu Paslon. Sebagaimana termuat dalam khittah politik Denpasar, bahwa Muhammadiyah tidak berafiliasi dengan kekuatan politik dan Partai tertentu serta bekerja sama dan menjalin hubungan yang baik dengan semua pihak.
Meskipun begitu, warga Muhammadiyah termasuk dalam katagori pemilih yang rasional. Warga Muhammadiyah biasanya cenderung memilih calon yang memiliki komitmen keislaman yang jelas dan memiliki kemampuan dalam memimpin Bangsa. Secara pribadi, warga Muhammadiyah tidak dilarang menjadi tim sukses salah satu calon, dengan syarat tidak membawa simbol dan atribut Organisasi.
Baru-baru ini PP Muhammadiyah meliris akan melaksanakan Dialog Publik dengan ketiga Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden. Pada tanggal 21 November 2023 akan dilaksanakan dialog publik dengan Capres Cawapres Prabowo-Gibran di Universitas Muhammadiyah Malang. Tanggal 22 November 2023 dengan Pasangan Anis-Muhamin di Universitas Muhammadiyah Surakarta, serta tanggal 23 November 2023 dengan pasangan Ganjar-Mahfudz di Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Langkah seperti ini merupakan bagian dari ikhtiar Pimpinan Persyarikatan agar Muhammadiyah mengambil peran strategis dalam menghadapi tahun politik 2024 mendatang. Peran yang menjadikan Muhammadiyah tidak menjadi objek politik atau bahkan korban politik, namun menjadikan Muhammadiyah “bermain cantik” dan diperhitungkan dalam ajang Pilpres 2024 mendatang. Siapapun nanti yang menang. Wallahu a’lam.
Editor : M Taufiq Ulinuha
*Sekretaris PCM Bawen, Kab. Semarang