PWMJATENG.COM, Banyumas – Bertempat di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP, Wakil Ketua PWM Jawa Tengah Ibnu Hasan memberikan tausiyah pada Musyawarah Wilayah (Musywil) Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Jawa Tengah Periode Muktamar ke-4, Jumat (25/8/23).
Dalam kesempatan tersebut Ibnu Hasan memaparkan tausiyah tentang Penguatan Organisasi Otonom Muhammadiyah. Mengawali tausiyahnya, ia menjelaskan 7 keputusan Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 di Surakarta, di antaranya:
Pertama, peneguhan paham keislaman dan ideologi Muhammadiyah.
Kedua, penguatan pandangan Islam berkemajuan.
Ketiga, memperkuat dan memperluas basis akar rumput.
Keempat, mengembangkan AUM unggulan.
Kelima, berdakwah bagi milenal.
Keenam, reformasi kaderisasi.
Ketujuh, digitalisasi dan reformasi sistem organisasi.
“Ideologi atau keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah itu harus diperkuat. Ada upaya dari pihak luar yang masuk ke Muhammadiyah, yang kemudian melakukan pendangkalan ideologi. Sehingga lima belas tahun terakhir banyak ideologi yang masuk secara halus ke dalam Persyarikatan kita,” ucap Hasan.
Ia juga menjelaskan bahwa Organisasi Islam yang lain juga kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah, arruju’ ila qur’an wassunnah. Namun stylenya Muhammadiyah berbeda, yakni Organisasi Islam berpaham Islam Berkemajuan. Paham Islam berkemajuan sendiri ialah paham Islam yang harus mendinamisasi masyarakat, menempatkan sikap wasathiyah, dan Islam dipahami secara berkemajuan.
Baca juga, Dukung Musywil 3 Ortom, PWM Jateng Himbau PDM se-Jateng Support Kontingen Daerah
Selanjutnya, Ibnu Hasan memberikan 4 pesan kepada para peserta Musywil, di antaranya:
Pertama, tetap berpijak pada posisi Organisasi Otonom Muhammadiyah, yakni sebagai Organisasi Kader.
“Hizbul Wathan adalah Ortom berbasis kepanduan dan berorientasi pada perkaderan,” tegas Hasan.
Maka, penanaman ideologi harus dilakukan sedini mungkin. Terdapat satu segmen yang tidak dicover oleh Organisasi Otonom lainnya, yakni perkaderan di usia dini. Maka Hizbul Wathan sebagai Ortom tanpa batas usia, harus berperan dengan baik pada segmen ini.
Kedua, penguatan wawasan kebangsaan.
Ciri Muhammadiyah adalah keislaman dan keindonesiaan. Maka, penguatan wawasan kebangsaan ini perlu dilakukan. Terlebih para pendahulu Persyarikatan juga mengajarkan wawasan kebangsaan kepada segenap warga dan simpatisan Persyarikatan.
Ketiga, pendidikan kemandirian.
Pendidikan kemandirian melalui kepanduan masih perlu ditingkatkan. Di era sekarang, pendidikan kemandirian melalui perkemahan terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki. Misalnya ketika kemah dihadiri orang tua, para peserta tidak memasak sendiri, dsb.
Ia kemudian menceritakan pengalamannya saat dulu berkemah, bahwa perkemahan benar-benar belajar kemandirian. Mulai dari tempat yang jauh dari keramaian, memasak sendiri, tidak ditunggui orang tua, dsb.
Keempat, pelatihan yang lebih menarik bagi milenial.
“Saya setuju kalau HW itu mengelola lahan-lahan wakaf agar lebih bermanfaat dan produktif. Hal ini dilakukan dalam rangka pelatihan HW yang lebih menarik,” pungkasnya.
Editor : M Taufiq Ulinuha